03.

2.5K 384 93
                                    

Hoseok masih tetap setia mengelus rambut Jungkook yang tengah terlelap diatas pahanya. Hoseok tersenyum melihat wajah Jungkook yang sedikit bengkak karena menangis. Setelah Hoseok datang menyusul Jimin dan Jungkook, Jimin pergi begitu saja meninggalkan rumah sakit. Hingga akhirnya, Hoseoklah yang menemani Jungkook dan Seokjin sekarang.

Memang benar. Semua Army pasti tahu, Jungkook jarang sekali menangis. Hal yang bisa membuat Jungkook menangis tak lain adalah keluarganya, Hyungnya dan juga Army.

Seokjin adalah hyung kesayangan Jungkook dari semenjak jadi trainee. Seokjin yang berhasil membuat Jungkook bertahan untuk tetap bersama mereka. Jungkook juga termasuk orang yang paling sering menjahili Seokjin. Namun, yang Hoseok tahu jika perlakuan Jungkook tidak pernah membuat Seokjin marah.

Namun, siapa sangka? Ternyata perbuatan selama ini membuat Seokjin memutuskan untuk keluar dari Bangtan.
Apa mereka terlalu berlebihan? Menjadikan Seokjin mainan hanya untuk menghilangkan rasa penat mereka dengan segala aktifitas Bangtan?

Ceklek!

"Eoh? Jungkook tidur?"

Hoseok mengangguk dan tersenyum.

"Nee, Eomonim. Terlalu banyak kegiatan membuat si bungsu lelah." Jawab Hoseok lembut.

Nyonya Kim yang merupakan ibu Seokjin itu tersenyum lembut. Ikut mengelus pipi Jungkook yang tertidur dipaha Hoseok.
Hoseok melihat baskom berisi air yang tengah disiapkan oleh ibu Seokjin.

"Eomonim, apakah ini jadwal Jin hyung mandi?"

"Nee, Seokjin tidak suka kalau tubuhnya lengket dan tidur dalam keadaan berkeringat."

Ahh benar. Jungkook juga sering dimarahi oleh Seokjin karena ia yang selalu tidur diatas kasurnya tanpa membersihkan badannya.

"Eomonim. Bolehkah aku saja yang melakukannya?"

"Tidak perlu, takutnya Jungkook akan bangun."

"Eomonim seperti tidak tahu saja kalau Jungkook sudah tidur. Bahkan di dorm, Jin hyung selalu berisik membangungkan Jungkook tapi tidak pernah bangun." Canda Hoseok yang membuat ibu Seokjin tertawa.

"Ahh benar. Seokjin sering mengeluhkan itu padaku. Katanya, Jungkook tidur seperti orang mati. Hanya bau makanan yang bisa membangunkannya. Benar bukan?"

Hoseok tertawa dan mengangguk. Setelah memindahkan kepala Jungkook pada bantal sofa, Hoseok mengambil alih lap handuk dari tangan ibu Seokjin.
Perlahan, Hoseok menggulung baju bagian tangan Seokjin dengan hati-hati karena infus yang menancap padanya.

"Ibu pergi keluar sebentar membeli makanan untuk kalian, ya?"

"Terima kasih Eomonim."

Ibu Seokjin mengusap pundak Hoseok lalu meninggalkan ruang rawat Seokjin.

Pertama, Hoseok mengusap bagian wajah Seokjin. Agak sedikit sulit dengan ventilator yang menempel. Hati Hoseok tercubit. Bagaimana bisa sang kakak yang selama ini selalu terlihat baik-baik saja dihadapan semua adiknya, kini hanya bisa memejamkan matanya.

"Hyung, tidak merindukan kami?"
Lirih Hoseok yang masih mengusap wajah Seokjin.

"Kami saja rindu padamu. Masa hyung tidak?"

Hoseok beralih pada lengan Seokjin setelah ia membasahi kembali handuknya.

"Hyung, lihatlah. Kami begitu menyesali semua perbuatan kami. Candaan kami, kami tidak tahu kalau itu menyakitimu, Hyung."

"Kalau hyung bangun nanti, Hyung masih akan tetap dengan rencanamu?"

"Kami harap, Hyung membatalkan semuanya. Dan kita akan mulai dari awal lagi."

BLUE AND GREY (KIM SEOKJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang