Sampai dirumah sudah di suguhi pemandangan seorang gadis berseragam sama dengan seragamnya dulu. Duduk di kursi teras, dengan posisi kedua tangan di silangkan di depan dada. Kaki di lipat, serta wajah bete.
Kalian pasti sudah bisa tebak siapa gadis itu. Iya, benar. Dia adalah Gayatri, sudah stay menunggu Aileen tanpa pulang terlebih dahulu.
Namun tujuannya kali ini berbeda, ia ingin melabrak Aileen. Penyebab apalagi kalau bukan beberapa jam yang lalu. Karena ulah Aileen dirinya dengan Vigo ada rasa canggung.
Sementara di dalam mobil, Aileen menahan tawa. Ia tahu apa yang akan Gayatri katakan. Bodo amat, salah sendiri jadi cewek gak peka. Kasian juga si Vigo harus menahan cemburu.
Coba bayangkan, saat senang Gayatri lupa dengan Vigo. Padahal di kala patah hati, Vigo lah yang selalu ada buat dia.
Aileen turun dengan sebuah cengiran di wajah, sementara Gayatri menatap Aileen malas.
Ia tahu, gadis itu ingin meledak. Hanya saja karena ada Nenek di urungkan.
"Wajah mu loh opo o?" tanya Aileen menahan tawa.
Beginilah jika gadis keturunan Jawa, sudah pernah tinggal di tanah Jawa lalu pindah ke Jakarta pasti bahasanya campur aduk. Dari yang Gayatri tidak mengerti sampai paham dengan bahasa Aileen, pertanda jika keduanya memang sudah bersahabat sejak lama.
Gayatri tidak menjawab, lebih memilih mencium tangan Nenek Laksmi. "Kenapa ndak masuk?" tanya sang Nenek.
"Nungguin Aileen, Nek."
"Leen, Gayatri di ajak masuk. Pinjemin baju kamu, terus makan, " serunya.
Gadis itu mendesah. Semua baju-baju nya tak ada yang tak pernah di pakai Gayatri. Matanya melirik malas ke arah si pelaku. "Orang kaya, tapi baju minjem mulu."
"Dih, gitu doang. Entar gue ganti yang banyak. Lo bebas milih," kata Gayatri.
"Sombong amat!" Langkah kakinya terhenti, melihat gadis tiga bulan lebih tua darinya. "Tapi bener ya, ganti yang banyak."
"Perhitungan amat jadi temen. Mau lo borong sama penjualnya ya terserah."
"Oke, entar gue tagih."
Begitu berada di dalam kamar, ternyata Gayatri baru menyadari seragam yang di kenakan sahabatnya.
Seketika tawanya meledak. "Bbhahahaha!"
Yang di tertawakan bingung. "Kenapa lo?"
Melihat dari ujung kaki hingga ujung kepala, seragam putih-putih super jumbo, di tambah aksen hijab dengan warna senada. "Sejak kapan lo mau pake hijab? Dan ini juga." Menjinjing rok rempel Aileen. "Habis pawai ondel-ondel lo, Tong?"
Tuh kan, benar dugaan Aileen. Pasti ia di tertawakan. Sembari melepas seragam, Aileen berdecak. "Ketawa aja terus. Gak peduli gue."
Belum cukup sampai disitu, pantas saja tubuh Aileen tampak berisi ternyata oh ternyata. "Ada masalah hidup apa sih lo? Pake baju berlapis-lapis."
Tanpa sadar, Gayatri melupakan tujuan menunggu Aileen hingga rela bolos sekolah.
Gadis itu melempar rok ke sembarang tempat. "Tau ah kesel banget gue, asli."
"Asal lo tau, ternyata dokter yang lo kenalin ke gue tempo hari. Dia tinggal di pesantren, sekolah baru gue." Ia duduk di tepi ranjang. "Dan yang paling membagongkan lagi, dia tau gue bolos sekolah. Kesel gak tuh? Belum juga ngegebet, udah di buat tengsin dulu."
Aileen melongo, sebandel-bandelnya dia. Tak seberani Aileen. "Gila, pertama masuk sekolah lo udah bolos?" Kepalanya menggeleng tak percaya. "Bener kata Nenek, lo edan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Chocolate
ChickLitKalian gak akan pernah tau bagaimana kerasnya aku berusaha mempertahankan kewarasan dan akal sehatku disaat badai masalah terus menghujamku. Kalian hanya bisa menilai dan mencari kesalahanku, lalu menghakimiku. -:Putri Aileen.