bab 9

18.9K 86 0
                                    

Agung meminta posisi mereka di ubah, Anis disuruh membungkuk dan menghadap meja sambil kedua tangannya memegang kedua sisi meja.
Agung mulai memasukkan miliknya kedalam vagina Anis, namun sudah berapa kali Agung coba masih sangat sulit, selain ukuran penis Agung yang cukup besar saat itu lubang senggama milik Anis yang sedikit ketat karena membungkuk.
Diangkatnya kaki Anis sebelah dan kali ini berhasil milik Agung berhasil masuk kedalam vagina Anis.
"Ahhhh,, mas hmmm,,, ahhhhh." Lenguh Anis dengan mata tertutup dan bibir yang digigit.
"Tenang sayang, malam ini aku akan menjadikanmu wanita sejati." Semakin cepat Agung memompa miliknya di dalam sana hingga tidak berama lama tiba-tiba tubuh Anis bergetar hebat dan terasa ada cairan yang hangat keluar membasahi penis Agung, dan rasanya sungguh nikmat.
Setelah memberi jeda beberapa menit, Agung kembali mendorong senjatanya dan agak ditarik sedikit. Goyangan Agung semakin lincah pinggulnya pun maju mundur beraturan. Sepertinya Anis kembali bernafsu dan sangat menikmati gaya seperti ini, buah dada Anis maju mundur mengikuti irama dari pinggul Agung yang bergerak. Diremasnya payudara Anis kuat-kuat, sambil menahan sesuatu yang mendesak ingin segera keluar.
"Ahhh, hhhh ada apa mas, kenapa dicabut aku belum puas!!" Rengek Anis dengan nafas yang terengah-engah.
"Aku ingin ganti gaya sayang!!" Agung langsung menuntun tubuh Anis, menuju sofa kamasutra yang baru saja dibeli.
Dengan cepat Agung menindih kembali tubuh Anis, sambil menekuk kedua lututnya hingga menempel ke perut Agung. Hingga kini vagina Anis terlihat mengkilap karena cairan dari permainanku.
"Aku sungguh tergila-gila dengan tubuh mu." Agung kembali mengarahkan senjatanya ke dalam lubang senggama Anis, tapi kali ini Agung bergerak lebih cepat dan kencang seperti orang yang sedang berlomba untuk mencapai garis finis.
"Oh,, oh,, oh mas mmm,,, oh." Suara yang keluar dari mulut Anis semakin tidak jelas sepertinya Anis sangat menikmati sesuatu yang Agung berikan.
"Aku mau keluar, oh,, oh,, ohhhhhh." Lenguh panjang Agung saat mencapai klimaks, tubuhnya ambruk diatas tubuh Anis, semntara Agung merasa bersalah pada Murni yang selama satu jam lebih permainannya tidak dia sentuh.
"Terimakasih mas, aku sungguh menikmati ini semua." Anis tersenyum sembari mengusap rambut Agung yang ada di dadanya.
"Sama-sama sayang, kau sungguh nikmat." Seraya mengusap keringat pada dahi Anis, Agung kembali bangkit dan masuk kedalam kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya.
Sementara di kamar, Murni terlihat habis menangis karena matanya sedikit sembab dan hidung yang memerah.
"Terima kasih Murni, ini pengalaman pertamaku bercinta dengan mas Agung yang sangat perkasa." Seraya berkata Anis mengelap sisa-sisa cairan yang tertinggal di sela-sela pahanya.
"Hey kamu kenapa, apa kamu menangis?" Tanya Anis sedikit meledek.
"Cicing maneh, tos gera kaditu bebersih awak maneh ges bau cai sperma." Murni memekik dengan suara khas orang yang habis menangis.
"Uluh-uluh pundung yeh ceritanya." Sambil tertawa Anis masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Disisi lain Agung sudah selesai membersihkan dirinya dan kembali meminum obat stamina untuknya memuaskan Murni.
"Resiko punya penis besar dan gagah, semua wanita mengantri meminta aku genjot." Agung tersenyum menyeringai saat membayangkan wanita-wanita yang berebut untuk di setubuhi.
Agung kembali masuk kedalam kamar yang ditempati Murni saat ini, terlihat Murni saat itu sedang melihat ponselnya sambil menekuk wajahnya.
"Hay kesayangan Om, apa kau sudah siap untuk berpetualang?" Tanya Agung sambil mengocok miliknya sendiri.
"Om Agung, ada apa datang ke kamarku!! Apa Om belum puas dan masih mencari Anis,?" Agung terkikik melihat Murni cemburu padanya karena Anis.
"Tentu saja tidak. Om datang kemari untuk meminta jatah padamu, maafkan Om yang tadi tidak menggubris mu karena tadi Om sedang sangat tanggung." Dengan wajah masam Murni memalingkan wajahnya.
"Sudah jangan ngambek, ayo kita ke kamar Om, jarang-jarang kan kita bisa melakukannya di kamar Om." Mata Murni berbinar sambil tersenyum hingga dia melupakan sakit hatinya tadi.
"Benarkah Om, kalo begitu ayo Om. Tapi, aku mau gaya yang lebih erotis dari gaya Om dan Anis tadi." Pinta Murni dengan menggandeng tangan Agung.
"Siap sayang." Dengan tidak sabar Agung membawa tubuh Murni ke dalam kamarnya, setelah sampai di sana. Agung meminta Murni untuk melepaskan pakaiannya, hingga saat ini mereka berdua seperti orang pada zaman manusia purba yang tidak mengenal pakaian. Agung langsung mendorong tubuh Murni hingga menempel ke tembok dekat pintu, bibir Agung langsung melumat dan menyedot secara liar. Dari bibir beralih ke leher telinga dan dada Murni. Tubuh Murni menggeliat merasakan nikmat bercampur dengan rasa geli, degup jantung kedua insan itu berdetak sangat kencang dan bergemuruh saat nafsu mulai memuncak.
"Mmm,, assh,, om,, mm oh,, ohh." Murni mendesah kecil saat Agung kembali melumat payudaranya.
"Tenang sayang malam ini kita akan terbang melayang bersama." Agung mulai memasukan ketiga jarinya kedalam lubang senggama Murni yang sudah sedikit dibanjiri cairan gairah.
Agung semakin bernafsu saat jari-jarinya dijepit dan disedot oleh mulut kecil dalam vagina Murni.
"Aku sudah tidak sabar sayang." Dengan sedikit kasar Agung membawa tubuh Murni ke arah dekat balkon kamar Agung.
"Menungginglah sayang." Dengan cepat Murni melakukan apa yang Agung minta, setelah itu Agung mulai memasukan miliknya dengan sekali tekan. Sensasi bercinta kali ini terasa sangat menantang karena Agung mengajak Murni melakukan di balkon yang bisa di lihat orang-orang yang berlalu lalang disana.
"Ohh, om mm,, enak banget om, oh,, oh,, oh." Dengan bertumpu pada pagar balkon Murni mengerang dan mendesah. Agung semakin gila mendorong senjatanya agar sepenuhnya masuk ke dalam vagina Murni.
"Ahh Murni sayang, Om sungguh enak disini." Agung tersenyum sambil kedua tangannya meraba payudara Murni yang bergelantungan menganggur.
"Ohh Om, aku ingin terbang Om ahh, ini sungguh luar biasa enak Om, ahhh terus Om masukin lebih dalam." Dengan cepat Agung mendorong miliknya dan memompanya lebih cepat lagi, hingga terdengar suara ciplakan dari batang penis Agung yang bergesekan pada pinggul Murni.
"Haduh Om, Murni ga mau berenti Om ini enak banget Om, ahhh,, ahhh, ooohh." Erangan demi erangan keluar memekakan telinga, pada saat itu Anis yang baru saja keluar dari kamar mandi, mulai mencari keberadaan Murni dan juga Agung.
Tapi sungguh disayangkan Anis sama sekali tidak bisa menemukannya.
"Om, nanti kalau ada yang melihat bagaikan ahh, sshhh Om," Tanya Murni dengan sedikit was-was.
"Kamu tidak usah khawatir sayang, tetangga disini maniak seks semua. Mereka tidak akan berani macam-macam ohhh, enak sekali ahh." Lutut Agung terasa sangat lelah dan capek, sehingga Agung mendudukkan tubuhnya di kursi dengan keadaan penis yang masih tertancap di vagina Murni.
"Murni sayang, tolong bergoyang lutut Om sudah sangat lelah." Tanpa menunggu lagi Murni mulai menggerakkan pinggulnya naik turun dan sambil sesekali memutarnya ke kanan dan ke kiri.
"Aduh Om, aku udah ga kuat nahan nih, ahhh aku mah kelaur ahh," Tidak lama setelah itu tubuh Murni mulai bergetar saat cairannya yang hangat keluar membasahi batang penis Agung yang masih menancap.
"Baiklah sayang kita selesaikan secepatnya." Agung langsung mendorong tubuh Murni hingga menungging dan bertumu pada lantai, dengan sekuat tenaga Agung menekan dan memompa miliknya hingga penisnya sudah tidak kuat membendung larvanya.
"Ahhhhhhh, enak ahhhh." Lenguh Agung dengan menancapkan penisnya hingga tandas didalam vagina Murni.
*******
Sudah 4 hari Irma dan Andes bertugas di Semarang hari ini, Irma sedang cuti tidak dinas karena merasa sedikit kurang sehat. Dengan sedikit tidak rela Andes meninggalkan Irma sendiri di kamar hotel.
"Apa kau yakin, baik-baik saja aku tinggal sendiri?" Tanya Andes dengan raut wajah yang cemas.

Pembantu dari deSahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang