°Harry's POV°
Sudah cukup lama kami saling mengenal. Tiba saatnya dimana aku seperti memiliki perasaan yang aneh terhadap Louis. Umm- Fell in love, maybe? So, here it is.
*Flashback*
Sinar matahari pagi menerobos masuk, menembus horden jendela kamarku yang sedikit terbuka. Aku mengedipkan kedua mataku beberapa kali untuk menormalkan penglihatanku.
"Hey, morning, Harry." Ucap seseorang sembari mengelus rambut ikalku. Wait. That voice. Absolutely, Louis.
Aku membalikkan tubuhku menghadap Louis lalu duduk dengan selimut yang sengaja kuletakkan ditubuh bagian bawahku. -Kau tahu, aku selalu tidur dengan keadaan full naked. Jadi, sungguh tidak mungkin jika aku langsung bangkit dari ranjangku dan menghampirinya-. Oh, look! So gorgeous! Louis mengenakan jaket merah marun one-piece nya -jaket dengan sleting dari ujung kepala sampai batas jaket tersebut- serta beanie coklatnya, dan celana bahan berwarna abu-abu. Ah. Entah mengapa, setiap kali melihat Louis, aku selalu terpesona dengan senyuman manisnya dan jangan lupa, mata biru lautnya yang indah itu. Well, it's weird. Oh, hell, what's wrong with me?
"Oh. Hey, morning too, Louis. Ada apa?" Tanyaku sembari menggosok pelan mataku.
"Uhm- Hari ini kan day off. Mau tidak kita jalan jalan sebentar? Ya, hanya sekedar refreshing dari penat dan padatnya jadwal." Tawarnya lembut dengan sebuan senyuman.
"Ya, with pleasure, Lou. But sorry- If you don't mind, could you please get out from my room for minutes? I have to wear my clothes first." Pintaku sopan.
"Oh. You're naked." Ia mengerti maksudku lalu berjalan keluar dari kamarku dan menutup pintunya.
Beberapa menit kemudian, aku keluar dari kamarku dengan jaket hoodie Jack Wills berwarna ungu, beanie seperti Louis, dan skinny jeans hitam. And ya that's right! Beanie yang kupakai adalah pemberian dari Louis.
°Louis's POV°
Kenapa lama sekali. Batinku bosan. Kemudian pintu kamar Harry terbuka dan menampakkan sosok yang kukenal. Itukah Harry Styles yang kutemui beberapa minggu lalu? Oh. Begitu cutenya dia mengenakan hoodie ungu dengan logo 'Jack Wills', beanie spesial yang kuberikan padanya kemarin, dan celana levi's hitam ketatnya itu. Why is it so weird? What the hell, what's wrong with you, Lou?
Akhirnya, kami berjalan jalan mengelilingi kota London. Kami menaiki red bus bertingkat untuk mengelilingi kota London lalu pergi ke taman kota. Kami duduk di bangku panjang yang ada di taman kota. And- Wait. HEY! Ada penjual ice cream. Batinku kegirangan.
"Harry, aku ingin membeli ice cream. Apa kau mau?" Tawarku lembut lalu bangkit dari dudukku.
"Ah ya, tentu." Ucap Harry lembut.
Aku menghampiri penjual ice cream dan membeli ice cream rasa coklat dan vanilla. Sang penjual melayani pesananku dan aku membayarnya. Kemudian aku kembali menghampiri Harry yang tengah menikmati pemandangan taman ini.
"Here you are." Ucapku memberikan ice cream vanilla padanya.
"Eh. Vanilla?" Ucapnya terkejut.
Ada apa ya? Apa aku salah? Batinku kemudian. "Ya. Kenapa? Kau tidak suka vanilla ya?" Tanyaku agak kecewa. "To be honest yes, but it's okay, Louis." Ucap Harry lalu tersenyum tipis.
"Oh, I'm so sorry, Harry. I don't know. Here for you." Lanjutku cepat karna merasa bersalah lalu memberikan ice cream coklat milikku yang belum kucicipi sedikitpun. Harry menolaknya dengan lembut. Lalu aku berkata lagi "No, it's okay, Harry." Ucapku memaksanya lalu tersenyum manis. Akhirnya, Harry mau menerima ice creamku. Ia tersenyum manis dan berkata "Thank you, Lou."
Kami saling diam menikmati ice cream masing-masing. Oh, ternyata si keriting ini tidak suka vanilla ya. Aku harus mengingatnya, agar aku tidak mengecewakannya lagi saat mentaktirnya ice cream. Haha. Aneh sekali rasanya untuk mengingat salah satu hal tentang si keriting itu.
"Hey! Jangan melamun terus!" Ucap seseorang dan tiba-tiba sebuah colekan ice cream coklat mendarat tepat di hidungku. Aku menengok ke arah sampingku dan menatapnya dengan sinis. Awas kau, Harry. Ia hanya menyegir lebar -menampilkan rentetan gigi putihnya serta dimplesnya yang dalam itu- lalu menjulurkan lidahnya dan berlari mengelilingi bangku panjang yang kami duduki.
"Harry! Tunggu pembalasanku ya!" Ucapku lalu mencoba mengejarnya. And GOTCHA! Aku menangkapnya lalu mencolekkan ice cream vanillaku di pipinya dan menjulurkan lidahku padanya. Setelah hal konyol yang kami lakukan itu, kami memutuskan untuk segera kembali ke hotel karena sebelumnya Modest! sudah mengirimkan pesan singkat sebanyak 5 kali pada kami.
Sebelumnya, kami juga sempat menaiki kereta bawah tanah, hanya untuk berjalan jalan. Saat di kereta, kami berbincang banyak hal. Bahkan, aku dan Harry saling merangkul dan berpegangan tangan. Entah mengapa tiba tiba saja, tangan kami ingin berangkulan dan berpegangan. Rasanya nyaman dan hangat. Tapi seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatiku. Perasaan apa ini?
Short, I know. I have no idea. Sorry. So, gimme little vomments. I'll appreciate that, really. Thank you a lot .A

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Triangle [Larry Stylinson]
FanfictionOur story. Two bandmates who loves each other. Forbidden in public. Even the world. But IT IS WHAT IT IS. Love comes anytime, anywhere, and to anyone. LOVE IS LOVE. Love never get wrong. Makes everyone blind. DO NOT COPY THIS STORY! Larry Stylinson...