kue beras

659 103 6
                                    

Mereka bertiga kini saling diam satu sama lain. Yuna menunduk canggung meski sesekali melihat kearah bahiyyih. Begitu juga dengan hueningkai, pemuda itu bahkan sering tanpa sadar bersenandung kecil, menghilangkan kecanggungannya sendiri. Saat tatapannya bertemu dengan sang adik, matanya langsung memicing. Seolah mata keduanya sedang saling menantang satu sama lain.

Entah siapa yang harus hueningkai salahkan dalam hal ini. Apakah ia harus menyalahkan adiknya itu, karena tidak memberitahu kalau dia sedang bersama temannya di sini. Atau ia harus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak memberi pesan dulu pada bahiyyih jika ia akan pulang?

"Yuna-sii, maaf kalau anak ini merepotkanmu." Akhirnya kai memberanikan diri untuk berbicara pada yuna. Pemuda itu lalu menatap hiyyih dengan sebal, "dia memang sedikit kurang ajar."

"Mwo?" hiyyih membalas tatapan kesal pada sang kakak.

"Wae? Kau tau kan yuna-sii ini adalah artis yang super duper sibuk. Kenapa kau malah memintanya untuk menemanimu di sini? Tindakanmu itu pasti membuang waktunya, kau tau?!" tegur hueningkai dengan nada nyolot.

Bahiyyih beranjak berdiri, kedua tangannya bertengger di pinggang, "Tapi sebelumnya aku sudah tanya yuna eonni terlebih dulu dan dia pun tidak keberatan. Kenapa oppa yang sewot, hah?"

Tidak ingin kalah dengan sang adik, hueningkai pun bangkit dan bergerak maju. Menyisakan jarak yang sempit di antara mereka. "Tapi seharusnya kau tau diri, hiyyih! Masih tidak paham juga ya?"

Melihat pertengkaran kecil di antara mereka, akhirnya yuna mau tidak mau turun tangan. Karena topik pembicaraan mereka pun adalah tentang dirinya. "Hiyyih.. Hueningkai-sii... Sudah, sudah. Jangan bertengkar."

Hueningkai melihat yuna yang sudah berdiri di antara mereka, kemudian tersenyum, "yuna-sii, kamu duduk saja, ya. Kakimu masih sakit, kan?"

"Eh, tapi aku tidak apa-apa. Jangan memarahi hiyyih seperti itu. Aku tidak merasa di repotkan sama sekali, justru aku senang--"

"Kau dengar, hueningkai-sii? Yuna eonni saja tidak keberatan sama sekali. Seharusnya kau ikut senang karena adikmu ini kini berteman baik dengan idol terkenal seperti yuna eonni."  Bahiyyih langsung memotong ucapan yuna dengan mimik wajah yang semangat. Meski cukup mengejutkan yuna karena bahiyyih tiba-tiba berdiri di depannya.

Hueningkai memandang sang adik dengan raut muka menahan emosi. Jika tidak ada orang lain di sini mungkin ia sudah menjitak kepala adiknya itu. Lalu apa tadi? Dia memanggilnya, hueningkai-sii? Tanpa oppa? Wah, anak itu. Terlalu jelas bahwa dia sedang menggunakan kesempatannya yang langka ini.

"Ya sudah. Terserahmu saja! Aku mau ke kamar!" hueningkai lalu melirik yuna ragu, kemudian membungkuk pamit, "aku pamit ke kamar. Tolong maafkan manusia itu sekali lagi,"

Yuna tersenyum tipis, "ne, silahkan."

Ketika hueningkai baru mengambil beberapa langkah, ia kembali menoleh ke belakang. Dan menemukan yuna masih berada di sana, memperhatikannya. "Kalau kau perlu apa-apa, panggil saja aku."

"N-ne," jawab yuna canggung. Tapi tiba-tiba saja jantung yuna berdegup kencang dan merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pemuda itu dalam situasi seperti ini. Meski ia tau bahiyyih adalah adik dari hueningkai, tapi ia tidak pernah membayangkan kalau ia juga akan bertemu dengan kakak laki-lakinya itu.

"Yuna eonni, gwenchana?"

Ucapan bahiyyih sontak menyadarkan yuna dari lamunannya. Yuna lantas mengaruk tengkuknya tanpa sadar.

"Iya. Aku tidak apa-apa, kok."

"Maaf, ya. Aku juga tidak tau kalau oppa akan datang. Pasti eonni tadi terkejut dan merasa tidak nyaman kan?" Perkataan bahiyyih terdengar begitu tulus.

우리 {US} ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang