chapter 1 🚶‍♀️

974 53 0
                                    

Di malam yang dingin ini terlihat seorang gadis yang sedang berjalan pulang ke rumahnya dengan satu batang puntung rokok yang ada di antara kedua jarinya dan sesekali ia hisap.

Namun di tengah jalan ia di hadang sekelompok laki laki yang hanya bisa meminta uang tanpa usaha dan kerja keras.

"Hai cantik malam malam kok jalan sendiri" Ucap salah satunya

"Iya gak baik lo jalan sendiri, apa lagi ini udah malam" Lanjut yang lainnya.

Dengan pintar gadis tersebut malah menjawab  "Sendiri?, saya berdua lho sama teman saya, masnya gak bisa lihat kah?"

"Nengnya boong ya!? Jelas jelas sendiri"

"Lah ini di samping saya, dia lagi main handphone ni" Jawabnya padahal ia sedang berkeringat dingin di balik jaket jeans nya

"Bre lari aja keknya ni anak bawa pasukan tapi kita gak bisa lihat" Bisik lelaki yang menggunakan bandana merah terang namun masih bisa dj dengar gadis itu

"Bentar" Jawab temannya

"Ya udah lo sendiri aja, gua sama yang lain mau kabur" Ucapnya sambil lari meninggalkan temannya

"Ehh, tunggu" Akhirnya temennya ikut meninggalkan nya

Setelah sendiri gadis itu langsung berjongkok sambil memegang dada sebelah kiri nya yang sedari tadi berdetak begitu cepat karena ketakutan. Untunglah laki laki tadi mudah di bohongi, sekarang ia bisa pulang ke rumah dengan selamat.
.

.

.

.
Saat ini gadis itu sudah sampai rumah dengan selamat.

"Reina pulang.. " Ucapnya

"Ya ampun Reina kenapa jam segini baru sampai rumah? Kemana aja kamu? Kamu gakpapa kan? Dan sudah berapa kali  nenek beritahu untuk menjauhi benda kotor itu? Mulut mu begitu bau sekarang"

"Nek satu satu tanya nya   pelan pelan aja, tapi aku mau mandi dulu, akan ku jawab setelah mandi. Oke nek bye aku mencintaimu" Setelah mencium pipi neneknya ia langsung pergi ke kamar mandi.Reina sedang tidak berbohong kali ini badannya memang begitu lengket dan panas

"Hah anak itu! Tidak berubah dari dulu begitu mirip dengan ayahnya" Ucapnya setelah Reina masuk kamar mandi.

Setelah selesai mandi Reina menghampiri neneknya yang sedang memasak makan malam untuk mereka berdua saja.

"Nenek.. " Ia mengucapkan hal itu sambil memeluk neneknya dari belakang.

"Reina sudah berapa kali nenek bilang setelah keramas keringkan dulu rambutnya setelah itu baru keluar kamar mandi" Dengan melepas pelukan Reina dan mengambil handuk yang ada pada pundak nya ia mulai mengeringkan rambut panjang hitam tersebut.

"Aku sengaja melakukannya agar nenek mau membantu ku mengerikan rambut" Jawabnya sambil memakan makanan yg sudah tersedia

"Nenek itu sudah tua harusnya kau yang membantu nenek" Ia kesal tetapi tetap mengelus lembut rambut yg mulai kering itu

"Kata nenek aku masih seperti anak kecil"

"Kau ini memang terlihat seperti anak kecil, aahh cucu nenek" Ucapnya sambil mencium pipi Reina

"Ahh nenek Reina sudah besar jangan di cium melulu"

"Lihat lah sikapmu yang seperti ini mengingat kan ku saat kau pertama kali menaiki sepeda"

"Jangan ingatkan aku pada momen itu nek, walaupun itu menyenangkan menurut nenek tapi menurutku lebih mirip hal memalukan"

Setelah menjawab dan menjelaskan semua pertanyaan yang di lontarkan neneknya dua orang beda usia itu melanjutkan makannya tanpa sepatah kata pun.

"Kau sudah selesai?" Tanya sang nenek melihat cucu nya bermain handphone namun di mangkoknya masih ada sisa beberapa lauk

"Sudah, nanti akan ku cuci piringnya" Masih dengan mata melihat ke layar kecil itu.

"Tidur sekarang! , masalah piring kita cuci besok saja, besok kau harus bangun pagi karena sekolah bukan?"

"Nek ijinkan aku sekali iii saja untuk membolos ya?" Dengan jurus puppy eyes nya

Namun ternyata gagal.

"Tidak, orang tua mu sudah bekerja keras sampai bekerja di luar kota hanya untuk membiayai sekolah mahal mu itu, dan kau ingin membolos"

"Aku tidak pernah meminta untuk bersekolah di tempat itu lagi pula lebih baik aku sekolah di depan rumah" Di depan rumah neneknya memang ada sekolah dengan biaya yang murah namun jika di bandingkan dengan sekolah yg sekarang ia tempati perbedaan nya begitu jauh.

"Tidak ada alasan, tidur sekarang!" Tegas nenek yang membuat Reina mau tidak mau menurutinya

Dengan lesu ia melangkah menuju kamarnya. Setelah selesai menyikat gigi dan minum air ia menyiapkan tempat tidurnya. Kamarnya sekarang gelap hanya ada satu pencahayaan dari lampu tidurnya.

"Jojo" Ucapnya pelan

"Hai, aku disini" Sapa seorang yang di panggil Jojo itu

"Apa kau sedang bersedih? Sampai kau memanggilku?" Lanjutnya dengan nada cemas

"Tidak, aku tidak sedang bersedih aku hanya ingin ditemani, kaulah satu satunya orang yang menemani ku" Ucap Reina

"Perlu ku ingatkan aku ini bukan hantu apalagi manusia" Tutur Jojo perlahan

"I know tak perlu di ingatkan, itu membuat ku lebih bersedih"

"Apa kau mau ku peluk untuk menjadi lebih baik?" Tanya Jojo. Reina mengangguk sebagai jawaban

"Bayangkan saja aku sudah masuk ke dalam Dijey (boneka) jadi kau bisa memelukku sepuasmu" Ucapnya dengan senyum manis

Setelah mendengar itu Reina langsung memeluk Dijey seperti yang dikatakan Jojo. Perlahan Reina menutup matanya karena lelah dan nyaman dipeluk Dijey.

.

.

.

.

.

Thanks udah baca

Ini cerita pertama aku jadi mohon dukungannya...

Sekalian di vote ya 😄

Nanti makin lama makin panjang kok cerita per chapter nya...

Semangat puasanya 🔥

Have a nice day

Berkhayal || RenNingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang