bab 7

24.3K 99 0
                                        

"Argggghh,,, Om Murni mau keluar ahhhh, ahhh,, ahhh." Tubuh Murni bergerak dengan cepat sehingga membuat penis Agung terasa sangat nikmat, dengan cepat Agung mengimbangi permainan Murni yang seakan hendak menelan batang penis Agung.
Setelah tubuh Murni lunglai, Agung memberikan jeda sebentar agar Murni bisa beristirahat dan mengatur nafasnya. Setelah dirasa sudah cukup Agung langsung membalikan posisi dengan tubuh Murni menungging dan hanya bertumpu pada ujung sofa.
Jleb.. bunyi penis Agung saat masuk ke dalam vagina Murni yang sudah sedikit becek.
"Oohhh,, mmm Om enak,, gurih,, nikmat.. Terus Om ahhh sodok yang dalam Om ahhhh.." Pinta Murni dengan keringat  mulai menetes dari dahinya.
Setelah beberapa menit akhirnya milik Agung sudah tidak dapat menahan lahar panas yang hendak keluar, menuju klimaks. Saat-saat paling nikmat Agung menusukkan penisnya, menekannya dalam-dalam dan menyemprotkan maninya kuat-kuat. Sambil mengejang, melayang, dan bergetar Agung menarik rambut Murni yang tergerai di punggung.
Tubuh kedua Manusia penuh dosa itu, terkulai lemas diatas sofa dengan keadaan mata tertutup.
Hampir setiap hari Murni, melakukan seks dengan Agung ataupun Jali. Tapi, entah kenapa hari ini Murni sangat malas dan bosan, jika harus melakukan seks terus menerus setiap hari. Siang ini Anis datang berkunjung ke rumah majikan Murni, saat itu kebetulan Murni sedang asyik masak di dapur.
"Murni, Murni." Dengan berlenggang Anis masuk kedalam rumah, Irma tanpa menunggu pemilik rumah mempersilahkan.
"Murni, maneh dimana?" Dengan cepat Murni berlari menuju asal suara itu berada.
"Anis, maneh lagi naon?" Murni terkejut melihat Anis ada di dalam rumah Irma.
"Rek main atuh, kunaon te Mera?" Tanya Anis sedikit emosi.
"Lain kitu, pan meren pintunya ditutup, pan maneh bisa masuk?" Tanya Murni sedikit penasaran.
"Atuh meren, aku geh boga tangan. Nya di buka ku tangan aku." Tanpa rasa berdosa Anis langsung menuju dapur dan membuka lemari es di sana.
"Ih Anis, tong kitu ah. Coba anu sopan ari bertamu tah, era ih ini mah bukan kampung." Murni mulai mengingatkan Anis tenang siapa mereka sekarang.
"Ih maneh mah kitu ogoan, ja kamu geh dapet aku bisa kerja di sini geh." Anis tidak terima jika Murni mulai melarangnya.
"Emang bener. Tapi, geh hargaan geh aku nya, tar aku yang dimarahi mah." Dengan suara lemah Murni mencoba mengingatkan.
"Ya ges, maaf."
"Aya naon Anis, datang kadie?" Tanya Murni dengan menarik Anis dari dapur.
"Ngga ngapa-ngapain, cuman kangen aja. Murni kumaha betah kerja disini?" Anis  bertanya dengan mengedarkan pandangannya.
"Alhamdulillah, betah." Murni menjawab dengan senyum yang mengembang.
"Aku mau nginep boleh ngga?" Tanya Anis sedikit memohon.
"Ih duka eta, coba aku tanya dulu ya." Akhirnya Murni memutuskan untuk menghubungi Agung yang tengah sibuk bekerja.
"Halo Om, ini ada teman ku mau menginap, boleh tidak? Makasih ya Om." Dengan tersenyum Murni menutup teleponnya.
"Bagaimana?" Tanya Anis dengan antusias.
"Boleh." Setelah mengatakan itu, Murni mengajak Anis pergi ke kamarnya,untuk beristirahat.
Seketika mata Anis berbinar saat melihat seisi kamar Murni.
"Ini kamar kamu Murni, wahh keren banget!!" Mulut Anis menganga saat melihat semua pasilitas yang diberikan Irma.
"Bagus kan, ternyata teh Irma sama Om Agung, itu baik banget. Dia sampai bebasin aku mau ngapain aja." Anis dibuat cemburu saat Murni mengatakan semua kebaikan Irma.
"Ihh geleh aing ngedengena, disangka aing teh Irma koret, horeng bager nya." Murni tertawa terpingkal-pingkal melihat Anis marah-marah.
"Nah eta, aku aja sampe betah kerja disini. Tapi ada sesuatu yang paling aku suka disini?" Anis kembali melongo saat Murni mengatakan ada hal yang paling dia suka.
"Naon eta, maneh di bere bonus gede atau maneh di bere Imah?"
"Lain, kegeh maneh nyaho lah." Anis semakin dibuat iri dengan kehidupan Murni saat ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam saat itu terlihat Agung baru pulang dengan wajah yang terlihat sangat lelah.
"Selamat malam Om!!" Murni menyapa Agung dengan berpakaian yang sangat seksi dan menantang, namun karena Agung merasa sangat lelah keindahan tubuh Murni hanya dia lirik saja.
"Malam Murni, saat ini Om sedang lelah nanti dulu ya." Wajah Murni langsung di tekuk saat Agung mencampakkannya.
"Ha ha ha. Kenapa apa kau di tolak sama pak Agung?" Dari atas tangga terlihat Anis yang sedang tertawa meledek Murni yang sedang kesal.
"Hiss kurang ajar maneh Anis!!" Murni langsung berlari mengejar Anis yang masih tertawa.
"Ha ha ha, ampun Murni ha ha ha." Saat itu Agung yang hendak mengambil minum, melihat jika Anis ternyata menginap di rumahnya. Seketika rasa lelah dalam tubuh Agung lenyap entah kemana.
"Hai gadis-gadis ku!!" Agung tersenyum sambil melipat tangannya di pinggang.
"Hai mas Agung, lama tidak jumpa!!" Dengan manja Anis berjalan mendekati Agung.
"Benar sekali, apa malam ini kau akan menginap?" Tanya Agung dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Tentu saja mas, karena aku ingin sekali bisa bermain dengan mu. Murni bilang kau sungguh perkasa saat di ranjang!!" Murni terlihat sangat geram karena tingkah laku Anis yang sedikit centil.
"Anis, tidak boleh seperti itu hari ini Om Agung sedang cape, jadi kita tidak bisa memaksanya." Agung terlihat menyunggingkan senyum saat melihat Munri cemburu dengan Anis.
"Tenang gadis-gadis ku, malam ini aku akan memuaskan kalian berdua, tapi aku mau mandi dulu karena bauku sedikit tidak enak jika langsung bermain dengan kalian." Seraya Agung meremas payudara Anis, dan tangan satunya meremas payudara Murni.
Sementara di Semarang, Irma dan Andes sedang berada di balai desa dengan banyaknya Pasien.

Pembantu dari deSahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang