"Lelah, berjuang akan hal yang tak pasti. Apakah harus terluka agar kalian tahu jika aku membutuhkan kalian? "
Argi Aldevano. W
HAPPY READING
Argi terus memandangi mata Arga sambil sesekali berkedip lucu. Arga yang gemash menoel-noel pipi Argi. Arga bosan, Argi tidak berbicara sedari tadi, hanya diam dan melihat nya saja.
"Ngomong dong, Gue berasa sendirian tau gak!" keluh nya. Yang di pinta sama sekali tidak perduli.
"Ada yang sakit?" sudah kesekian kali nya Arga menanyakan hal yang sama, tapi jawaban Argi tetap sama. Hanya celengan pelan. Arga berdiri dan menatap adik kembar nya.
"Gue mau keluar aja deh!" kesal nya. Saat hendak pergi, tangan nya di cekal oleh Argi.
Mata Argi sudah berkaca-kaca, tangan nya menggenggam erat satu jari Arga yang bisa Ia gapai. "Ja-jangan pe-pergi" ucap nya serak.
Arga mencelos, suara Argi terdengar sangat menyakitkan. Arga kembali terduduk, mengenggam erat tangan Argi. "Iya, maaf ya? Abang gak tau kalo tenggorokan kamu sakit" Argi mengangguk. "Kamu tidur aja" sambung Arga.
Tak butuh waktu lama, Argi tertidur. Dengkuran halus terdengar, Arga tersenyum getir. Sebegitu takut nya Argi di tinggal oleh Arga? Cekalan tangan Argi sangat kuat padanya. "Maaf" bisik Arga lalu mengecup tangan kurus adik nya.
"Adik mu tidur, Arga?" Arga menoleh kaget. Kapan Devan masuk? Ah sudah lah. Arga mengangguk saja.
"Papa kemari, Ridwan bilang Ina sedang tidak ada" jelas Devan yang mengambil kursi dan duduk di sebrang posisi Arga.
"Teteh marah banget sama Papa kan?" Devan menghela nafas lelah.
"Bujuk Argi aja. Semua nya ada di Argi" Arga mencoba memberi saran.
"Tapi Argi tidak ingat pada Papa. Bagaimana Arga?" ya, Argi sedikit melupakan memorinya, terutama Devan. Argi juga tidak ingat pada Karel dan yang lain nya. Ia hanya ingat pada Ina, Arga dan Elang.
Oh ya, selama Argi di rawat Elang tak pernah menjenguk nya. Ini sudah hari ke tiga. Argi menanyakan nya pada Arga, tapi Arga bilang tak tahu.
Tiba-tiba saja Argi terbangun, mata nya meliar karena tangan Arga di lepas dari genggaman nya. Arga langsung menggenggam tangan Argi kembali.
"Heii, Gue disini" Argi menatap lekat manik mata Arga, begitu pula Arga. "Di sini ada Papa" bisik Arga.
Argi melirik, mengikuti arah pandang Arga. Devan di sana, tersenyum kaku. "Si-siapa?" tanya Argi pada Arga.
"Papa, Papa nya Argi sama Arga" itu Devan. Devan sedikit mendekatkan diri.
"Pa-papa siapa?"
"Papa Devan. Argi lupain Papa? Papa minta maaf ya?" Argi hanya menatap Devan seperti anak yang polos. "Papa janji bakalan cari siapa yang bikin Argi lupain Papa" sambung Devan.
"Cari dan jauh adik saya" suara dingin itu lagi yang Devan dengar. "Teh" Arga mencoba melunakan tatapan Ina.
"Yang boleh masuk kedalam ruangan ini hanya dua orang. Silahkan anda meninggalkan ruangan ini" dengan berat hati Devan berdiri, mengusap pucuk kepala Argi dan segera keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Brother (END)
Teen Fiction"Bawa! Bawa pergi anak penyakitan itu dari hadapan saya!" Devan menekan setiap kata nya sambil menunjuk ke arah anak yang berusia lima tahun dengan tatapan sangat tajam "Gak! Jangan! Dia... Dia adik Ina, gak boleh.... Gak boleh, jangan bawa dia" Gad...