"Di mana pun tempat mu berada, kamu tetap lah kamu. Tidak ada yang bisa mengubah mu selain dirimu sendiri"
To My Brother.
Happy Reading.
Beberapa hari lalu Ina kembali mendapatkan panggilan dari asisten pribadi Devan. Wanita tersebut menyampaikan bahwa Ina harus segera mengosongkan rumah itu, karena semua pekerja yang di kerah kan akan segera mulai bekerja. Ina tidak habis fikir, padahal masih ada sisa waktu dua minggu dari yang di janjikan oleh Devan di caffe kepada Ina. Tapi Ina sedikit lega karena sudah memesan kamar dan membawa barang-barang yang penting ke sana. Hanya tersisa sedikit barang yang belum di angkut.
Ina menatap Dila yang sedang sibuk mengecek kamar para tamu di monitor nya. Ina ingin meminta Dila untuk menemani nya menemui Aksa guna meminta izin untuk pulang lebih awal.
"Lu kenapa sih? Kayak orang gila" tegur Kenzo yang kebetulan sedang lewat. Dila menoleh dan menatap Ina yang juga menatap nya.
"Kenapa, Na? Ada masalah?" tanya Dila.
"Kalo gue izin ke pak Aksa buat pulang cepet, di izinin gak ya?" ujar Ina sambil memilih benda pipih di tangan nya. "Gue dapet telpon dari pemilik rumah yang gue tinggalin. Katanya rumah itu harus di kosongin hari ini juga" sambung nya dengan nada sendu.
Kenzo dan Dila saling menatap satu sama lain. Mereka ingin sekali membatu Ina, tapi hari ini adalah hari ke tiga Ina bekerja setelah mengambil cuti selama lebih dari satu pekan dan jabatan Ina sebagai resepsionis baru hampir terancam. Jika hari ini Ina kembali izin pasti Ina tidak akan bisa menduduki meja tempat nya berada saat ini.
"Eumm. Gimana ya? Gue mau temenin lu ngadep pak Aksa, tapi kalo lu sampe izin lagi lu bisa turun jabatan" ucap Dila sambil memegang kedua tangan Ina. Tidak berlangsung lama hingga Dila harus berfokus pada tamu yang berdatangan.
Benar kata Dila. Butuh banyak perjuangan hingga bisa menempati posisi sebagai resepsionis di hotel ini, dan hari itu adalah keberuntungan bagi Ina karena Aksa berbaik hati. Ina ikut melayani tamu-tamu yang berdatangan.
Hotel ini tidak pernah sepi pengunjung, ya hotel Java Vile adalah hotel bintang lima di Bandung dengan fasilitas dan pemandangan yang luar biasa. Hotel ini juga amat strategis, sehingga mudah di temukan oleh para pelancong di kota Bunga ini.
Setelah semua tamu sudah mendapatkan pelayanan nya Ina dan Dila memilih untuk merenggangkan otot-otot mereka. Lumayan banyak yang bertanya tentang kamar, pembayaran, dan pemesanan kamar.
"Hari ini lumayan banyak pelanggan, ternyata" ucap Dila yang terlihat lelah. "Baru setengah hari muka gue rasanya dah rusak" sambung nya lagi. Ina terkekeh melihat Dila yang terus mengeluh kepanasan. Padahal ini adalah ruangan ber-AC tapi, bagaimana bisa Dila kepanasan?
"Ina" Ina terkejut hingga berdiri ke arah suara yang baru saja memanggilnya, begitu juga dengan Dila yang kini sudah memegang dada nya.
"Wah, bapak. Bikin saya jantungan, untung ganteng, Pak" Aksa hanya berdeham mendengar penuturan Dila. "Cuek amat, huhuhu" lirih nya saat Aksa menoleh ke arah Ina.
"Kamu ikut saya" singkat nya lalu pergi. Ina menatap Dila bingung, Aksa baru saja bicara pada nya? Sungguh?
"Hus! Malah ngalamun maneh teh, cepet gas keun!" ucap Dila. Ina yang sadar segera pergi mengejar Aksa yang sudah menjauh, sungguh Aksa ini raksasa atau manusia? Langkah nya begitu besar membuat Ina kewalahan untuk menyusul nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Brother (END)
Teen Fiction"Bawa! Bawa pergi anak penyakitan itu dari hadapan saya!" Devan menekan setiap kata nya sambil menunjuk ke arah anak yang berusia lima tahun dengan tatapan sangat tajam "Gak! Jangan! Dia... Dia adik Ina, gak boleh.... Gak boleh, jangan bawa dia" Gad...