JUM'AT 23:40
Waktu kami tinggal tiga menit sebelum taksi online yang kupesan datang menjemput. Dua menit sudah berlalu sejak kami tiba di teras rumahnya yang penuh dengan kekacauan sisa pesta. Sampah-sampah bekas makanan ringan dan puntung rokok tergeletak di sembarang tempat. Hamparan jihau rumput dan lampu taman yang indah yang menerangi gelap malam sedikit menutupi kesan kotor di sekitar. Tapi besok pagi? Oh, aku tak bisa membayangkan betapa lelahnya membersihkan seluruh rumah ini.
"Nong..." Phi itu akhirnya bicara.
"Hmmm?" Tanyaku sambil mengatupkan bibir membentuk senyuman kecil.
"Khopkhun na."
*Khopkhun na = Terima kasih ya
"..."
"Kamu orang terakhir yang nenemani Phi malam ini. Meskipun dengan cara yang tidak disengaja. Bahkan pertemuan pertama kita akan terdengar sangat memalukan jika diceritakan, hehehe."
Kami terkekeh bersama.
Memang benar. Kebersamaanku dengan Phi memang sebuah ketidak sengajaan. Aku hanya kebetulan terjebak di kamarnya dan dia hanya kebetulan mau menolongku, yang aku yakin itu pun demi kebaikan dirinya sendiri juga.
"Terima kasih juga sudah menyelamatkanku dari pemeriksaan Polisi na krub Phi."
Aku melihat Phi tampan di sampingku tersenyum dan mengangguk.
Sekilas aku melirik map pada ponselku yang menunjukkan taksi online yang kupesan sudah dekat dan akan segera tiba dalam waktu satu menit.
"Nong..."
"Krub, Phi?"
"Bolehkah aku memelukmu?"
"Krub, Phi." Aku tersenyum canggung.
Ia segera merentangkan tangannya untuk meraih pundakku dan menjatuhkan tubuhku ke dalam pelukannya. Aku yakin kami berdua sama-sama bisa merasakan bahwa ini adalah pelukan yang sangat erat. Aku bahkan berpikir Phi ini bersikap seperti seorang istri yang akan ditinggal suaminya pergi perang dan tak pernah kembali.
"Phi sedih?"
Aku merasakan sentuhan dagunya bergerak di pundakku, tanda ia sedang mengangguk.
"Phi tahu? Aku berpikir Phi bersikap seperti seorang istri yang akan ditinggal suaminya pergi perang dan tak pernah kembali." Aku mengutarakan isi hatiku sambil menahan senyum. Maksudku memang hanya bercanda, sama sekali tak berniat menyinggung perasaannya.
"Hahahaha." Dia melepaskan pelukan dan menepuk lengan kiriku.
See? Berhasil. Dia tertawa.
Aku pun tertawa tanpa membuka mulut, yang kuyakin aku baru saja sedang menampakkan lesung pipiku padanya.
"Semoga keluarga Phi segera kembali, supaya Phi tidak sedih lagi."
Dia hanya tersenyum sebelum kemudian buyar seketika saat suara klakson itu harus memisahkan kami.
Tin. Tin.
Itu dia taksi online pesananku datang.
"Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Phi. Wadee krub." Aku memberi wai padanya sebelum melangkah keluar dari pelataran rumahnya.
"Wadee. Hati-hati Nong."
Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya, tapi hal terakhir yang aku lihat sebelum supir taksi yang kutumpangi mulai menginjak pedal gas, dia masih berdiri di tempatnya dan melihat ke arahku. Sampai aku benar-benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
🍓🥞 STRAWBERRY PANCAKE (OhmNon)
FanficNanon tak pernah menyangka rasanya berciuman dengan laki-laki bisa begitu dahsyat bagi detak jantungnya. Ciuman pura-pura yang dilakukan Ohm untuk menyelamatkannya dari kejaran Polisi, justru merubah caranya memandang lawan jenis setelah itu. Jika d...