Pag_02(Penasaran)

4.3K 258 2
                                    

"Dia tidak lupa, hanya ragu dan takut untuk menyapa"

To my brother_

Happy Reading.....

Setalah pulang dari cafe kemarin Ina jadi sering melamun. Ina selalu memikirkan kejadian kemarin dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat ia tidak segera berlari dari sana. Ina yang seperti ini membuat seorang Karel Adnan Khori geram.

Ina dan Karel sudah di kantin, dan sudah memesan makanan masing-masing. Tapi Ina hanya me ngaduk-ngaduk mie ayam nya. "Woey, kalo gak mau makan kasih gue aja. Gue masih laper" tegur Karel untuk kesekian kali nya.

Karel akhirnya menyerah, ia meletakkan kepala nya di atas meja kantin dan menutup matanya. "Gue ketemu dia, Rel. Ketemu mereka" Karel mengangkat satu alis nya dengan posisi yang masih sama.

"Kemarin, di cafe. Dia udah gede, sama kayak Argi. Tapi dia gak kenal gue" Karena hanya menunggu carita Ina selanjutnya. Karel mulai paham siapa yang Ina maksud.

"Dia sama papa, papa manggil gue. Gue takut, takut di dorong lagi. Gue lari dari sana dan pas gue balik mereka dah gak ada" suara Ina mulai serak. Rasanya susah untuk mengeluarkan suara dari tenggorokan nya.

"Huft" Karel menghela nafas nya. "Udah ya... Jangan gini dong. Gak menyapa bukan berarti lupa, mungkin dia ragu atau takut? Kita gak tau" Karel mengusap punggung Ina pelan memberikan ketenangan pada teman nya ini.

"Hah, semoga aja lu bener kali ini. Lu kan gelo, kadang bener kadang nggak. Banyak salah nya pula" ujar Ina sambil terkekeh dengan beberapa kata terakhir.

"Emang kambing ni anak, sini dah susah-susah ngangetin suasana, dia malah gaje" Karel manarik mangkuk mie ayam Ina dan memakan nya.

"Eh napa malah lu makan mie gue, podoh!!! " Ina menarik lagi mangkuk mie nya. "Dari pada mubazir, udah dingin gak enak jadi nya" Karel berdiri membawa mangkuk mie Ina sambil memakan nya.

Ina begitu malas untuk mengejar nya hari ini. "Nih, makan" satu mangkuk mie ayam berada di hadapan Ina. Wajah Ina sumringah, ia lapar? Baru sadar sih, dari tadi ngelamun mulu.

"Thanks kak, ntar gue bayar deh" Dito menggeleng pelan.

"Gak usah, ini punya si Yoga. Tapi Yoga nya dah makan, karena udah ke pesen yaudah gue kasih ke lu" jelas Dito. Ina memajukan bibir nya tanda tak setuju jika Dito tak mau di bayar.

Toh Ina anak nya gak suka berhutang, kecuali sama Karel. Ina masih terlihat ragu memandang mie ayam di depan nya. Dito sedikit terkekeh. "Kalo mau di ganti, lu ganti apa kek kapan-kapan. Gaush sekarang, oke? "

Ina mengangguk setuju, toh hari ini dia lupa membawa uang, mie ayam yang di bawa Karel itu. Ya Karel yang membeli nya, dia juga yang memakan nya.

"Makasih ya, kak. Lain kali gue ganti kok, janji" Ina meringis lucu, memperlihatkan sederet gigi putih nya membuat Dito gemas dan ingin memakan gadis di depan nya ini.

Karel memperhatikan sahabat nya dari jauh dengan tatapan tidak suka. Ah entah lagi, Karel tidak pernah suka saat Ina dekat dengan laki-laki lain. Apalagi yang mendekati Ina saat ini adalah sosok yang Ina kagumi, seorang Dito Agra Para dipta selaku kapten basket di SMA Tunas Bangsa.

To My Brother (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang