Jeda'22🌵

861 170 25
                                    


Happy Reading🌵

"Kamu nyadar, nggak?" tanya Doni sembari menyilangkan lengan di dadanya. Tubuhnya ikut bersandar pada mobil Amran. Amran yang tengah membaca rotibul haddad dari ponselnya menoleh sebentar. "Apa?" tanyanya kemudian.

"Perlakuan kamu sama Najma tadi."

"Sebentar!" Amran meminta waktu sebentar untuk menyelesaikan bacaannya.

Doni mengalihkan pandangan ke seberang jalan. Menunggu Amran menyelesaikan rutinannya.

"Kenapa memangnya?" Amran memasukkan ponsel ke dalam sakunya.

"Aneh."

Amran mengernyit. "Aneh?" ulangnya.

"Iya. Kekhawatiran kamu terlalu nampak."

"Hah?" Amran menegakkan tubuh.

"Kamu suka sama Najma?" todong Doni.

"Ngaco."

"Hmm ...."

"Bersikap baik sama sesama apanya yang aneh?"

"Aneh jika itu kamu sama Najma yang jelas-jelas tidak dekat sama sekali."

"Haha, Karena dia pernah melabrak kita?"

"Itu salah satunya."

"Lalu yang lain?"

"Ada Mauli yang jauh lebih dekat denganmu dibanding dia."

"Lalu aku harus membantu Mauli yang baik-baik saja, begitu?"

"Bukan ..."

"Haha, kamu yang aneh! Jika alasan kamu karena Najma sudah pernah melabrak kita, maka bagaimana dengan Rosul yang selalu diperlakukan buruk oleh orang-orang yang membencinya? Tapi saat orang itu membutuhkan pertolongan, Rosul tetap datang untuk membantunya."

"Hallah, kamu bukan Rosul."

"Aku ummatnya." Amran menyungging senyum.

"Ngelesmu nggak lucu!"

"Terserah!" Amran tersenyum lebar saat melihat Doni kini tak bisa mendebatnya.

"Lagian, harusnya kamu tuh berterima kasih sama aku," ujar Amran.

"Buat apa?"

"Najma begitu karena dia makan mie yang kamu traktir! Dan juga seharusnya kamu yang perhatian sama dia."

Doni menelan ludah. Ucapan Amran benar. Kepalanya memutar ke arah klinik. Ia pun menepuk lengan Amran saat melihat dua orang gadis keluar dari sana. Memberi kode. Meski masih terlihat pucat, tapi Najma sudah terlihat lebih baik dari sebelum masuk ke dalam.

Lekas dua pria itu turut menghampiri mereka. "Gimana?" tanya mereka bersamaan.

"Bener, Najma alergi mie. Untung tadi sudah minum susu lebih dulu kata dokter. Jadi kondisi Najma masih nggak terlalu ngekhawatirin." Mauli yang menjawab.

"Syukurlah kalau gitu," ucap Amran.

"Maaf, Najma!" lirih Doni.

"Nggak pa-pa, Kak Doni! Nyantai aja. Aku juga salah kok." Najma menjawa pelan.

"Aku antar kamu pulang, ya? Udah hampir magrib," tawar Amran.

"Beneran?" tanya Mauli sedikit tak percaya.

Amran mengangguk lalu menepuk lengan Doni agar membantu membukakan pintu mobil untuk dua gadis itu. Sementara dirinya langsung menuju kemudi.

Jeda༊*·˚

Jeda༊*·˚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang