Jeda'23🌵

929 175 18
                                    

Happy Reading🍀

Doni menarik lengan Amran menjauh dari Mauli saat Amran berusaha memesan gocar untuk gadis itu. "Kamu apa-apaan, sih? Kenapa nggak kita anter aja langsung ke kost-annya? Lagian dia cewek sendirian."

"Justru karena dia sendirian, Don!"

"Lalu maksud kamu, dia lebih aman sama supir gocar?"

"Kita ikuti dari belakang."

"Yaelah, Amran! Boros tahu!"

"Nggak pa-pa, aku yang bayar 'kan?"

"Bukan itunya, dodol! Kamu nggak kasihan sama dia? Gimana perasaan dia nanti? Kamu nganterin Najma sampe sini, tapi giliran dia, kamu maen tinggal aja!".

"Kan udah aku bilang. Ini beda. Najma tadi sama dia, nggak sendirian. Kalaupun Najma sendirian, aku pasti akan ngelakuin hal yang sama."

"Yakin?"

Amran mengangguk pasti.

"Mauli menyukai kamu, Amran. Setidaknya kamu bisa menghargainya."

Jemari Amran yang semula sibuk dengan layar ponselnya terhenti. Wajahnya perlahan menoleh pada Doni yang tengah menatapnya serius. Tidak ada raut bercanda di sana. Amran sangat mengenal sahabat sekaligus kakak kelasnya itu.

Tatapannya beralih pada Mauli yang tengah mengobrol dengan Bu Meisaroh. Rasanya tidak mungkin jika ucapan Doni benar. Karena kemarin dia sudah memastikannya pada gadis itu.

"Kamu salah, Mauli tidak menyukaiku," ucap Amran.

"Kamu aja yang nggak sadar!"

"Aku sudah mengonfirmasinya."

"Sama siapa?"

"Dia!" Amran menunjuk Mauli dengan dagunya.

"Mana ada cewek yang mau ngakuin perasaannya secara langsung?"

"Kalau benar begitu, artinya aku makin punya alasan kuat untuk nggak nganterin dia pulang."

"Ish! Kamu, tuh!" Doni sedikit emosi.

"Don, aku nggak nganterin dia karena aku ingin menjaga dia dari fitnah."

"Haha, fitnah apaan? Jangan nyari alesan deh."

"Pertama, karena dia wanita yang baik. Memakai jilbab pula. Bagaimana jika ada orang yang melihat dia sering pulang diantar oleh laki-laki yang bukan mahromnya? Apa tanggapan orang tentang dia nanti?"

"Haha, tumben kamu peduli dengan tanggapan orang lain?"

"Bukan begitunya, tapi lebih kepada menjaga nama baik Mauli sebagai wanita yang baik di depan orang lain. Itu alasanku pertama."

"Yang kedua?"

"Lalu yang kedua, jika benar apa yang kamu katakan tadi tentang perasaannya, maka aku ingin menjaga hubunganku dengannya agar tetap berada di jalan yang diridhoi Allah. Dan berusaha untuk tidak menyelipkan harapan yang jauh lebih besar lagi di hatinya."

Doni terdiam mendengar jawaban Amran. Ia menelan salivanya, kini ada sedikit kekesalan di hatinya. Dia tahu, Mauli memang bukan kriteria Amran. Tapi dia tidak tahu, bahwa Amran akan setegas itu pada perasaannya.

Amran meninggalkan Doni dan menghampiri Mauli yang tengah berbincang dengan Bu Meisaroh dan Pak Abu.

"Nak Mauli mau langsung ikut Mas Amran pulangnya? Atau di antar sama supir saya saja?" tawar Pak Abu. Sepertinya Pak Abu juga sudah sangat mengenal Mauli. Tak heran buat Amran, mungkin karena dia bersahabat dengan Najma.

Wajah Mauli terlihat memerah karena malu. Dia sangat ingin pulang dengan Amran, tapi menolak tawaran Pak Abu juga sepertinya bukan keputusan yang bagus. Sengaja ia menatap Amran yang malah Pak Abu.

Jeda༊*·˚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang