Jeda'14🌵

799 209 19
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca, dengan klik bintang pojok kiri.

Mari menggalau bersama.

Happy Reading 🌱

Dosa yang paling sering disepelekan oleh manusia adalah berbohong.

Padahal dusta yang diulang-ulang bisa menjadikan seseorang tidak sempurna sebagai mukmin.

Apalagi dusta juga masuk pada salah satu sifat orang munafik.

Najma mengetik caption di bawah gambar sebuah kitab tafsir Alquran yang baru saja diambilnya. Jemarinya lantas menuju tombol send tanpa hastag apapun. Biasanya orang-orang akan menambah hastag di bawah captionnya agar memudahkan orang lain mencari kata-kata yang sejenis. Najma berbeda. Dia mempunyai media sosial memang hanya untuk menyimpan beberapa kenangan serta tulisan-tulisan indah yang pandai dibuatnya. Bukan untuk menampilkan diri ke permukaan. Herannya, akun yang baru saja dibuatnya setahun yang lalu itu masih saja banjir follower.

Dia sudah kembali ke asrama tadi siang. Dua hari lagi, dia harus kembali pulang untuk acara tasyakuran sang kakak. Sepertinya bulan ini dia akan semakin sering pulang karena kakak tersayangnya sudah kembali. Karena selain sang babah, kakak laki-lakinya itulah yang paling sering menceritakan kisah-kisah sahabat ataupun ulama-ulama terdahulu padanya. Kemarin mereka belum sempat mengobrol lama karena tugas-tugas Najma yang masih menumpuk.

Sebuah notifikasi like dari akun yang sama muncul pertama kali. Mujahadatun linafsi. Ini bukan kali pertama Najma mampir di akun itu. Akun private dengan foto profil kosong itu cukup mengganggu pikirannya. Hanya saja sebagai wanita, Najma tetap lebih mengedepankan harga dirinya daripada harus mengurus akun nggak jelas itu.

Najma mengedarkan pandangan saat ia menerima sebuah pesan. Tangannya terangkat dengan menguntai senyum ke arah gadis yang kini berdiri celingukan di teras kantin. Gadis itu menangkap signal dari Najma, lantas bergegas menuju meja yang sudah berisi gado-gado pesanannya.

"Ah, kelasku baru selesai," ucap gadis itu seraya menyeruput es teh di depannya tanpa bertanya milik siapa. Keyakinannya bilang itu pasti miliknya, karena yang mengajak Najma makan siang bersama itu adalah dirinya. Dia juga yang sudah meminta Najma untuk memesankan makanan yang kini berada di depannya.

"Ada tugas?" tanya Najma.

"Ya, pastinya. Mana mungkin dosen meninggalkan kelas tanpa tugas?"

Pertanyaan itu tak perlu jawaban. Hanya perlu senyuman serta anggukan kepala dari Najma.

"Oya, besok kita mulai diskusi pertama nih."

"Diskusi apa?" Najma pura-pura tak mengerti.

"Sastra Indonesia."

Nafas Najma tertahan sejenak. Dia tahu cepat atau lambat itu pasti akan terjadi.

"Tapi sepertinya kalau besok aku nggak bisa ikut," ujar Najma seraya menyuapkan salad buah ke mulutnya.

"Kenapa?"

"Aku ada acara keluarga." Mungkin sebaiknya Najma pulang lebih awal agar bisa bantu-bantu.

Manik mata Mauli sedikit memutar ke arahnya. Meluncurkan tatapan curiga.

"Serius. Kakakku yang ada di Turki pulang."

"Wah, serius?" Mauli tak percaya.

"Apa aku pernah berbohong, Mauli?"

"Hemm, enggak, sih. Cuma kadang orang-orang bisa saja beralasan saat ada dalam keadaan kepepet. Sama saja, 'kan?"

"Dih, aku bukan orang seperti itu. Ajaran keluargaku tentang kejujuran sangat ketat."

Jeda༊*·˚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang