Selama dua minggu ini, Jennie disibukkan dengan pekerjaannya sebagai manager baru di restoran milik Chaeyoung. Sejauh ini dia membawa beberapa perubahan yang lebih baik pada restoran tersebut. Dia sangat ramah sehingga seluruh pegawai di sana menyukainya.
Jennie tahu betul bagaimana sulitnya bekerja seperti ini, dia pernah berada di posisi yang sama seperti mereka, jadi dia tidak berniat untuk sekalipun bersikap seenaknya hanya karena dia berada di posisi yang jauh lebih tinggi.
Chaeyoung dan Jennie bertemu setiap hari, mereka terlihat jauh lebih dekat sekarang. Beberapa kali Jennie menemani Chaeyoung menghadiri acara keluarga maupun perusahaannya. Mereka juga harus terlihat seperti pasangan yang memang saling mencintai, melakukan hal-hal romantis dan sebagainya. Awalnya cukup canggung, namun kini sudah mulai terbiasa.
Keduanya tidak melakukan hal-hal selain bergandengan tangan, berpelukan, dan ciuman-ciuman kecil. Tentu saja mereka tidak akan melakukan sesuatu di luar perjanjian itu. Tapi terkadang mereka terbawa suasana saat berciuman. Meski begitu, Jennie tidak merasa keberatan, begitu juga dengan Chaeyoung. Terlepas dari itu, mereka sudah sah ‘kan?
Jennie sedang menunggu kepulangan Chaeyoung, karena ini sudah larut malam, namun dia masih belum pulang. Beberapa kali Jennie menghubunginya, tapi tidak pernah diangkat. Dan Jennie semakin dibuat khawatir.
Satu jam kemudian, dia dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka dengan kasar dan menunjukkan sosok Chaeyoung yang terjatuh di depan pintu. Segera Jennie berlari menghampirinya dan memastikan bahwa dia baik-baik saja.
Jennie terlihat sangat khawatir dengan keadaan Chaeyoung yang mabuk berat. Dia tidak tahu apa yang terjadi sampai Chaeyoung pulang dalam keadaan seperti ini. Chaeyoung tidak pernah seperti ini sebelumnya, atau itu yang dia tahu.
Dengan sekuat tenaga, Jennie mengangkat tubuh Chaeyoung. Untungnya Chaeyoung belum sepenuhnya pingsan. Karena tidak mungkin bagi Jennie untuk membawa Chaeyoung ke kamarnya yang berada di lantai atas, jadi dia membawa Chaeyoung ke kamar tamu yang berada tidak jauh dari sana.
Setelah menidurkan Chaeyoung, dia melihat bagaimana kemeja dan celana yang dipakai Chaeyoung itu kotor, seperti terkena tumpahan air dan goresan tanah.
Jennie tidak mungkin membiarkan Chaeyoung tidur dengan keadaan seperti itu, jadi dia memutuskan untuk mengganti pakaiannya. Jennie berjalan dengan terburu-buru menuju kamar Chaeyoung untuk membawa pakaian ganti.
Ketika dia kembali ke kamar itu, dia mendapati Chaeyoung sedang memuntahkan isi perutnya. Tanpa ragu, Jennie segera mendekatinya dan mengelus punggung dan leher belakang Chaeyoung.
Dia mendengar Chaeyoung mengerang dan dia berusaha untuk menenangkannya. “Hey, it’s okay,” ucapnya beberapa kali sambil terus mengelus punggung Chaeyoung.
Setelah beberapa saat, Chaeyoung mulai terlihat lebih tenang, meski tubuhnya sangat lemas. Dengan perlahan Jennie membantunya kembali bersandar.
“Aku akan mengganti bajumu dulu, ya?”
Jennie tidak menunggu respon dari Chaeyoung, dia membuka kancingnya dan perlahan melepaskan kemeja itu dari tubuh Chaeyoung, begitu juga dengan celananya. Jennie juga memakaikan kembali pakaian baru padanya.Setelah selesai dengan itu, Jennie pergi ke dapur untuk membawa minum dan alat untuk membersihkan muntahan Chaeyoung.
“Chaeyoung, kau bisa dengar aku ‘kan?” Jennie mengelus pundak Chaeyoung. “Tolong minum dulu air ini, setelah itu kau bisa istirahat.”
Chaeyoung menurutinya, dia meminum air itu walau matanya sedari tadi tertutup. Jennie kemudian menyuruhnya untuk berbaring dan menyelimutinya. Tidak lama setelah itu, terdengar dengkuran halus dari Chaeyoung, menandakan bahwa dia sudah terlelap. Jennie bernafas lega dan sekarang dia hanya harus membersihkan ini semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELIONS || Chaennie
Fiksi Penggemar"Menikahlah denganku, Jennie." "Begini, Ms. Park, aku tahu kalau kau memang pelanggan VIP di sini, tapi mengajakku menikah seperti kau meminta satu gelas margarita itu tidak masuk akal. Apalagi kita belum mengenal satu sama lain dan permasalahan ut...