Part 10

1.4K 156 21
                                    

Bagaimana Taka tak semakin cinta jika ia diperlakukan secara istimewa? Sore ini Taka benar-benar menemui Naruto, ia berpikir mungkin bocah itu akan sangat muak bertemu lagi dengannya. Tapi apa boleh buat, Taka tak bisa menahan rasa rindunya lebih lama. Sehari bertemu tiga kali itu pun terasa masih kurang, kalau pun bisa Taka ingin mengajak Naruto kemanapun ia pergi. Selalu berada disisinya dan menemani semua kegiatannya. Tapi tentu saja itu tak mungkin.

Saat ia masuk kedalam apartemen tempat kekasihnya tinggal, aroma masakan sudah tercium begitu harum.

"Kau memasak untukku?" Taka sudah menahan senyumnya, ia tak sabar untuk mencicipi masakan calon istrinya itu. Naruto merotasikan bola matanya malas, "Tentu saja tidak, aku baru saja membelinya dipedagang kaki lima. Mungkin rasanya tidak sesuai dengan selera lidahmu pak CEO"

Taka tersenyum, ia tahu Naruto berbohong hanya untuk menutupi rasa malu. Tak membahas lebih lanjut, Taka pun langsung duduk dikursi meja, menatap dua piring sayur dan lauk yang sangat menggugah selera.
"Apa kau peramal? Kau memasak ayam untukku? Ayam makanan kesukaanku"

Naruto yang sedang membuat teh berdecak sebal, "Sudah ku bilang aku tidak memasak untukmu paman, jangan terlalu percaya diri"

"Baiklah, kalau begitu kebetulan sekali aku sangat menyukai masakan dari pedagang kaki lima ini. Kelihatannya sangat enak" Taka mengambil satu ayam dengan tangannya, memakannya dengan lahap hingga membuat mulutnya sedikit menggembung. Naruto meletakkan gelas teh didepan kekasihnya lalu menunggu reaksi Taka.

"Kenapa melihatku seperti itu sayang?"

"Issh, jangan memanggilku seperti itu. Menggelikan tahu! Bagaimana rasanya?"

"Emm..ini saaaangat enak, lain kali tolong belikan lagi. Aku ingin memakannya juga di rumah atau dikantor"

"Paman tidak berbohong bukan?"

"Tentu saja, pedagang kaki lima itu pasti sangat berpengalaman membuatnya"

Naruto menggembungkan pipinya, ia melipat kedua tangan dan menatap Taka dengan sebal.
"Itu aku yang membuatnya, jadi kau harus memujiku!!"

"Woaaa...nyonya Uchiha sudah mengaku ternyata, hahaha"

"Ck, dasar menyebalkan"

"Tapi ayam ini benar-benar enak, apakah kau keberatan jika aku memintamu untuk memasaknya lain kali?"

Naruto tersenyum, entah kenapa ia merasa sangat dihargai padahal ini pertama kalinya ia memasak. Tak disangka masakannya mendapat pujian yang begitu tulus.
"Baiklah, satu porsi 100.000 bagaimana?"

"Apa tidak terlalu murah? Kurasa ini pantas dihargai satu juta!"

Sontak Naruto memukul lengan Taka, pria itu berhasil membuatnya tertawa lalu dengan mudah mengambil hatinya.

Mereka menghabiskan waktu dari sore sampai petang hingga sampai waktunya untuk pulang perdebatan pun terjadi. Antara Naruto yang menyuruh Taka untuk segera pulang atau Taka yang ingin sekali menginap di apartemen kekasihnya.

"Tidak bisa, kau harus pulang paman. Kau mengganggu acara kencanku dengan Netflix!"

"Ayolah sayang, kita bisa menontonnya bersama. Kau bisa menyandarkan kepalamu di bahuku lalu tertawa bersama jika filmnya lucu. Bukankah terdengar romantis hm?" Taka memelas pada Naruto, memegangi ujung kaos bocah itu. Tingkahnya sangat tak cocok dengan usianya yang sudah sangat matang. Sedangkan Naruto bersikeras mendorong Taka untuk keluar dari apartemennya.

"Ternyata paman terlalu sering menonton drama, ck. Kasihan sekali diumur paman yang sudah tua ini pasti tidak pernah berpacaran. Pergi sana paman, kau mengganggu acara ku!"

"Kau tidak kasihan denganku huh? Ini sudah malam, kalau tiba-tiba terjadi sesuatu dijalan bagaimana? Sekali saja, ijinkan aku menginap ya sayang. Ya..ya.."

"Tidak tetap tidak!! Husssh..sana pulang!"

"Kenapa? Bukankah kau senang? Aku akan menemanimu menonton lalu meninabobokanmu, aku janji tidak akan macam-macam"
Taka masih keras kepala, kali ini ia memegangi pintu apartemen Naruto. Enggan untuk beranjak pergi walaupun hanya selangkah.

"Pulang atau jangan menemuiku lagi?! Hayo, pilih yang mana?" Naruto melipat tangannya, tatapannya tajam menusuk walaupun terlihat sangat menggemaskan dimata Taka.

"Tidak bisa begitu! Kenapa kau sangat curang, baiklah aku pulang. Tapi besok aku ingin menginap!

Cup

Daaahh..."

Naruto memegangi pipinya, apa barusan Taka mencuri ciuman darinya lagi?? Sepertinya Naruto tak bisa membohongi dirinya, jika ia benar sudah jatuh cinta pada Taka.







Taka tak berhenti bernyanyi saat ini ia berada didalam mobil. Perjalanan pulang terasa sangat melelahkan namun ia sangat bahagia. Teringat senyuman Naruto yang begitu indah, begitu memabukkan dan membuatnya candu ingin terus melihat. Ia berharap senyuman itu hanya ditujukan padanya.

Baru saja ingin membayangkan hidup berumah tangga dengan Naruto, ponselnya terdengar. Taka melirik nama yang tertaya dilayar lalu menjawab panggilan itu dengan bersemangat.

Sepertinya malam ini ia akan menghabiskan waktu di tempat karaoke lagi, apa boleh buat. Ini permintaan terakhir Minato sebelum kembali ke Konoha.


Kedua pria dewasa itu kini sedang berduet, menyanyi asal-asalan untuk menghibur diri. Beberapa saat setelahnya, mereka duduk bersandar di sofa dengan keadaan yang sedikit mabuk tapi tidak dengan Taka. Toleransi alkoholnya lumayan tinggi jad ia tak mudah mabuk jika hanya meminum tiga botol bir.

"Bagaimana kabar putramu Taka? Hehehe...pasti dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan"

"Hm, ya begitulah. Dia sangat tampan"

"Ahh, Uchiha memang tak bisa diragukan lagi ketampanannya. Setelah bertemu denganmu, aku jadi memikirkan sesuatu. Bagaimana kalau kita menjodohkan kedua putra kita? Bukankah itu terdengar bagus?"

Minato setengah teler, hingga tak menyadari raut Taka yang perlahan mengeras.

"Mereka masih terlalu kecil, kita tidak tahu apakah mereka menginginkan perjodohan itu atau tidak. Sebaiknya kita biarkan mereka untuk memilih" namun Taka menjawab dengan bijak walaupun ada rasa tak terima dihatinya.

"Kau tidak setuju ya?" Minato kembali meminum bir, suara penyanyi wanita yang berada dilayar menemani perbincangan serius mereka.

"Ya, jujur saja aku tidak setuju. Bukan berarti aku tidak ingin menjadi bagian dari keluargamu. Tapi kita lihat saja apa pilihan anak-anak kita, akan ku pastikan aku lah yang menjadi anggota keluargamu sebagai menantumu Minato"
Dan tentu saja Taka tak menyuarakan kalimat terakhirnya.

"Baiklah, tapi aku berharap Naruto mendapatkan pasangan sepertimu. Kau tampan, gagah, bertanggungjawab dan tentu saja kau sangat kaya. Aku tak akan meragukan bibit unggulanmu. Pasti putramu  akan menjadi pria sepertimu kelak. Ah, aku jadi tak sabar melihat anakku menikah"

"Tak akan lama lagi, tenang saja. Anakmu sangat menawan pasti dia akan mendapatkan lelaki sepertiku" dalam hati Taka membanggakan dirinya sendiri. Walaupun rasanya ia ingin memukul sahabatnya itu karena berpikir untuk menjodohkan Sasuke dan Naruto.

Tak ia pungkiri, jika Taka merasa cemburu apalagi Naruto pernah menjadi kekasih putranya. Ya, diam-diam Taka sudah mencari tahu semuanya karena dari awal bertemu pun Naruto pernah salah menganggapnya sebagai Sasuke.

Apakah ia perlu menceritakan tentang kehidupannya yang sebenarnya pada Minato? Tapi Taka rasa ini bukanlah waktu yang tepat mengingat Minato sedang mabuk. Sepertinya lain kali ia harus jujur dan mengatakan semuanya pada sang sahabat. Entah bagaimana tanggapannya yang pasti Taka tak akan mundur untuk mendapatkan kekasih hatinya.
















Tim Takanaru mana suaranya???

Daddy's friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang