🥞 06 | Nanon

1.2K 149 43
                                    

SABTU 17:59

Tok. Tok. Tok. Tok.

"Masuklah Nong. Pintu tidak dikunci."

Aku membuka perlahan pintu kamar setelah mendapat persetujuan dari si empunya. Dia sedang memilih pakaian di depan pintu lemari yang terbuka dan berbalik ketika aku sudah masuk ke kamarnya.

Dari rambutnya yang masih basah, aku bisa tahu jika dia habis mandi. Tetesan air sisa keramas dari ujung rambutnya bahkan membasahi punggung kokohnya yang berkilauan. Aku sedikit terperanjat ketika ia berbalik. Bagian depan tubuhnya juga berkilauan. Dadanya membusung gagah, otot perutnya yang atletis pun berkilauan.

"Di mana tasku, Phi?" Aku menelan ludah berusaha bicara dengan nada normal. Tubuhnya tampak bagus sekali.

"Itu ada di belakangmu, Nong." Dia menunjuk ke arah belakangku dan ketika satu tangannya diangkat ke udara, handuk yang menutupi setengah tubuhnya jatuh ke lantai, menampilkan ksatria gagah yang sedang bangun sebangun-bangunnya.

Mataku membelalak, apa yang sedang ia pikirkan?

"Phi... Ke... Kenapa milikmu sangat be-bersemangat?" Aku mulai tergagap karena dia berjalan mendekat dan menjatuhkanku hingga terduduk di atas tempat tidur.

"Dia menginginkanmu." Bisiknya di sebelah telingaku.

Hah?

Dia mulai merunduk dan berdiri di karpet dengan lutut sebagai tumpuannya. Dipelorotkannya celanaku sampai ke mata kaki, menampakkan ksatria milikku yang ternyata juga sedang dalam keadaan siap tempur.

Detik berikutnya dia sudah melahap habis ksatriaku ke dalam mulutnya.

"Ahhh... Phi." Desahku tapi tidak melawan. Jilatannya terasa luar biasa, memberikan sensasi yang membuatku melayang. "Ahhh.. Aww.. Hhhh..."

Aku melihat kepalanya naik turun, menghajar milikku tanpa ampun dengan lidahnya.

"Ohhh , Phi... Ah..."

Sambil melepas pagutannya, dia membangunkan dan membawaku ke sisi kamar. Ia membalikkan tubuhku memunggunginya. Kedua tanganku diangkat ke samping kepala. Aku terkunci menghadap dinding. Setelah aku tak lagi bersuara, ia mulai memasukkan miliknya ke tubuhku dan memompa sambil menyentuh dan meremas milikku.

"Ahhhhh... Phi, awhhh..."

Dia terus mempercepat goyangannya sambil mengecup leherku. Tangannya juga seperti tak memberi ampun dengan terus mengocok milikku.

"Ahhhhh... Phi... Ak... Aku mau hhh ke hhh luar... Ah. Ah. Ahhhhh..."

Aku terlonjak kaget saat terbangun dalam posisi duduk dengan kaki terbuka. Kupandangi milikku yang terasa lengket dan basah, merembes hingga ke bagian selangkangan. Shiaaa! Aku mimpi basah!

Drrrt. Drrrt.

Getaran ponsel di samping tempat tidurku membantuku mengembalikan kesadaran. Gila, sudah hampir jam enam sore. Tidurku membuatku tak sempat bertemu matahari. Seingatku ia baru terbit ketika aku mulai merasakan kantuk tadi pagi. Dan sekarang ia sudah terbenam lagi.

"Halo."

[Halo. Kau ke mana saja? Seharian dihubungi susah banget. P'Sing mencarimu.]

"Aku baru bangun, Mon."

[Hah? Kau tidur seharian?]

"Iya, sudah lah. Aku mau mandi dulu, lengket semua. Nanti kutelepon."

[Hah? Lengket? Bangun tidur atau habis olahraga?]

"Ah, banyak tanya. Sudah dulu. Bye."

Aku menutup panggilan telepon secara sepihak. Jika diteruskan, aku bisa menceritakan semuanya padanya. Chimon adalah tipe teman yang sangat handal dalam menggali informasi. Itulah mengapa aku harus pintar-pintar menentukan kapan harus bicara padanya dan kapan harus mengakhirinya.

🍓🥞 STRAWBERRY PANCAKE (OhmNon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang