3.Bertemu lagi

53 16 1
                                    

Setelah hampir seharian belajar, kini akhirnya Fattah bisa mengistirahatkan diri diatas kasur yang empuk.

Saat akan memejamkan mata tiba-tiba dia teringat sesuatu, lalu membuka matanya kembali dan turun dari kasur untuk mengambil koper di pojok kamar. Koper milik gadis bercadar yang tertinggal dihalte bus.

Fattah membawa koper itu keatas kasur lalu membukanya. Hal yang dia lihat hanyalah beberapa pakaian dan almameter. Tunggu, sepertinya dia mengenali almameter itu. Fattah mengangkat almameter itu lalu mengamatinya.

Yap dugaannya benar itu adalah almameter yang biasa dipakai santri dipesantran milik orang tuanya.

Saat akan menaruhnya kembali tak sengaja dia melihat sesuatu yang terselip diantara beberapa baju. Fattah mengambil lalu melihatnya.

Senyum misterius pun terbit di wajah tampannya.

~~~

Di lain tempat, seorang gadis tengah mengobrol dengan seorang wanita paruh baya di sebuah ruangan dengan saling berhadapan.

"Maaf Nyai, apakah masih ada seragam yang tersisa," kata gadis itu.

"Emm, sepertinya tidak ada karena kami hanya membuat sesuai jumlah santri saja," jeda Nyai Rita, istri pemilik pesantren Al-Hadi.

"Memangnya seragam kamu kenapa?" Tanya Nyai.

Gadis itu pun menceritakan kronologinya dari awal sampai akhir.

"Owh seperti itu, jika kamu mau kami bisa membuatkannya lagi," kata Nyai.

"Saya mau Nyai," kata gadis itu antusias.

"Siapa nama kamu, dari tadi kamu belum memperkenalkan diri," kata Nyai lembut.

"owh iya saya lupa Nyai, perkenalkan nama saya Assyila, panggil syila aja Nyai," kata Syila memperkenalkan diri.

"Saya Rita, panggil umi aja jangan Nyai," sahut Nyai.

"I-iya Umi," jawab Syila canggung.

"Assalamu'alaikum," salam seseorang lumayan keras didepan pintu, lalu bergegas menyalimi Nyai Rita dan meninggalkan koper yang dibawanya di depan pintu.

"Wa'alaikumsalam," jawab Syila dan Nyai serentak.

"Gak usah kenceng-kenceng salamnya, Umi gak budek," kata Nyai Rita menasehati.

"Maaf Umi," jawabnya cengengesan.

"Oh iya Syila, perkenalkan ini anak Umi namanya Fattah," kata Nyai Rita.

Mendengar namanya di sebut Fattah membalikkan badannya.

"Kamu,"
"Lo,"

Sentak Syila dan Fattah kaget.

"Kalian kenal?" Tanya Nyai bingung.

Fattah ingin menjawab, tapi Syila lebih dulu menjawabnya.

"Ngak Umi, dia yang tadi Syila ceritain," sahut syila sopan.

Seketika raut wajah Nyai Rita berubah dari yang tadinya terlihat ramah menjadi garang.

"Kamu mabuk lagi," marah Nyai.

"Iya," jawab Fattah enteng.

"Dasar anak bandel, udah berapa kali dibilangin gak pernah didengerin," ucap Nyai Rita gerget dengan anak satunya ini, sangat beda dengan kakaknya.

"Sudah sana masuk kamar, bawa koper mu itu kedalam," sambung Nyai sambil mengarahkan pandangannya ke arah koper.

Syila juga mengikuti arah pandangan Nyai, betapa terkejutnya dia bukankah itu koper miliknya.

"Itu bukan koper Fattah, tapi punya dia," jawab Fattah sembil menunjuk syila dengan dagunya.

"Kok kamu tau aku disini?" Tanya Syila bingung.

"Gak usah banyak nanya yang penting kopernya udah kembalikan," ucap Fattah lalu pergi kekamarnya.

Syila dan Nyai hanya menatap kepergian Fattah.

"Ya udah, karena koper Syila udah ada, jadi umi gak usah repot-repot membuat seragamnya lagi," kata Syila sopan.

"Hmm iya," jawab Nyai sambil tersenyum.

"Ya sudah Syila kembali ke asrama lagi ya umi, Assalamu'alaikum," kata Syila lalu menyalimi Nyai Rita.

"Wa'alaikumsalam," jawab Nyai.

Syila pun melangkahkan kakinya menuju asrama putri.

Saat telah sampai dikamarnya, Syila jadi kepikiran kenapa Fattah tau dia disini, cowok itu pasti membuka kopernya.

Seketika Syila panik dan langsung menggeledah kopernya untuk mencari buku Diary, karena disitu terdapat semua rahasianya yang orang lain tidak boleh tau termasuk Orang tuanya sendiri.

Huhhhh

"Alhamdulillah masih ada," ucapnya lega. Sebenarnya ada sesuatu yang hilang namun sayang dia tidak menyadarinya, karena terlalu panik akan buku Diary nya.



 Sebenarnya ada sesuatu yang hilang namun sayang dia tidak menyadarinya, karena terlalu panik akan buku Diary nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assyila

Gus BerandalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang