Chaeyoung keluar dari ruangan ICU dengan hembusan nafas yang berat. Dia bersandar pada pintu itu sembari menundukkan kepala.
"Park?"
Chaeyoung mengangkat kepalanya dengan segera setelah mendengar suara itu. Dia mendapati seorang perempuan yang sudah lama tidak bertemu berjalan mendekatinya. Chaeyoung segera menegakkan tubuhnya.
"Sooyoung?" Chaeyoung sangat terkejut melihatnya.
"Kebetulan sekali bertemu denganmu di sini."
"K-kau, sejak kapan kau kembali dari Amerika?"
"Dua hari yang lalu," jawabnya. "Bagaimana kabarmu?"
Chaeyoung menghela nafas dan kembali menyandarkan punggungnya.
"Jauh lebih baik atau...?"
"Kenapa kau tidak bisa dihubungi?"
Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya.
"Handphone ku hilang, jadi aku menggunakan nomor baru."
"Kau tidak berusaha untuk menghubungiku?"
Sooyoung menggeleng. "Tidak, untuk apa?" Dia tersenyum puas setelah melihat wajah kesal sahabatnya itu.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Sooyoung melirik ke arah pintu.
"Tidak ada perkembangan."
Mendengar perkataan Chaeyoung membuat Sooyoung merasa iba, kemudian dia meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan itu untuk melihat keadaan seseorang yang terbaring lemah di sana.
Cukup lama Sooyoung berada di sana dan Chaeyoung masih menunggunya. Dia duduk di depan ruangan itu dengan tubuh yang condong ke depan, menjadikan pahanya sebagai tumpuan kedua tangannya selagi dia menutup wajahnya dengan tangannya itu.
Setelah Sooyoung keluar dari sana, gadis yang baru saja kembali dari Amerika itu mengajaknya untuk berbincang di salah satu restoran yang berada tidak jauh dari rumah sakit.
"Jadi, bagaimana dengan saranku waktu itu? Apa kau sudah melakukannya?" tanya Sooyoung sebelum menyuapkan makanannya.
Chaeyoung hanya bersandar dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Dia tidak makan seperti Sooyoung, dia hanya memesan minuman saja.
"Dia tinggal bersamaku sekarang."
Sooyoung hampir saja tersedak makanannya sendiri. Matanya membelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Kau serius? Kau sungguh melakukannya?"
Sooyoung tertawa sembari menepuk tangannya sendiri. Chaeyoung memutar bola matanya, dia sudah tahu Sooyoung pasti akan bereaksi seperti ini.
"Aku tidak menyangka kau benar-benar melakukannya, Park," katanya kemudian meminum segelas air sampai tak tersisa. "Lalu bagaimana menurutmu? Dia sempurna, bukan?"
"Hm, sejauh ini dia terlihat baik. Dia juga bisa diajak bekerja sama dan ya orang tuaku menyukainya."
"Woah woah!"
"Kau memperlakukannya dengan baik, kan?" tanya Sooyoung.
Chaeyoung menatapnya dengan tajam. "Tentu saja! Apa maksudmu bertanya seperti itu?"
Sooyoung mengendikkan bahunya. "Ya, bagus kalau begitu. Aku sengaja menyarankan dia kepadamu karena kurasa dia sangat kompeten, jadi sepertinya dia akan bekerja dengan sangat hati-hati untukmu. Selain itu, kau juga bisa menolongnya."
Chaeyoung terdiam. "Tunggu, dari mana kau kenal Jennie?"
"Teman sekolahku, namanya Mino, sebelumnya dia memperkenalkanku pada Jennie saat aku datang menemuinya di restoran yang dia miliki. Saat itu, Jennie juga bekerja di sana sebagai pelayan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELIONS || Chaennie
Fanfiction"Menikahlah denganku, Jennie." "Begini, Ms. Park, aku tahu kalau kau memang pelanggan VIP di sini, tapi mengajakku menikah seperti kau meminta satu gelas margarita itu tidak masuk akal. Apalagi kita belum mengenal satu sama lain dan permasalahan ut...