"Dia kurang diksi kali makanya dapet 70. Kok dia emosi?"
"Tapi gue rasa cerita yang dibikin Siwat bagus loh, cuma diksinya aja yang kurang. Jarang-jarang ada anak Sastra yang mau ngetik karangan horror sebegitu panjangnya sampe ratusan episode. Ya gak, sih?"
Gue setuju dengan apa sebenarnya dibilang Pawin soal karangan horror Siwat. Hanya saja diksinya memang kurang. Di satu sisi yang gue baca terlalu banyak melibatkan adegan jumpscare di momen yang salah, tapi di sisi lain yang gue kagum karena Siwat niat banget munculin banyak makhluk astral khas Indonesia.
"Pang, coba lu baca ceritanya Siwat yang episode 'Ms. Kuntee.' Itu emang beneran loh, dan udah diklarifikasi sama Kraam kalo cerita itu benar adanya."
"Ah, yang mana?"
"Dulu kondominium Kraam itu campur-campur sebelum tinggal di kondominium putra sini, Pang. Di daerah Fort Rotterdam itu loh, yang pintu kamarnya langsung keliatan pekarangan gitu."
"Oh, yang deket Jalur Dua itu. Terus kenapa dia pindah?" tanya gue penuh; straight to the point. Seketika pembahasan seperti ini lumayan make sense buat gue.
"Kamar yang ditempati sama Kraam ini emang sering kosong karena gonta-ganti penghuni gitu. Nah, penghuni terakhir itu si Kraam. Dia tau-tau tengah malem ada yang sering gedor-gedorin pintu kamarnya. At least, di malam terakhir dia tau kalo tetangga sebelah kamarnya itu belom tidur dan si Kraam bangsat juga gedor-gedor pintu kamar cewe, mana minta ditemenin, katanya lagi nunggu ojol. Soalnya dia barusan aja mimpi didatengin 'Ms. Kuntee' yang ngeliatin dia lagi tidur."
"Mimpi doang, njir!" timpal gue.
"Itu juga sih, tapi udah yang kesekian kalinya kejadian seperti itu, Pang..., dan yang terakhir ini yang paling real."
Malam itu juga Kraam ninggalin kondonya dan memutuskan untuk numpang tidur di rumah Oab—temannya, dengan alibi ngerjain tugas kampus.
"Besoknya dia pindah kondo dong!"
"Aight! Terus tetangga kamar Kraam yang cewe itu apa dia gak takut ada kejadian begitu?"
"Pretend to be okay, sih. Narasumber Siwat juga ada loh dari si cewe itu, gue lupa episode berapa."
Sambil mencari-cari halaman karangan horror Siwat akhirnya ketemu juga.
"Sebut saja dia Rosee, katanya abang si Rosee ini nginep di kamarnya Rosee dan pernah diganggu siang bolong. Tembok kamarnya diketok-ketok gitu. Mana si abangnya peka lagi sama yang 'begituan'. Terus abangnya nanya ke Rosee takut apa gak, malah Rosee jawabnya biasa aja dan selama ini, itu adalah hal yang wajar."
"AJG!"
"Astaghfirullah Jangan Gitu, Pang."
Dari naskah yang tertulis di karangan horror Siwat, sebelum-sebelumnya kamar yang pernah dihuni Kraam memang banyak cowok yang sewa. Paling bertahan cuma sebulan doang terus kosong lagi. Rosee juga mengira beberapa penghuni kamar sebelahnya adalah anak-anak intern atau magang aja, karena kurangnya keakraban yang terjalin makanya dia gak nanya penyebab pindahnya penghuni itu.
"Win, lu gak ngerasa aneh gitu? Berarti yang sering diganggu di kondo itu rata-rata cowo, ya, 'kan?"
"Bener juga sih, apalagi si Rosee bilangnya banyak dihuni cowo sebelumnya. Include si Kraam."
"Fix, Kuntilanaknya lagi nyari jodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Itu? the Series
HorrorAntologi beberapa cerita seram-komedi. Setiap episode dalam series ini menceritakan kisah yang berbeda dan tokoh didalamnya pun berbeda-beda. Setiap orang memiliki masa lalu, dan kerjadian yang tidak terduga dengan siapa mereka akan bertemu di masa...