12.Na

8K 689 19
                                    

"ICH HASSE"
.

.

.

"Jangan lakukan itu Hyunjin, aku mohon itu sangat sakit! akkh!!"

Shhss~~

"Aarrgghhmm!!!"

Pisau panas membara itu menggores sempurna di kaki Jaemin, menimbulkan goresan luka bakar yang baru dia atas banyaknya goresan luka lama yang mengering. Benar sebelumnya Jaemin sudah di siksa lebih dulu oleh Hyunjin.

Pukulan, tamparan, sayatan pisau, juga besi panas yang baru di angkat dari pembakaran, telah Jaemin rasakan di sekujur tubuhnya.

Sudah memohon ampun pun, Hyunjin tampak tak peduli dan menulikan telinganya. Dua hari sudah Jaemin menjalani harinya dengan siksaan.

Jaemin lelah dan benar-benar ingin Hyunjin segera mengakhiri hidupnya dari pada harus menerima siksaan yang tiada titik akhirnya seperti ini.

Hyunjin menarik kuat surai Jaemin hingga membuat sang empu mendongak, menatap sepasang netra yang menyiratkan sebuah kebencian untuknya.

"Kau ingin berteriak, teriak saja sekeras yang kau mampu. Tapi untuk melepaskan mu, itu hanya ada dalam mimpimu!" Hyunjin menyentak keras kepala Jaemin, hingga membuat kepalanya terhantuk kuat di atas lantai.

"Makan ini! aku masih akan memberikan mu hidup beberapa hari lagi, setelah ku pikirkan kau cukup berguna juga, heh! dasar pembunuh!" hyunjin melempar sekantung plastik belanjaan yang berisikan sebungkus roti juga sebotol air putih ke hadapan Jaemin.

Hyunjin pun meninggalkan Jaemin kembali, debuman pintu terdengar memekakkan di penjuru ruangan, juga suara langkah kaki yang kian lebih menghilang.

Bak kesetanan Jaemin meraih kantung plastik itu dengan tergesa-gesa, ia tak bohong perutnya benar-benar lapar. Dua hari tanpa di berikan makanan sudah cukup untuk membuat nafsu makan Jaemin menggila saat ini.

Dengan cepat roti yang di lahapnya itu habis juga air dalam botol yang tersisa setengah. Walaupun Jaemin tak merasa kenyang, tapi itu sudah cukup membuat rasa laparnya menghilang.

"Jeongin.... bisa kah kau hidup kembali dan jelaskan semuanya, kau sudah cukup tenang di sana bukan hiks! kau seharusnya tak melakukan itu, kau seharusnya menunggu lebih lama lagi Jeongin!!" Jaemin meremat kaos yang ia kenakan hingga buku-buku jarinya memutih.

Ia kecewa dengan keputusan yang diambil sahabatnya itu. Jaemin merasa sangat benar-benar kecewa.








| |








"Arrrggghhh!! kenapa kalian semua tidak becus mencari seseorang, aku sudah membayar kalian lebih! tapi menemukan Jaemin saja kalian sangat bodoh!!" Sarkas Jeno mengacak-acak benda di atas meja kerjanya dengan frustasi.

"Maaf tuan, tapi semua akses informasi yang mengenai tuan Jaemin sudah benar-benar di bersihkan, bahkan plat nomor kendaraan yang tuan jeno katakan itu adalah nomor palsu" Jelas seseorang dengan kepala yang tertunduk

"Ku rasa orang yang menculik Jaemin itu sudah merencanakan semuanya dengan baik. Jangan sungkan untuk mengambil tindakan lebih jauh, kau harus mengerahkan seluruh bawahan mu untuk menemukan Jaemin, detektif sepertinya tak akan mampu menghadapi masalah serumit ini" usul Yangyang tampak serius.

Jeno terdiam memikirkan apa yang di katakan oleh Yangyang.

"Jika memang tak ada cara lain lagi, aku akan melakukan tindakan itu, aku tak suka melihat bunda bersedih hingga jatuh sakit, rasanya seperti Dejavu aku melihat diri mama yang menggantikan posisi bunda Winwin" tatapan Jeno berubah sendu mengingat mertuanya yang jatuh sakit di saat mendengar kabar jika salah satu putranya menghilang.

"kalau begitu aku akan meminta Lucas untuk menyiapkan pasukannya" Yangyang meraih MacBook yang ada di hadapan jeno, baru saja menghidupkannya sebuah dering ponsel Jeno membuat Yangyang teralihkan.

Jeno mengangkat panggilan itu setelah membaca nama yang tertera di layar ponsel.

"Selamat malam CEO Jung" sapa seseorang di seberang telfon.

"Selamat malam juga untukmu CEO Hwang, apa ada sesuatu hingga menelfonku di malam hari seperti ini"

"Tch! aku benci basa basi, aku tau kau sedang mencari istri kecilmu itu. Benar bukan?"

"Apa maksudmu, dari mana kau tau jika Jaemin menghilang!"

"Tenang Jung... aku hanya sedikit bermain-main, khekhekhe.... kau tau maksudku kan Jung Jeno?"

"Jangan bertele-tele cepat jelaskan apa tujuanmu?!"

"Ya terus terang saja aku ingin menukar istri kecilmu ini dengan perusahaan Jung Iland yang ada di sebelah laut timur, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang wisata aku harus memperluas wilayah bisnisku bukan?"

"Tidak akan Jung Iland tidak akan jatuh ke tangan mu, lebih baik kau kembalikan Jaemin, aku tak pernah sekalipun mengusik dirimu Hyunjin!"

"Ouh! kalau begitu jangan terkejut jika besok ada berita besar kematian dari istri CEO Jung. Tidak kah kau mengerti jika serigala gila ini haus kekuasaan"

"Keterlaluan kau Hyunjin!" Geram Jeno memukul meja di depannya.

"Hoammhh aku mengantuk, jika iya besok datang saja ke mansion ku, aku akan menyambutmu dengan hormat Jung, dah..."

Tut.

panggilan terputus jeno melempar asal ponselnya kemudian mengacak rambutnya frustasi.

"Kau menyebut dirimu serigala? yah baiklah si monster ini akan membasmi serigala yang suka bermain-main seperti mu" Jeno menyeringai, membuat Yangyang yang melihatnya bergidik ngeri.

"Benar-benar tidak ada yang beres aku akan membuat surat pengunduran diriku besok. Bekerja di lingkungan para monster membuat ku selalu waspada akan bahaya" batin Yangyang, dengan takut-takut ia menatap ke arah Jeno yang terlihat sangat mengerikan. Berharap saja agar Jeno tak mendengar suara hatinya.
























Buat yang voment semoga banyak yang sayang pay pay🌱

Ich Hasse-|NoMin|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang