"Aku bilang diam! kenapa kau terus menangis HAH! Dasar tak berguna" teriak nya.
"Aku..hiks...salah apaa...hiks" jawab gadis itu dengan terus menangis
"Kubilang berhenti menangis!"
*Bugh*
"Aarggh!.." jerit gadis kecil itu.
start: 23 Maret 2022
end:...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Silahkan Tuan, ini kamar anda" ucap Se Rene pada Jeffrey.
Jeffrey pun masuk ke kamarnya. Ia pun yang melihat Se Rene hendak pergi segera menyusul dan mencegahnya.
"Mau pergi kemana kau memangnya?" tanya Jeffrey.
"Ke...belakang Tuan, masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan" jawab Se Rene terlihat sedikit ragu-ragu.
"Lalu siapa yang akan membereskan barang-barang ku?" lanjut Jeffrey.
"Ah...B-baik Tuan. Akan saya bereskan" Jawabnya.
Se Rene pun masuk dan mulai membereskan barang-barang Jeffrey, mulai dari baju, peralatan mandi dan lainnya. Selagi Se Rene membereskan barang-barang nya, Jeffrey pun mengikuti kemanapun langkah Se Rene pergi dengan tatapan dinginnya. Sampai-sampai ia merasa risih dengan perilaku Jeffrey itu.
"Ada apa Tuan? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Se Rene.
"Hm? tidak. Hanya saja aku sedikit penasaran.... Bagaimana kau bisa berakhir disini? Lalu apa kau sudah lupa denganku gadis kecil? Kau sudah tak cengeng seperti dulu rasanya." ucap Jeffrey dengan mulai berjalan mendekati Se Rene.
"A- aku.. aku tak mengerti apa maksud Tuan." elak Se Rene
"Aku yakin, kau diusia yang sudah memungkinkan untuk mengingat hal yang terjadi kepadamu saat itu, dan terlebih itu bukan hal yang wajar untuk kau alami."
Jeffrey pun mengerutkan dahinya, sedikit tersenyum ia pun mendorong Se Rene hingga menabrak tembok. Mencengkram dagu Se Rene dan menatap matanya.
"Akh.. Tuan l-lepaas" lirih Se Rene
"Apa kau sekarang mengerti maksudku? hm? Kau mengingatnya?" tanya Jeffrey dengan senyuman di wajahnya tak lupa dengan tangannya di dagu Se Rene yang semakin ia keraskan.
"Argh! iya...iya aku ingat, ingat." ucap Se Rene berkali-kali. Jeffrey pun melepas cengkraman nya.
"Tak kusangka aku dapat melihat kembali wajah cantikmu. Jika memang sudah takdir, maka lari ke ujung dunia pun kita akan tetap dipertemukan, bukan?" ucap Jeffrey
"Takdir?...Apa yang kau tau tentang takdir?...Setahu ku kau yang membuat skenario itu dan berdalih menyebut nya dengan takdir..." timpal Se Rene dengan suara bergetar nya.
Rahang Jeffrey pun mengeras, ia menjambak rambut Se Rene kebelakang. Se Rene menangis dan menjerit.
"Setelah bertahun-tahun pun kau tak berubah Rene, sifat pembangkangmu tetap ada. Apa aku harus terus menyiksa mu agar kau menurut padaku?!" bentak Jeffrey
"Sudah berapa kali kukatakan, bukan aku. Bukan" jawabnya lirih
Seketika bayangan ketika Se Rene diperlakukan seperti ini teringat lagi. Ia rasa nerakanya muncul kembali. Mungkin bekas luka di kulit nya sudah sembuh dan memudar tapi bekas luka dalam ingatan nya tidak. Traumanya akan malam itu kembali datang. Tubuhnya gemetar ia pun kehilangan kesadaran.