Hampir saja Reynan ingin ngamuk brutal, jika bukan seorang gadis cantik yang mengusiknya tadi.
"Untung geulis maneh!"
Ya, Saat setelah gadis itu meneriakinya mayat, tentu saja hal itu mengundang beberapa orang yang ada di pantai menghampirinya. Sangat memalukan!
"Eee Maaf, Aku gak tahu kamu bukan mayat. Lagian kamu ngapain tiduran di situ! kalau keseret ombak gimana?" Ucap gadis itu dengan suara redam karena ia menundukkan wajahnya.
"Gapapa atuh, gak usah minta maaf," kata Reynan melembutkan nada bicaranya.
Namun atensi pria itu beralih pada seragam sekolah yang sama.
Ya, gadis di depannya ini adalah gadis yang beberapa hari lalu berada di depan ruang guru saat Reynan hendak mendapatkan hukuman.
"Lo murid baru di Bina bangsa ya?" tanya Reynan.
"I-iya"
"Gagu lo?"
Gadis itu menggeleng kuat. Ia juga langsung mengangkat wajahnya menatap Reynan dengan takut.
Reynan tertawa kecil melihat raut takut gadis itu. Namun dimata Reynan itu malah terlihat lucu, "Gak usah takut, gue gak gigit. Paling cuma mukul."
"Maafin gue ya..." kata gadis itu yang kembali menundukan wajahnya.
"Kalau ngomong sama orang tuh tatap matanya!" ucap Reynan. Perlahan, gadis itu mengangkat wajahnya menatap mata legam milik Reynan dengan takut.
"Anjirrrr jantung gue kanapa jedag jedug gini di tatap nih cewek!!"
Reynan berdeham untuk menetralkan rasa canggungnya.
"Gue maafin."
Nampak, senyum gadis itu mengembang sempurna. Membuat Reynan lagi-lagi terpaku dengan senyumannya.
"Terimakasih!!" ucap gadis itu.
"Eh nama lo siapa?" tanya Reynan. Gadis itu kemudian mengulurkan tanganya.
"Zeara,"
◉◉
PRANG!!
"Anj kaget!"
Langkah pria itu berhenti ketika mendengar pecahan piring dari arah dapur. Reynan menghembuskan nafasnya dalam ketika suara kedua orang saling memaki terdengar begitu keras dari sana.
Ia kembali melangkah menuju dapur untuk melihat apa yang terjadi.
Benar saja dugaannya, pertengkaran kedua orang tuanya itu sedang terjadi."Aden, makan malam sudah siap." ucap Bi inah-asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Reynan.
"Bi, siapin makannya di ruang Tv aja." kata Reynan. Namun netra legamnya terus menatap lekat kedua orang tuanya yang sedang beradu cekcok itu.
"Baik den."
"Kalau kaya gini terus sikap kamu, saya capek!"
"Kamu capek? bagaimana dengan saya yang mengurus semua kebutuhan rumah? mengurus kamu dan Reynan? dan hati saya yang terus-terusan kamu sakiti?"

KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK KOMA [ON GOING]
Non-Fiction"Tolong ajari aku caranya menerima keadaan tanpa membenci kehidupan." -Reynanza Damara