"Lepasin gue, lu mau ngapain setan! Kalian siapa sih. Lepasin gue!" Teriak Claa kepada orang yang menyeret dirinya kedalam sebuah ruangan.
"Diam lo! Banyak bacot." Tak kalah meneriaki gadis itu.
"Lu siapa sih? Gue gal kenal elu!" Sambil merontak melepaskan ikatan yang ada ditangannya walaupun itu hal yang sia-sia.
Segerombolan remaja laki-laki sebaya dirinya datang menghampirinya.
"Gua tau lu deket sama si Axelga. Sesuai janji cowo banci itu, seluruh temannya bakal jadi babu kita. Jadi lu harus siap nurutin semua apa yang kita mau. Siapa suruh cowo lu itu malah ngilang." Tertawa menatap gadis malang itu.
"Gila sih kalian. Gua ga ada hubungan apa-apa sama si Axelga. Udah lepasin gua!" Pinta Claa.
"Lepasin anjing! Ngapain sih lu bawa-bawa dia dalam masalah kita."
Suara terikan laki-laki yang kemudian menampakkan dirinya berjalan masuk kedalam ruangan itu.
Agaa langsung melajukan mobilnya setelah menerima telfon dari seseeorang yang mengatakan bahwa pacarnya sedang berada dengannya.
Mendengar hal itu Agaa sudah mengira itu adalah perlakuan anak 42 kepada teman perempuannya.
"Agaa tolong gua." Lirih Claa menahan sakit dikarenakan tangannya yang sudah memerah akibat ikatan dipergelangan tangannya.
"Kalian bodoh atau gimanasih! Perjanjiannya JADI BABU BUKAN CULIK ANAK ORANG!" Agaa yang marah akhirnya berkelahi dengan gerombolan laki-laki bodoh itu.
Karena perbedaan jumlah dan Agaa hanya sendiri, ia banyak mendapatkan luka lebam pada dirinya. Ketua 42 yang bernama Tio akhirnya melerai anggotanya dan meninggalkan tempat itu. Bagaimanapun ia tidaklah sejahat itu jika menyaksikan Axelga mati konyol begitu saja.
~ooo~
"Agaa lu bisa nyetir dengan keadaan seperti ini?" Claa yang khawatir melihat kondisi laki-laki disampingnya yang sangat berantakan itu.
"Kita kerumah sakit dulu. Lihat tangan lu udah merah banget gitu. Seharusnya lu diam aja, gausah berontak kayak gitu, percuma tau gak, katannya gak bakal bisa lepas, yang ada lu malah nyakitin diri lu sendiri." Cerocos Agaa yang merasa bersalah kepada Claa karena dirinyalah yang menyebabkan semua itu terjadi.
"Woi Agaa goblokkk! Lu ngaca tuh, buka mata lo baik-baik. Lihat siapa yang paling berantakan! Please Agaa gua mohon jangan kayak gitu. Lihat kondisi lu, lu lebih parah dari gua." Tak kalah galak dari Agaa gadis itu langsung menyemprot Agaa sambil menyodorkan kaca mobil yang berada didepannya itu tepat diwajah Axelga hedra.
Claa sangat membenci situasi ini. Ia sangat membenci orang yang hanya memikirkan orang lain tanpa sedikitpun memikirkan dirinya sendiri.
Agaa hanya terdiam melihat perlakuan Claa kepada dirinya. Ia tak pernah melihat sosok dari Claa rasetiawan mengeluarkan nada bicara seperti itu. Sebelumnya ia hanya mengenal sisi lembut dari seorang Claa.
Agaa melajukan mobilnya tanpa mengatakan apapun. Keheningan mengusik keduanya. Sepanjang perjalanan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut keduanya.
Mobil Agaa berhenti tepat didepan disebuah apartemen. Agaa memarkirkan mobilnya. Agaa keluar dari mobil yang kemudian berjalam kesamping mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Claa. Claa hanya diam dan mengikuti kemana Agaa membawanya.
Agaa masuk kedalam apartemen dan menaiki lift yang diikuti Claa dibelakangnya.
"Kita mau kemana?" Claa membuka obrolan dengan sedikit canggung setelah kejadian ia memarahi Agaa dengan meneriakinya. Sebenarnya Claa tidak bermaksud untuk sepeti itu, namun jujur itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"Apart gua." Balas Agaa singkat.
"Ngapain?" Heran Claa karena bukankah tadi Agaa bilang akan membawanya kerumah sakit.
"Katanya tadi lebih berantakan gua dari pada lu. Yudah sekarang lu obatin gua dulu." Sambil membuka pintu apartment yang diekori oleh Claa dibelakangnya.
Claa hanya mengangguk paham dan memasuki Apartment yang luas dan begitu rapi itu. Ternyata Agaa adalah type cowo yang menyukai kerapian.
"Kamu tinggal disini sendiri?"
"Gak. Berdua."
"Hah siapa? Aku gak liat ada orang lain selain kita disini."
"Noh." Menunjuk seekor kucing yang sedang tertidur pulas diatas kasur kecil yang berada tepat disamping kiri ranjang besar, tempat tidur sipemilik apartment.
"Namanya Momo." Sambung Agaa melanjutkan kalimatnya."Wah lucu, kamu ternyata juga suka kucing." Mendekati kucing gemoy yang sedang tertidur pulas.
"Awalnya ga. Cuman kasihan liat dia sendirian dipinggir jalan kelaparan. Yudah gua pungut trus bawa kesini deh." Berjalan mengambil kotak P3K dan meletakkannya diatas meja.
"Ooh." Claa menghampiri kotak tersebut dan membukanya. Ia mengambil kapas dan alkohol untuk membersihkan luka lebam pada wajah Agaa dan bahunnya. Lalu mengompresnya dengan handuk yang telah direndam air dingin.
"Luka lu juga harus diobatin." Dengan teliti dan hati-hati Agaa juga mengobati luka goresan pada kedua pergelangan lengan Claa.
"Caa.."
"Iya..?"
"Lu gak kesakitan gua ngobatin luka lu? Wajah lu tanpa ekspresi." Sambung Agaa melanjutkan pertanyaannya.
"Lu juga tadi gua obatin gak ada ekspresi sama sekali." Jawab Claa singkat.
"Ya gua tahanlah, masak iya gua liatin kesakitan didepan cewek. Ya malu lah." Jawab Agaa cuek, namun tangannya tetap sibuk mengobati luka Claa dengan teliti.
"Ya sama berarti. Gua juga nahan." Jawab Claa yang sedari tadi tanpa sadar ia terus menatap wajah tampan dengan rahang tegas milik laki-laki yang ia sukai tersebut.
"Acaa, lu itu cewek. Lu bebas mengekspresikan diri lu sebagaimanapun. Mau nangis, ketawa, marah, sedih, bahagia, lu boleh mengeluarkan ekspresi itu ketika lu ada disalah satu keadaan tersebut." Ceramah Agaa panjang lebar.
"Iya Agaa iyaa. Lu kembaran si Vikaa yak? Bawel lu mirip." Celoteh Claa karena ia tidak mau berada disituasi serius seperti ini.
"Ck, elu gua nasehatin jugaa." Memukul lembut kepala gadis didepannya karena tak mengira gadis itu malah memberikan jawaban yang sama sekali tak ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Crush"
Teen FictionBrugghh!! "Awh sakit" Aku terjatuh kelantai. "Eh sorry sorry, lu gak pa pa kan...?" mengulurkan tangannya kearah ku. Arghh, gilaaa gua gak mimpi kan ya, serius ini dia..? Ahh it's my crush!!" batin ku. ___________ Setelah cukup tenang aku melepask...