Water

622 90 27
                                    

"OI! BANGUNLAH!"

Seketika Kageyama membuka mata. Ia bermimpi tentang masalalunya dengan Atsumu. Rasanya sangat nyata sampai-sampai ia ingin kembali ke masa-masa itu.

Si raven terduduk dan memandang ke bingkai pintu. Tampak Kei dengan seragam SMA Jujutsu sudah menanti.

"Jangan membuatku menunggu lebih dari satu jam." ujar si kacamata sembari berjalan pergi.

Tobio lekas-lekas mandi dan bersiap. Ia memakai seragam berwarna putih lengan panjang dan juga celana hitam.

Di misi pertama ini, Sakusa dan Motoya mengantarkan Tobio dan Kei ke sebuah bangunan sekolah.

Tobio merasa cemas bukan main, jantungnya berdegup tak karuan. Dia akan sungguhan bertarung sekarang? Dia yang bahkan tak berani mengelus kucing jalanan kini harus melawan kutukan yang notabene beruwujud menyeramkan?

"Sampai." Sakusa keluar disusul Tobio dan Kei. "Ada dua anak yang hilang di sekolah ini, temukan dua anak itu, entah hidup atau mati, bahkan jika tubuhnya sudah tidak tersisa lagi, musnahkan kutukannya."

Tobio menelan ludah. Kedua tangan kecilnya saling meremat di depan perut. Sakusa menangkap ketakutan kecil itu. "Kau boleh memanggil malaikat pelindungmu kalau takut. Hanya saja, pastikan misinya selesai dan jangan sampai terbunuh."

'Malaikat pelindung..' Tobio mendongak menatap Sakusa. Yang pria itu maksud adalah Atsumu. Bisakah dia memanggil Atsumu? Kekuatan kutukan itu terlalu hebat untuknya yang tidak bisa apa-apa. Bagaimana kalau Atsumu malah melukai Kei nantinya kalau sampai bangkit.

Sakusa mulai meluruskan jari dan membaca mantra, menciptakan tudung pembatas antara area sekolah dan luar agar kerusakan ataupun kutukan tidak melebar kemana-mana.

Tsukishima berjalan lebih dulu, mengeluarkan tongkat bermata tajam dari sarungnya untuk bersiaga. "Apa kau hanya akan berdiri di sana selamanya, queen?"

Tercekat dengan nama panggilan itu Tobio sedikit mengerutkan kening dan berjalan. "Kenapa memanggilku begitu?"

Kei melirik dengan sudut matanya. Apa anak ini belum mendengarnya? Sakusa belum memberitahunya? Bahkan murid-murid jujutsu tingkat lain sudah tahu tentang Tobio.

"Lupakan saja. Lihat ke depan sana."

Tiga kutukan berlari mendekat ke arah mereka. Bentuknya yang tak karuan membuat Tobio jijik dan takut. Kakinya bahkan membeku tak mau digerakkan.

"Ingat baik-baik, semakin lemah kutukan maka mereka akan menggerombol."

Kei melompat, dengan ayunan tongkatnya dalam satu kali tebas, dia membantai ketiga kutukan tadi. Mulut Tobio menganga sebelum akhirnya menelan ludah.

"Kau mengerti?"

Tobio mengangguk-angguk. Ia pun kembali berjalan mengikuti Tsukishima. Banyak kutukan-kutukan kecil yang berterbaran di lorong dan ruang kelas sekolah, hanya saja mereka tidak menyerang.

"Kenapa kau bergabung dengan sekolah jujutsu?" tanya Kei memecah keheningan.

Keduanya masih melangkah di lorong-lorong. Tobio menatap ke luar jendela, pada rembulan yang cantik namun tertutup kabut malam. "Sakusa sensei mengajaku.."

Dengan sudut matanya, si jangkung melirik, jawaban Tobio terdengar begitu polos dan terkesan enteng. Pemuda itu pun membetulkan bingkai kacamata.

"Rrr... Rrrr..aarr..."

Sekejab Tsukishima berancang-ancang. Sebuah kutukan dengan ukuran tubuh memenuhi lorong begitu besar dan mengerikan berteriak di hadapan mereka.

"Lari Kei-" Tobio menarik tangan Tsukishima tapi pemuda itu justru gantian menarik Tobio.

Cursed Bride (Atsukage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang