06.

2.1K 367 53
                                    

Min Yoongi.

Satu-satunya member yang bahkan sampai saat ini belum melihat keadaan Seokjin. Bahkan, hanya untuk menginjak rumah sakit tempat Seokjin dirawat pun, Yoongi rasanya sangat berat.
Bayangan-bayangan itu selalu muncul setiap Yoongi mencoba untuk memberanikan diri masuk kedalam rumah sakit dan selalu berakhir ia berlari menjauh dengan napas terengal.

Bayangan piano yang hancur dengan Seokjin yang memanggil namanya membuat peluh Yoongi bercucuran. Tangannya bergetar tak karuan. Membuat napasnya memburu. Yoongi segera berlari meninggalkan rumah sakit jika saja tidak ada yang menahan lengannya.

"Hyung.."

"Mau sampai kapan?"

"Tidak hyung, aku belum siap."

"Yoongi. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Kalau kau masih merasa bersalah karena kejadian itu, aku pikir itu salah. Yoon, ini semua bukan salahmu. Seokjin seperti ini bukan salahmu. Kau hanya orang yang kebetulan ada disana. Bukan berarti kau yang bersalah."

Yoongi terdiam cukup lama mencerna apa yang baru saja Seokjung katakan.

"Yoon, dan kita juga tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya."

"Maksudmu apa, Hyung?"

"Seokjin bahkan belum memberikan respon apapun. Kalau Seokjin belum merespon sampai batas waktu yang ditentukan, dokter memvonis Seokjin mati otak. Dan mungkin kami juga akan melepas semua alat kehidupan Seokjin."
"Kenapa kalian melakukan itu?"

"Kita tidak bisa menahan Seokjin terus, Yoon."

"Bukankah kalian sendiri yang bilang padaku kalau Jin hyung suatu saat akan bangun?! Lalu, kenapa sekarang justru kalian yang menyerah?!"

"Apa yang akan diharapkan dari pasien yang mati otak, Min Yoongi?!!"

"Kalian, bukan keluarganya." Lirih Yoongi dengan penekanan. Yoongi berlari menjauh dari Seokjung. Dan tanpa ia sadari, ia justru berlari kedalam rumah sakit.

Yoongi berhenti tepat di depan kamar rawat Seokjin. Sial! Kenapa kakinya justru malah melangkah masuk kesini? Kenapa juga dengan lancarnya Yoongi bertanya dimana ruang rawat Seokjin?

Apa ini saatnya?

Apakah memang Yoongi harus menemui Seokjin sekarang?

Perkataan Seokjung begitu terngiang-ngiang di telinganya.
Kami akan melepas Seokjin.

Tidak! Ia tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.

Perlahan tangannya mulai memutar knop pintu ruang rawat Seokjin. Suara mesin EKG langsung menyapa indra pendengaran Yoongi. Hawa sejuk pendingin ruangan justru membuat Yoongi merinding.

Yoongi berkali kali menarik napas panjang guna menetralisir rasa gugup nya. Pintu kamar Seokjin kini terbuka, dan terlihatlah Seokjin yang terbaring lemah. Ini pertama kalinya bagi Yoongi. Dan dengan tidak tahu dirinya, air mata Yoongi langsung keluar begitu saja.
Luka goresan di wajah Seokjin kini mulai tak terlihat dari sejak terakhir Yoongi melihatnya. Yoongi menghampiri Seokjin dengan langkah terseok. Yoongi menangis keras saat kini ia berada tepat disamping Seokjin.

"Hyung.."

"Hyuung.."

Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Seokjin.

"Maaf.."

"Maaf karena aku baru berani menemuimu, Hyung.. Hiks.."

"Maafkan akuu.."

Yoongi menangis sejadi-jadinya. Ia menenggelamkan wajahnya pada lengan Seokjin.

"Kau harus bangun, Hyung. Kalau kau bangun. Aku janji, akan menuruti semua keinginanmu."

BLUE AND GREY (KIM SEOKJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang