"Luka itu benar ada nya, hari ini masih sama seperti kemarin. Mungkin hanya berbeda sedikit dan bahkan hari ini lebih menyakitkan"
Argi Aldevano Wilamtara.
Happy Reading...
Liburan sudah berlalu bagi Argi, besok adalah hari pertama nya menggunakan seragam putih abu-abu. Ina menatap Argi yang sedari tadi mondar-mandir mencari barang-barang nya untuk besok. Argi terlihat sangat bersemangat, besok adalah hari di mana ia akan bertemu dengan kembaran nya.
"Awas ntar bengek" suara Ina memecah keheningan. Argi menoleh dan hanya memberi senyum kecil yang menampakkan sederet gigi nya.
"Semangat banget mau ketemu, Arga. Awas aja kalo jadi Tom and Jerry" Argi menaruh tas nya di atas meja lalu berjalan ke arah Ina. Argi mengecup pipi kanan Ina dan segera berbaring dengan berbantalkan kaki Ina.
Ina sontak memainkan rambut Argi yang sedikit lepek karena keringat. "Gue beneran gak sabar ketemu, abang. Na.. Muka gue ma dia gak bisa di bedain ya?" Argi menatap Ina yang mengangguk.
"Bisa dikit bedain nya. Kalo Arga gak punya tahi lalat di bibir, lu itu punya. Makanya cerewet" Argi menatap datar pada Ina lalu beranjak duduk.
"Apa? Mau ngamuk? Gue gak percaya kalo banyak yang bilang lu itu pendiem. Pendiem apaan kek gini" Ina memegang kedua pipi Argi yang lumayan berisi dan memainkan nya. "Sehat terus adek nya Ina. Sekolah nya yang bener, tunjukin ke dunia kalo adek gue itu hebat" Ina mengacungkan jempol nya kepada Argi. Argi memutar malas bola mantanya, Ina bilang seperti ini padanya. Tapi Ina sendiri memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan nya. Jawab nya, tahun depan masih bisa. Argi hanya menggeleng dengan sikap kakak nya ini.
"Laper gue. Tapi gak mau makan di rumah, cari makan yuk" Ina mengangguk setuju. "Sono lu ganti baju, gue mau cuci muka dulu" Argi beranjak menuju kamar mandi dan Ina segera mengganti baju sesuai dengan perintah Argi.
ʚ♡⃛ɞ(ू•ᴗ•ू❁)
Sesampainya di cafe Ina dan Argi segera memesan pesanan masing-masing. Sembari menunggu, kedua nya memilih fokus pada layar ponsel nya masing-masing. "Pada sibuk semua nih?" Ina dan Argi menoleh pada sumber suara. Mereka sedikit kaget, karena Arga tengah berdiri dan tersenyum canggung di samping mereka.
"Gue gak di suruh duduk?" Arga bersuara lagi membuat Argi dan Ina sadar dan langsung mempersilahkan nya untuk duduk. Arga senang tidak kepalang bisa bertemu dengan Ina dan Argi di sini.
"Sendirian ke sini, Ga? Udah malem lo" Arga menggelengkan kepala nya. Memanggil pelayan dan memesan makanan.
"Gue nunggu papa, Teh" Ina melihat raut wajah Argi yang berbinar. Apakah malam ini Argi akan bertemu dengan, ayah nya? Apa dia akan baik-baik saja? Ina berharap ayah nya tidak berulah malam ini. "Moga papa bisa nerima Argi buat kali ini" gumam Ina dalam hati nya.
"Lu beneran, bang? Masih lama gak? Gue kangen banget sama, papa" Arga mengangguk mantap mendengar pertanyaan antusias kembaran nya itu. Bukan tidak ingat akan perlakuan ayah nya dahulu terhadap nya. Tapi rasa rindu nya lebih besar dari rasa marah itu.
"Paling juga bentar lagi dateng, kok" jawab nya.
Dan benar saja, Devan datang dan langsung menghampiri ke-tiga anak nya. Terlihat jika pria ber 'anak tiga itu baru saja pulang dari bekerja. Devan tersenyum ke arah Ina dan Arga, namun tidak sedikit pun menoleh kepada Argi. Seperti hanya ada mereka bertiga di sana, dan Argi hanya bayangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Brother (END)
Teen Fiction"Bawa! Bawa pergi anak penyakitan itu dari hadapan saya!" Devan menekan setiap kata nya sambil menunjuk ke arah anak yang berusia lima tahun dengan tatapan sangat tajam "Gak! Jangan! Dia... Dia adik Ina, gak boleh.... Gak boleh, jangan bawa dia" Gad...