Khawatir, cemas, dan takut menjadi satu. Setelah mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya Jisung kalut, dia tidak bisa hanya berdiam diri disini menunggu pertolongan. Jisung harus kabur sebelum dia dirubah menjadi iblis.
Ya, ucapan pria cebol berjas putih dengan kacamata bulat bertengger di hidungnya semalam masih terngiang ngiang di kepalanya,
"Bagus, proporsi tubuh yang bagus. Dia akan sangat cocok menjadi iblis bulan ke tiga. Awasi dia, dua hari lagi obatku akan selesai. Selama itu jangan beri dia makanan apapun."
Itu tidak akan terjadi, dia tidak bisa membayangkannya. Jisung tidak mau. Kondisinya saat ini lebih kacau dari saat ia jatuh ke jurang.
Ujung rambutnya yang lumayan panjang hingga melewati mata basah karena keringat, wajahnya juga berkeringat banyak berpadu bekas lukanya yang sudah mengering, noda tanah di pakaiannya juga belum hilang. Tapi Jisung sama sekali tidak peduli. Yang ia lakukan saat ini ada fokus melepaskan kedua tangannya yang diikat.
Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri dimana tangan tangannya diikat tali yang disambungkan ke sebuah besi. Dia terus mencoba memutuskan tali itu dengan menarik tangannya ke arahnya.
Alih alih lepas, justru tenaganya yang terkuras. Itu memang hanya tali biasa, tapi melilit tangannya berlapis lapis hingga ia kesusahan. Pergelangan tangannya pun kini terasa sakit.
Jisung mengatur napasnya, "..gak ada cara lain."
Setelah mengatakan itu dia tidak melakukan pergerakan lagi. Tapi siapa sangka, lambat laun kuku kuku tangannya berubah menjadi panjang dan metajam. Saking panjang dan tajamnya mampu menggapai tali itu dan memotong seluruhnya.
Kedua tangannya terlepas, lalu kedua kakinya juga. Dalam posisi kepalanya yang masih menunduk bibir cowok itu mengukir senyum tipis.
"Obat Ibu bekerja baik, mereka bahkan gak sadar."
Sore ini Jungwoo sudah keluar dari rumah sakit. Padahal dokter menganjurkannya untuk tetap disana sampai pekan depan, karena cowok itu bisa dikatakan baru selesai menjalani operasi besar.
Mendengar selama itu tentu Jungwoo menolah mentah mentah, meyakinkan dokter itu dengan membawa bawa hukum. Sok sokan mengajari dokter itu hak asasi manusia padahal di Winwin kedengarannya ngalor ngidul. Tapi usahanya berhasil, dokter itu menyerah.
Dan mereka tidak berpikir lagi untuk langsung menuju tempat tujuan mereka. Mereka harus segera menyelamatkan adik kelasnya itu.
Setelah beberapa menit berjalan Jaehyun memandangi suasana desa yang ia lewati ini, sore sore begini ternyata kelihatannya indah. Orang orangnya juga ramah menyapa mereka, walau ada beberapa gadis yang caper pada mereka. Jaehyun tidak tanggung tanggung masang muka julid.
"Jungwoo, kalo lo cape bilang aja. Kita bisa--"
"--gue gak capek."
Seperti yang sudah sudah Winwin menghela napas, "Hǎo de."
Percakapan itu dilirik Jaehyun, dia tidak bertanya lagi tapi langsung merebut tas Jungwoo di punggung cowok itu hingga terlepas membuat Jungwoo oleng dan terkejut.
"Apaan lo?!"
"Udah baik biar gue yang bawa," Jaehyun membenarkan posisi tas Jungwoo di pelukannya, iya, dipeluk, "Siapa tau lo bohong bilang gak capek dan tiba tiba mati bawa tas seberat ini, not funny kan?"
Jungwoo menatapnya kesal, "Terserah, tapi awas aja tas gue sampe lecet."
Dengan senyum mengembang Jaehyun senang hati mengangkat tas Jungwoo tinggi tinggi, "Penuh tanah, daki, kumel, dan usang kaya yang punya. Gue bahkan gak bisa liat lecetnya bagian mana."
Winwin langsung menghadang Jungwoo yang ancang ancang mau nyekik Jaehyun, untung dia ingat temannya itu terluka, kalau tidak mungkin dua orang itu sudah sekalian dia dorong, "Stop, ini bukan waktunya bercanda. Kita harus cepet nemuin Jisung sebelum dia kenapa napa."
Jungwoo menghela napas sesaat lalu mengangguk, Jaehyun juga, walau kelihatannya malas tapi dia mengerti. Jaehyun juga sama khawatirnya, bahkan sangat. Hanya saja dia tidak bisa mengekspresikannya.
"Piànkè!"
"Hah?"
Winwin tiba tiba menunjuk ke suatu arah, "Bù xiàng zài sēnlín lǐ xíjí wǒmen de rén?"
Ucapan itu sukses membuat Jungwoo memberengut kesal, "Dangsin-i museun mal-eulhaneungeoya?"
"Ck," mata Winwin semakin menyipit menunjukkan dua orang berpakaian serba hitam dan bertopi di belakang seseorang, "Itu, lo liat? Mereka bukannya mirip sama orang orang yang nyerang kita di hutan?"
"Tunggu apa lagi, kita samperin." Jaehyun sudah mau berlari tapi Winwin menahannya.
"Itu pasti targertnya, jangan buat keributan disini. Kita ikutin aja mereka kemana."
Kening Jungwoo mengerut, "Tapi katanya mereka pake teleportasi?"
"..."
Jaehyun menggeram lalu menarik paksa kerah baju Winwin agar berlari, "FAK! GUE BAKAL MAKI LO ABIS ABISAN KALO SAMPE KEHILANGAN JEJAK!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo Zone ✔
ActionTanpa sengaja tertinggal bus sekolah saat camp yang membuat mereka mengalami hal yang sama sekali tak terduga. --Neo Zone