Aku sedang nggak bersemangat banget. Apa kamu mau membagi kalimat positif untukku? Juga, dari skala 1 sd 10, kebahagiaanmu ada di level berapa? Buat menambah kebahagiaan, mungkin kamu bisa ikut giveaway di akun Instagram ikavihara, siapa tahu menang dan dapat buku yang bikin kamu bahagia :-)
Love, Vihara
(IG/Twitter/FB/TikTok ikavihara, Tokopedia/Shopee ikavihara, kumpulan bab esktra ada di karyakarsa.com/ikavihara)
***
Terlalu dini menilai apakah Lamar adalah sosok yang tepat untuk menjadi suaminya dan ayah anak-anaknya. Kertertarikan Malissa —sejak pandangan pertama—pada Lamar tidak bisa dijadikan dasar untuk menentukan calon suami. Mereka baru bertemu dua kali. Selama mereka bercakap-cakap, Malissa belum menyebut keberadaan si kembar. Sebab menurut Malissa, tidak perlu melibatkan si kembar, kalau tidak ada kejelasan masa depan hubungan di antara Malissa dan laki-laki itu.
Suami? Ayah? Malissa mentertawakan kebodohannya. Kemungkinan Lamar tertarik pada Malissa hanyalah 0,000001%. Bagaimana bisa Malissa berpikir sejauh itu.
Segala keperluan bayi diterima. Kecuali baju.
Malissa mengetik balasan. Selama ini Malissa tidak pernah menerima donasi baju. Karena menurut Malissa, itu hanya akan mendorong orang semakin konsumtif. Berpikir bisa beli baju sering-sering, tidak usah khawatir lemari penuh. Baju yang lama tinggal dikirim ke Toko Kita Bersaudara. Nope, Malissa tidak mau itu terjadi.
Jemari Malissa bergerak untuk memperbesar display foto Lamar. Professional portrait. Rambut Lamar pendek dan tertata rapi. Lamar mengenakan setelan berwarna hitam dan kemeja putih. Dua kancing teratas kemejanya terbuka. Kedua sikunya menumpu pada paha yang terbuka. Jemari tangan kanan dan kiri saling mengait di bawah dagu. Sepasang mata birunya menatap lurus ke depan. Ekspresi wajahnya gabungan antara ramah dan serius. Tampan. Tuhan benar-benar sedang dalam suasana hati baik saat sedang menciptakan Lamar.
Malissa mensyukuri pembicaraannya dengan Lamar selama makan malam. Yang memperkaya wawasan. Latar belakang Lamar berbeda dengan Malissa dan semua teman Malissa. Dari segi budaya—ayah Lamar berasal dari Swedia, latar belakang pendidikan dan pekerjaan—he is an engineer, dan sebagainya. Bicara dengan Lamar, walau hanya sesekali, sudah menjadi suatu anugerah yang tak ternilai.
Malissa menjatuhkan ponselnya karena kaget, saat benda itu bergetar. Beruntung ada karpet di bawah kakinya. Nama Lamar muncul di layar. Sebelum menerima panggilan itu, Malissa menarik napas berkali-kali dan menenangkan debar jantungnya.
"Halo...?" Sapa Malissa ragu-ragu. Bisa saja ini hanya butt call. Lamar tidak sengaja menduduki ponselnya dan tanpa disadari, nomor Malissa terpanggil.
"Hei." Suara Lamar terdengar jelas. "Apa aku mengganggu?"
Tengah malam pun, saat Malissa tidur nyenyak dan bermimpi indah, kalau Lamar mau mengganggunya, Malissa tidak akan keberatan. "Nggak ... aku lagi ... santai ... membaca."
Kalau laki-laki lain yang bertanya—seperti saat Malissa dua atau tiga kali dikenalkan kepada seseorang oleh kerabat atau teman—Malissa tidak akan menjawab membaca. Punya gelar doktor saja sudah dianggap mengintimidasi, apalagi lebih banyak menghabiskan waktu luangnya bersama buku. Tetapi Lamar berbeda. Dari percakapan saat makan malam itu, Lamar bilang juga suka membaca.
"Buku apa?"
"Romance." Here we go. Malissa akan menilai layak atau tidaknya seseorang menjadi temannya dari pandangan mereka mengenai genre romance.
Tetapi Lamar tidak mengatakan apa-apa.
"Romance itu genre yang bagus." Malissa memulai pembelaan, mewakili dirinya dan semua orang yang menyukai genre romance.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGHT TIME TO FALL IN LOVE
RomanceDari penulis A Wedding Come True dan My Bittersweet Marriage, pemenang The Wattys 2021 Kategori Romance: Ketika rencananya untuk menikah dipupus takdir, Lamar Karlsson memutuskan pulang ke Indonesia. Meninggalkan segalanya--termasuk karier sebagai s...