07. Perubahan sikap ?

126 40 145
                                    

Reynan kini tengah terduduk di depan ruang tunggu pasien dengan perasaan yang gusar. Sesekali pria itu merutuki kebodohannya yang telah ugal-ugalan membawa kendaraan.

Dirinya cukup tidak menyangka yang menjadi korbannya adalah Zeara.
Sampai dimana pintu ruangan terbuka dan keluarlah seorang dokter dengan beberapa perawat lainnya.

"Keluarga pasien?" tanya dokter memastikan.

"Saya temannya dok," jawab Reynan yang kemudian bangkit dari duduk nya. "Gimana keadaannya?" ucapnya lagi.

"Syukur pasien di bawa kerumah sakit dengan tepat waktu. Jika tidak, entah berapa banyak ia akan kehilangan darah. Anda tidak perlu khawatir. benturannya tidak terlalu keras dan lukanya tidak terlalu parah. Kami sudah menanggani nya, ada beberapa jaitan di kepalanya juga. Mungkin beberapa jam ke depan pasien akan siuman." jelas dokter, Reynan menghembuskan nafasnya lega.

"Untuk saat ini sebaiknya jangan masuk dulu demi kesehatan pasien. Kalau begitu saya permisi." ucapnya lagi.

"Terimakasih dok."

Reynan kembali mendudukkan dirinya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Dirinya benar-benar hampir di buat gila karena rasa khawatir dan cemas itu.

Kringg...

"Halo Rey, lo dimana? di apart gak? gue numpang bobo dong."

Suara Ale di sana terdengar berteriak membuat Reynan menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.

"Gue di rumah sakit."

"HAH?! LO SAKIT? LO KENAPA?!'

Sial! Reynan ingin sekali memukul wajah Ale sekarang karena terus berteriak.

"Gue nabrak orang." ucap Reynan yang semakin membuat Ale di seberang sana memekik histeris.

"WHAT THE FUCEKK?! TERUS ORANG NYA GIMANA? WAHH REY LO PARAH!!"

"Stop teriak-teriak le. kuping gue keluar congek nanti!!" keluh Reynan, ia memijit pelipisnya, "Lo kesini aja deh."

Tanpa menunggu jawaban dari sang empu di seberang sana, Reynan memutuskan panggilan itu secara sepihak. Dan langsung mengirimkan pesan lokasi pada Ale.

Pria itu kini menyenderkan bahunya pada tembok dan mulai memejamkan matanya. Berniat untuk menghilangkan rasa penatnya sebelum seseorang menggonjangkan tubuhnya dengan kuat.

"Reyy!!"

"Ale sialan!!" Monolog Reynan saat perlahan mata elangnya terbuka mendapati wajah Ale yang sangat ingin sekali ia tonjok.

"Siapa yang lo tabrak?!!"

"Orang nya kagak mati kan?!!"

"Jawab gue Re!!"

Reynan berdecak kesal, menghampaskan tangan Ale yang sedang menggonjangkan bahu nya itu. "Zea." ucap nya yang membuat Ale diam seketika. Reynan mengatakan itu, ia yakin Ale pasti mengenal nya. Terlebih Zeara masih satu sekolah dengan nya.

"Zeara?" ucap Ale memastikan.

Reynan hanya mengangguk, sebagai jawabannya.

Ale menggeleng kecil menatapnya dengan tidak percaya. Hal itu semakin membuat Reynan merasa bersalah.

"Gue- gue gak sengaja le, saat itu gue lagi emosi. Gue ngebut dan.." Reynan menundukan wajahnya tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Namun selang beberapa detik, ia mengangkat wajahnya saat tangan Ale terulur menyentuh pundaknya.

"Dia sekarang gimana?" tanya Ale dengan suara yang tidak sekeras tadi ia berteriak.

"Kata dokter dia dapat beberapa jahitan di kepalanya. Dan untungnya gue bawa dia kesini tepat waktu. Jadi kondisinya gak separah yang seharus nya. Dokter juga bilang... beberapa jam kedepan dia bakal siuman." ucap Reynan menjelaskan seperti yang dokter tadi jelaskan pada nya.

TITIK KOMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang