5.Ayah

1.2K 151 20
                                    


Senja menoleh saat merasakan benda dingin menyentuh permukaan wajahnya. Tangannya yang halus bersentuhan dengan tangan besar yang sepertinya di penuhi urat-urat yang tampak menonjol.

"Ini ayah bukan penjahat." Bram terkekeh ketika mendapati wajah anaknya terkejut.

"Ayah,?"

"Susu almond. Kata bi Ria kamu suka susu almond, benar?"

Senja menganggukan kepala, setelah lebih dulu menerima benda dingin yang tadi menyentuh kulit pipinya.

"Mau jalan-jalan?" Tawar Bram pada Senja.

"Jalan-jalan, Kemana?"

"Senja maunya kemana? Ayah bakal turutin kemana maunya Senja."

Sejenak Senja tampak ragu. Hati kecilnya ingin mengatakan iya, tapi Senja kembali menginggat ucapan sang Ibu kemarin.

"Senja mau disini aja. Di luar panas." Katanya berbohong.

"Panas?" Bram menoleh kearah jendela yang terbuka, "enggak kok, diluar sejuk. Senja bohong ya?" Tanyanya penuh curiga.

"Senja cuma nggak mau nanti orang-orang lihat ayah jalan sama orang buta, cacat seperti Senja. Senja itu aib Yah.. Ayah mending jauh-jauh aja ya."

"Iya kamu benar Senja.. benar sekali. Kamu itu Aib. Aib yang ingin sekali saya hilangkan. Tapi," Bram menyentuh tangan kurus anaknya. "Kamu tetep anak Ayah. Sama seperti Nalesha."

"Maaf." Senja menatap wajah ayahnya penuh rasa bersalah. "Maaf, sudah membuat Ayah sama ibu malu.. maafin Senja.. Senja juga nggak ingin buta. Senja ingin bisa melihat, senja ingin tau gimana wajah ayah sama ibu. Senja ingin.."

"Bukan salahmu,Nak. Jangan meminta maaf. Tuhan yang membuat semua ini, entah apa yang sedang Tuhan simpan untuk kedepannya. Tapi, sekali lagi harusnya Ayah yang meminta maaf... Maaf jika Ayah tidak bisa menerima kehadiranmu."

Tidak bisa menerima ya.

Senja tersenyum, menggelengkan kepalanya sepelan mungkin "gapapa..Senja ngerti kok."

Iya, Senja mengerti, paham dan memaklumi. Siapa sih yang suka jika memiliki anak cacat? Apa lagi buta seperti Senja. Pasti tidak ada kan.

"Jadi? Mau jalan-jalan?"

Senja menolak. Ia tidak mau, takut di buang di tengah jalan atau mungkin di buang di panti asuhan.

"Yakin? Ayah tidak akan membuangmu jika itu yang kamu takutkan. Ya meskipun Ayah ingin."

Remaja yang hanya menatap kegelapan itu ikut terkekeh kecil mendengar suara tawa riang yang baru saja menyuar dari seseorang yang duduk tepat di sampingnya. Tawa Ayahnya seolah tak ada beban, meski Ia baru saja mematahkan hati kecil milik Senja.

"Ya sudah, Ayah tinggal ke dalam." Lelaki itu bangkit, hendak melangkah pergi sebelum tangan halus nan dingin itu menggapai ujung jari kelingkingnya. "Emm... Ayah, bisa antar Senja kerumah kakek?"

Senja menarik kembali tangan yang ia gunakan untuk menahan langkah sang Ayah yang hendak pergi. Tak ada respon dari yang lebih tua membuat dirinya yakin bahwa permintaan nya di tolak. Mungkin Ayahnya berubah pikiran atau ajakan nya beberapa waktu yang lalu hanyalah basa basi yang harus mereka ucapkan demi menyapa dan menyadarkan Senja bahwa mereka—pemilik rumah megah ini tidak menginginkan kehadiran seseorang yang menyusahkan sepertinya.

"Kalo-"

"Ayo.. Ayah antar." Senja tersenyum. Ia berulang kali membungkuk dan mengucapkan banyak terima kasih. Membuat lengkung di kedua sudut bibir Bramana terangkat tanpa sadar.




SANJANA || LeejenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang