Cobak liat mulmed. Cobak dong vomments. Aku mau tau, berapa banyak Larry Shippers disini. Kalo kalian nanya soal mulmed diatas. Well, aku gak tau itu Real atau Photoshopped. Itu ada di Google. Kalian tau sendiri kan kerjaan Larry Shippers diluar sana. Hehe.
[WARNING!]
THIS PART CONTAINS ADULT CONTENT. PLEASE, BE A WISE READER. Okay, Happy reading, guys.°Louis's POV°
Sejak saat aku tidur bersama Harry, aku jadi sering tidur di kamarnya. Bahkan aku bilang kepada petugas hotel untuk menyewakan kamarku pada customer hotel yang tidak dapat menyewa kamar di hotel ini karna sudah penuh. Jadi, aku bisa tidur bersama Harry di kamarnya kapanpun aku mau. Dan ya tentunya tanpa sepengetahuan Simon, pihak Modest! dan juga Paul. Hanya teman teman band kami saja yang mengetahuinya. Okay, tanpa banyak bicara. Let's see.
*Flashback*
°Harry's POV°
"SweetHaz, apa kau sudah tidur?" Ucap seseorang -yang sudah pasti My Darling Lou- sambil mengetuk pintu kamarku beberapa kali. Aku membalut selimut tebal di tubuhku dengan rapat -untuk menutupi tubuhku yang sudah full naked lebih dulu- dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. Dan kulihat Louis membawa serta kopernya.
"Hey, DarlingLou. What's going on? Got a Nightmare, huh?" Tanyaku dengan tatapan menggoda.
"Lol. I just wanna sleep with you. Aku menyewakan kamarku pada costumer hotel lain demi bisa tidur bersamamu." Ucapnya begitu manis. Ohh. Manis sekali. Calon suamiku ini sepertinya tidak bisa menjauh dariku sedikitpun ya.
"Okay, Baby. Come in." Ucapku lembut lalu tersenyum menggoda dan menyuruhnya masuk -menggandeng lengannya dan membantunya membawa kopernya. Louis duduk di tepi ranjangku lalu membuka kausnya. Tersisa skinny levi's nya. Ohh. Lihatlah. Kaki jenjangnya terekspose dengan jelas. Seksi sekali kau, Sayangku. Batinku terpesona.
Kemudian ia berbaring di ranjangku. Aku mematikan saklar lampu utama kamarku dan menyalakan lampu tidur di atas meja bufet. Aku berjalan menghampiri Louis dan berbaring disebelahnya -menyatukan selimutku ke tubuh indah Louis-. Louis berbalik menghadapku dan menatapku dengan tatapan menggoda, kurasa.
"Are you full naked, huh?" Ucapnya dengan suara menggoda. Shiz. Aku yakin, pipiku pasti sudah merah merona sekarang.
Louis menatapku lebih dalam lagi. Sampai akhirnya, ia melihat kearah bibirku. Tanpa basa basi, ia mendekatkan wajahnya padaku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat. Aku hanya bisa memejamkan kedua mataku. Dan aku merasakan sesuatu menempel di bibirku. Bibir merah muda dan seksi milik Louis. Kami berciuman cukup lama kemudian melepasnya.
"You're the best kisser that I've ever met, SweetHaz." Serunya seraya membelai rambut ikalku. "And then, you have the sweetest lips that I've ever tasted, DarlLou." Seruku seraya membelai wajah tampannya -mulai dari pipi kanan sampai dagu-.
Ia berbalik menghadap bufet -memunggungiku-. Aku mendekat kearahnya dan memeluk pinggangnya erat."Good night, My DarlLou. Have a nice dream. Love you a lot, Baby." Bisikku pelan di telinganya lalu mencium pipinya lembut.
Tiba tiba Louis menghadapku dan berkata "Good night too, My SweetHaz. Have a nice dream too. I love you more than you know, Honey." Lalu mencium bibirku sekilas dan kembali memunggungiku. Aku tersenyum manis dan memeluknya lebih erat lagi.
*******
°Louis's POV°
"Hey, GAY! Wake up! Look at this fucking disgusting picture! Eww." Ucap seseorang lalu melemparkan sebuah majalah kepadaku dan Harry dengan kasar. Kami -aku dan Harry- pun terbangun secara refleks.
"Simon?! Paul?!" Ucapku terkejut saat melihat Simon dan Paul lah yang rupanya melemparkan majalah sialan itu dan mengucapkan kata kata kasar pada kami.
Harry mengambil buku majalah itu lalu melihatnya. Harry menyikut lenganku dan menyuruhku untuk membacanya. 'Harry Styles and Louis Tomlinson 'One Direction' have a date in 17Black Restaurant with a naughty kiss'. Itulah tulisan yang terpampang di salah satu halaman majalah tersebut. Terdapat fotoku dan Harry yang tengah makan malam bersama saat di 17Black Restaurant serta fotoku dan Harry berciuman pada malam itu. Aku dan Harry menunduk. Tanpa sadar, aku meneteskan air mata. Kutengok seseorang di sampingku -masih dengan keadaan menunduk- Harry menangis -dilihat dari selimutnya yang sudah banjir dengan air matanya yang mengalir deras-.
"So, you guys are Gay, huh? Unbelieveable!" Ucap Paul kepada Simon -meledekku dan Harry- dengan beberapa kali tepukan tangan. BLOODY HELL. THAT'S NOT EVEN FUNNY! Batinku geram.
"Yea. What an incredible actors! You guys should be win an Oscar! Right, Paul?" Ucap Simon pada Paul -masih dengan nada meledekku dan Harry disertai tepukan tangan pula-.
Aku berbisik pada Harry. "Please, don't cry, Honey." Dan mengelus lembut pipinya. Harry tetap saja menangis.
Aku menghapus air mataku dengan kasar. "Okay, I will back to my room. But please, don't take him away from me." Seruku lalu bangkit dari dudukku. Tapi tiba tiba Harry menarik dan menggenggam tanganku dengat erat -sehingga membuatku terduduk kembali-. "PLEASE, DON'T GO!" Seru Harry dengan air mata yang mengalir semakin deras. Aku menatapnya dalam dan menghapus dengan lembut butiran butiran air yang sudah membasahi wajah tampannya itu. Simon dan Paul hanya bergidik geli melihat kami.
"Paul, I can't manage it anymore! Please, take Louis out from this room! Right now!" Sentak Simon pada Paul. Paul terlihat agak kikuk lalu mengangguk mengerti dan mulai mencoba menarik tubuhku -untuk melepaskan genggaman tanganku dan Harry yang bertautan dengan erat-.
"NOOOOO! HEY, BIG FAT! DON'T EVER YOU TOUCH HIM! HE'S MINE!" Teriak Harry dan mengaitkan tanganku dan tangannya jauh lebih erat dari sebelumnya.
Simon membantu Paul dengan cara mencoba melepaskan tangan kami yang masih bertautan begitu erat. Kekuatan mereka berdua -Paul dan Simon- jauh lebih kuat dibandingkan aku dan Harry. Dan akhirnya kaitan tangan kami berdua harus terlepas. Aku dan Harry terhempas ke lantai lalu aku berhasil dibawa keluar dari kamar Harry.
Paul mendorongku dengan kasar saat sampai di luar kamar Harry dan berkata "JANGAN PERNAH KAU DEKATI HARRY LAGI! Kalau tidak, aku jamin kau akan segera keluar dari One Direction!" Aku tidak mau kalah dengannya. Aku membalas ancamannya. "Tau apa kau, huh?! AKU TIDAK AKAN PERNAH MENJAUHINYA! YOU'RE AN ASSHOLE! Kau bahkan bukan Management kami! Just shut the fuck up!" Paul kesal mendengar ucapanku barusan dan hendak memukulku. Kemudian Paul menutup pintu kamar Harry dengan kencang. Well, lebih tepatnya ia membanting pintunya.
Aku mulai menangis. Menangis dalam diam. Air mataku terus mengalir deras. Aku menangis tanpa suara. Sampai dadaku amat terasa sesak saat ini. Aku dapat mendengar suara tangisan dan berontakan Harry yang semakin lama semakin keras di dalam kamarnya. Aku tidak tega. Kasihan Harry. Kenapa kau jadi pengecut seperti ini, Louis Tomlinson?!
"AKU BENCI DIRIKU! ARGHHH!" Teriakku frustasi. Aku menelungkupkan wajahku diantara dekapan kedua lututku yang terlipat.
Tiba tiba pintu kamar Liam terbuka -menampakkan wajah teman teman bandku yang selalu mengerti keadaanku dan juga Harry-. "OMG! Louis?! What the hell is going on here?!" Ucap Liam panik.
Kemudian Zayn, Niall, dan Liam segera berlari kecil menghampiriku dan membantuku berdiri lalu menuntunku ke dalam kamar Liam. Aku duduk di sofa diantara mereka bertiga -Zayn, Niall dan Liam- dan menceritakan apa yang terjadi padaku dan juga Harry.
Ahoyyy. Maaf ya baru update. Happy Eid Mubarak for all of Muslims in da' world. Minal aidzin walfa idzin. Maaf ya kalo chap ini gak seru, banyak typo, dll. Jari ampe kriting ini, 1100+ words, chuy *gak ada yang nanya sumpah min -_-* Please, gimme some votes and comment. I'll appreciate that a lot. Thanks you. #LouisAppreciationDay jadi Trending di Twitter hari ini, anyway. All the luv .A

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Triangle [Larry Stylinson]
FanfictionOur story. Two bandmates who loves each other. Forbidden in public. Even the world. But IT IS WHAT IT IS. Love comes anytime, anywhere, and to anyone. LOVE IS LOVE. Love never get wrong. Makes everyone blind. DO NOT COPY THIS STORY! Larry Stylinson...