Part 13

980 132 4
                                    

Naomi pergi menemui Ino, teman wanita dari putranya itu sudah menghubunginya beberapa kali dan kali ini Naomi tak bisa menolak. Apalagi Ino mengancam akan membuka rahasia yang selama ini ia sembunyikan dari Sasuke.

Tidak, Naomi tak akan membiarkan Sasuke tahu jika ia telah menjual tubuhnya pada pria-pria rekan sesama model.


Salah satu club ternama terlihat sangat ramai dan berisik, wanita paru baya yang masih terlihat cantik itu tanpa risih memasuki club dan mencari sosok gadis yang sudah mengundangnya.

Dengan gerakan anggun ia berjalan menuju salah satu spot dan duduk disofa, tepat di depan Ino yang sama sekali tak terganggu dengan kehadiran calon mertuanya.

Naomi merogoh tas, mengambil sekotak rokok dan menyalakan satu batang nikotin, mereka mengepulkan asap bersamaan dan saling tatap dalam diam.

"Ku kira kau akan terus menghindar?" yang lebih muda berucap ketus, sedangkan Naomi hanya bisa tersenyum kecut.

"Ada apa kali ini?" tanyanya langsung, Naomi tidak ingin berlama-lama berbincang dengan Ino karena sudah dipastikan ia merasa sangat dirugikan.

"Tak sulit, aku ingin kau menikahkan putramu denganku. Secepatnya!" Tandasnya.

Naomi kembali menghisap rokok, menghembuskannya lalu memantik abu rokok tak peduli jika mengenai pakaiannya.
"Sasuke bukan bonekaku, aku sudah berusaha mendekatkanmu dengannya. Hasil akhir bukan keputusanku"

Ino mendelik tak suka, "Kau ibunya, Sasuke akan menuruti semua perkataanmu!"

"Baiklah, ini yang terakhir kali aku menurutimu. Jika tak berhasil maka jangan memaksaku lagi. Urusan kita sudah selesai, aku sudah tak membutuhkan jasamu lagi untuk membuatku populer karena kau tahu sendiri Sasuke menggantikan kedudukanku"
Naomi tersenyum miring, jangan kira dia akan terus mengalah. Ia juga memegang rahasia Ino, maka jika Ino nekat memberitahu rahasianya Naomi pun tak segan untuk membuka kartu Ino. Mereka akan sama-sama hancur.








****





Naruto merasa sangat gugup tapi genggaman tangan Taka mampu memberikannya sedikit ketenangan. Ini pertama kalinya Naruto berkunjung ke Mansion Uchiha sekaligus akan dikenalkan oleh ayah Taka.

"Jangan terlalu serius baby, ayah tidak akan memakanmu"
Naruto tersenyum, dari yang di ceritakan Taka, ayahnya adalah sosok yang gagah dan berkarisma. Awalnya Naruto belum siap untuk dikenalkan tapi Taka terus membujuknya dengan dalih ayahnya ingin sekali bertemu dengan calon menantu. Dikatakan seperti itu tentu Naruto menjadi sangat malu.

Mansion Uchiha terlihat sangat besar dan luas, tak beda jauh dari Mansion Namikaze yang berada di Konoha.

Mereka telah sampai didepan pintu gerbang dan disambut dengan pria tua bernama Sarutobi.

"Kakek, kenalkan ini calon istriku" Taka mengerling genit pada Naruto yang dibalas dengan tinjuan main-main. 

Sarutobi tersenyum hangat, tahu jika tuan mudanya sangat bahagia dengan kehadiran pria mungil itu.

"Selamat datang di keluarga Uchiha tuan muda"

"Ah, jangan panggil aku tuan muda. Panggil saja Naruto, kakek"

Sarutobi menggelengkan kepalanya, sudah menjadi peraturan jika ia harus memanggil majikannya dengan sebutan tuan muda atau tuan besar. Tak peduli seberapa dekat mereka.

"Kakek turuti saja permintaan calon ist--aduuh!!" Dengan ganas Naruto mencubit Taka entah untuk keberapa kalinya, ia sangat malu dipanggil calon istri sejak tadi. Hubungan mereka saja masih dalam tahap sepasang kekasih, belum benar-benar ada ikatan yang sah.

"Kalau begitu, silahkan masuk tuan muda dan tuan Naruto"



Mereka memasuki ruang tamu yang sangat luas, lalu berhenti melangkah ketika keduanya bertatapan dengan seorang pria tua yang masih gagah diumurnya yang tak lagi muda.

"Jadi inikah calon istrimu?" Tanya Fugaku dengan kedua tangan terlipat didada, Naruto memainkan jemarinya . Merasa kembali gugup saat pria yang diduganya ayah sang kekasih berusaha menilainya.

"Yap, ini calon menantumu ayah. Calon ibu dari anak-anakku kelak" dengan tak tau malu Taka mencium pipi Naruto didepan ayahnya.
Ingin sekali menenggelamkan diri ditanah karena kepalang malu tapi berbeda dengannya, pria tua didepannya malah tertawa mendengar ucapan sang anak.

"Bagus nak, seleramu sungguh tak bisa diragukan"

Taka pun menarik Naruto untuk berhadapan dengan Fugaku lebih dekat, dengan sopan ia membungkuk lalu memperkenalkan dirinya dan tentu disambut baik oleh Fugaku.

"Kau yakin kau mau dengan putraku? Dia duda, dan kau masih single. Dia tua dan kau masih sangat muda. Dia kejam dan kau sangat lembut"

"Hei ayah, kenapa kau menjelek-jelekkan putramu sendiri huh!"
Taka tak terima, Naruto tertawa mendengar perdebatan keduanya.

"Awalnya aku tidak mau paman, tapi Taka selalu membuntutiku hingga akhirnya aku jatuh cinta dengannya"

Naruto melirik Taka dan tersenyum tulus pada prianya, Fugaku bisa melihat ketulusan itu. Ia mengusap rambut halus Naruto dan merangkulnya untuk masuk ke ruang makan.
"Jangan panggil paman, kau akan menjadi menantuku jadi harus panggil ayah"

"Baik ayah"

"Hei..kalian melupakanku!" Taka menyusul dan tak ingin kalah merangkul pinggang kekasihnya tak lupa memberikan tatapan sinis pada sang ayah.

"Dasar posesif!" Decih Fugaku.

"Keturunan siapa hm?!"

"Tentu saja keturunanku, hahaha"

Naruto tak habis pikir, ternyata sehangat ini komunikasi mereka. Padahal diluar sana nama Uchiha terkenal memiliki reputasi dingin dan kejam.

Makan malam hangat berlangsung dengan tenang walau diselingi obrolan, Taka meminta restu pada ayahnya untuk segera mengikat Naruto pada hubungan pertunangan. Dan Fugaku pun tak merasa keberatan sama sekali, malah ia ingin Taka langsung saja menikah. Tapi karena Naruto masih ingin melanjutkan kuliah maka rencana itu diurungkan.

Naruto berada dikamar Taka, ia dipaksa menginap oleh ayah Fugaku. Bingkai foto seukuran buku terletak diatas nakas. Naruto memandanginya tanpa berkeinginan untuk menyentuh.
"Itu Sasuke, dia masih berumur 3 tahun saat itu" ucap Taka yang duduk dipinggir ranjang dan menarik Naruto untuk duduk dipangkuannya.

"Dia imut sekali waktu kecil"

"Hm, tapi dia sangat pendiam"

"Yah, masih sama bukan seperti sekarang"

Hening, mereka asik melamun dalam dunia mereka sendiri hingga kata-kata Taka tercetus begitu saja.
"Aku menyayanginya seperti anakku sendiri, kakak telah tiada dan aku menggantikan posisinya sebagai ayah"

Naruto tahu, dibalik kata-kata Taka ada makna yang harus dipahaminya. Bahwa jika ia memutuskan bersama Taka maka ia juga harus menerima Sasuke.

Naruto tak berkata apapun, ia memeluk Taka dan menenggelamkan tubuh mungilnya dalam dekapan sang pria.

Taka mengelus punggung sempit kekasihnya, ia masih harus berjuang untuk mendapatkan Naruto karena besok ia berencana pergi di Konoha bersama Naruto untuk meminta restu Minato walaupun ia yakin pasti akan mendapat tolakan.













Daddy's friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang