Part 1

3.9K 237 8
                                    


"Mari kita putus?"

"A-apa?"

"Kau mendengarkan kan, lebih baik kita putus"

"Ta-tapi kenapa?"

"Aku sudah bosan denganmu"

Untuk kesekian kali Naruto dipermainkan seperti ini, ditinggalkan ketika ia sudah benar-benar mencintai lelaki yang sudah menjadi kekasihnya 4 bulan yang lalu. Apa mereka pikir Naruto tak memiliki perasaan?

"Apa ini taruhan lagi? Kau membuatku menjadi kekasihmu lalu saat aku benar-benar sudah jatuh, kau tinggalkan begitu saja?"

Pria didepannya hanya diam, tak berniat menjawab pertanyaan Naruto yang memang benar adanya.

"Baiklah, selamat. Kau memenangkan taruhan itu" Naruto tersenyum getir, meninggalkan lelaki berambut raven itu dengan tangan terkepal. Rasa ingin menangis membuatnya berlari dari ruangan club seni dan hanya satu tujuan yang mungkin akan membuat perasaannya lebih tenang.

Atap sekolah adalah tempat terbaik untuk Naruto meluapkan semua kesedihannya, dia bebas menangis berteriak bahkan memaki siapapun yang sudah mempermainkannya.
Demi Tuhan, Naruto tak pernah merugikan orang lain. Bahkan dia terkesan introvert, tak mudah untuk mendekatinya tapi jika sudah dekat Naruto bahkan rela memberikan apapun pada orang yang ia percaya. Jika sudah begini mau bagaimana? Menyesal pun percuma.

Tiga kali, bahkan sampai tiga kali dia hanya dibuat sebagai bahan taruhan. Sakit yang Naruto rasakan bahkan terasa berkali lipat dibanding yang pertama dan kedua. Karena kali ini Naruto benar-benar menaruh rasa pada pria itu. Pria yang pernah Naruto sukai semenjak masa ospek.

"Hkkss...kenapa sakit sekali.."

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Naruto memukuli dadanya yang terasa sesak, lalu ia menundukkan kepalanya menyembunyikan isak tangis yang tak mau berhenti.

Brakkkk!!

Pintu atap terbuka, menampilkan seorang wanita berambut gulali yang saat ini terlihat geram. Ia mendekati Naruto lalu berkacak pinggang didepan sahabatnya yang masih meringkuk.

"Sudah ku katakan, kau jangan percaya padanya"

Wanita bernama Sakura menjeda kalimatnya, menghembuskan nafas kesal lalu ia pun duduk disamping Naruto.

"Kau terlalu mudah diperdaya, kau tidak tahu bagaimana busuknya mereka Naruto!"

Masih tak ada tanggapan namun Sakura masih tetap berceloteh.

"Sasuke itu brengsek, dia tak mungkin menyukaimu hanya dalam sekali lihat. Bukannya aku menghinamu Nar, tapi realistislah! Sudah bisa di tebak kenapa dia mendekatimu. Aku selalu memperingatimu tapi kau sudah terjebak dalam cinta buta mu itu. Sekarang kau merasakannya lagi? Sudah jera hah!"

"Hkks...huaa...Sakura-chan, jangan memarahiku!" Naruto beringsut memeluk Sakura yang seketika mengelus punggung Naruto dengan tulus.

"Sudah-sudah, lupakan dia. Aku janji akan membuatnya menyesal telah mempermainkanmu seperti ini"

"Hkkss...a-aku tidak mau bertemu dengannya"

"Lalu mau apa? Pindah sekolah? Heeii, mau meninggalkanku disini?"

Naruto menggeleng, masih setia memeluk Sakura sambil sesekali sesunggukan. Sekolah hanya membuatnya bertambah sakit karena pasti tiap hari ini harus bertemu dengan Sasuke. Lelaki yang sudah berhasil memberikan luka dihatinya.

"Berhenti menangis, kau tidak pantas menangisi pria brengsek macam itu. Setidaknya aku sudah memberikan satu bogeman mentah padanya"

"Tidak cukup, ini sakit sekali"

Daddy's friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang