Senja membuka matanya yang kini terasa berat. Mengedip perlahan dengan helaan nafas yang juga terdengar berat.
Dirasanya dingin yang menempel pada kening, ia bawa tangannya kearah kepala dan mendapati benda persegi itu melekat disana.
Senja tak tahu, seingatnya setelah sang ibu pergi Senja hanya menangis dan jatuh tertidur. Namun sepertinya karena terlalu lama menangis membuat suhu tubuhnya naik tanpa diminta.
"Aden udah bangun?"
Oh iya, bahkan Senja tak sadar jika saat ini dirinya tidak sendiri.
"Pusing? Atau sakit.. mana yang sakit, kasih tau bibi."
Senja masih diam bahkan ketika suara cemas wanita itu terus terdengar dengan penuh kekhawatiran.
"Aden kenapa diem aja... Bibi takut."
Barulah Senja tersenyum. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja namun yang ada malah
Hoekk..
Perutnya bergejolak, mual itu datang dengan tiba-tiba. Membuatnya terpaksa memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Aden, ya Allah.." teriak wanita itu cemas.
"B-bi... Maaf," bukan apa, Senja sangat menyesal. Harusnya tidak disini. Harusnya ia bisa menahannya sampai ia
Hoekk...
Lagi lagi ia memuntahkan isi perutnya yang masih terasa mual. Bahkan kini perutnya terasa bagaikan diremat dan ditusuk tusuk.
"Bi.. sa-kit.." eluhnya lemah. Bersamaan dengan itu tubuhnya limbung kebelakang. Untung saja tangan bibi cepat menangkapnya.
"Aden kenapa bisa gini.." tanya bi Ria lagi.
Senja sungguh tak bertenaga, bahkan untuk menggerakan bibirnya saja rasanya susah. Yang bisa ia lakukan kini hanya mengedipkan mata. Membiarakan lelehan bening itu terjun tiap kali ia berhasil menutup kelopak matanya.
"Aden bangun.." Ria panik ketika manik sayu itu benar benar tenggelam.
Masih dalam rengkuhannya tubuh itu terkulai lemah. "Aden bangun, Nak... Buka matanya.." tangan wanita itu menepuk pipi senja yang terasa panas ditelapak tangannya.
"Aden, Ya Allah..."
*
Tubuh lemah itu kini berbaring dengan tenang diatas ranjang rumah sakit. Setelah sebelumnya Ria berteriak memanggil majikannya yang tak kunjung menampakan diri, pada akhirnya wanita itu meminta bantuan supir pribadi dan juga penjaga rumah untuk membawa anak majikannya kerumah sakit.
Dan kini didalam ruangan dengan cat putih dan bau obat yang menyengat itu, Ria tidak sendiri. Ditemani oleh dua orang dewasa yang juga ternyata sempat menolong anak majikannya beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANJANA || Leejeno
Fanfiction"Bukankah lebih baik kalo kamu pergi saja?" "apa yang kamu harapkan dari hidupmu yang tidak berwarna itu?" "aku akan lebih senang jika kamu pergi." " pergilah.... dan jangan pernah kembali."