chapter 7

1.8K 246 30
                                    

"Yo, Claude! Sudah kuduga orang sepertimu pasti tertarik dengan dunia ini." Ucap seseorang pria dewasa dengan pakaian jas hitam rapi.

Claude hanya menatap malas. Ia benci mengakuinya, tapi ini memang menyenangkan. "Ya, kurasa begitu."

Ia masuk ke dalam sebuah club malam yang ada di sebuah hotel di lantai paling atas. Ya, dunia yang dimaksud adalah ini. Bukan seperti beberapa hari lalu yang mengatakan bahwa Gusion adalah dunianya. Claude terlanjur tertarik.

Awalnya hanya coba-coba untuk melepas penat. Hingga sekarang terasa seperti kebutuhan primer. Akhirnya ia mengerti orang-orang yang menyebut tempat ini sebagai Surga sekaligus Neraka dunia.

Ia perlu banyak uang untuk datang kesini. Claude rajin mencuri di area stasiun, bahkan hampir setiap hari. Ya, terkecuali jika Gusion bermain ke gubuk kecilnya.

Satu gelas minuman wine sudah habis diteguk. Satu saja. Claude masih ingin menjaga kewarasannya. Dan lagi ia masih harus menghemat uangnya untuk kebutuhan sehari-hari.

Sesekali Claude mengobrol dengan beberapa kenalannya disini. Lihat, baru beberapa kali kesini tapi ia sudah punya banyak kenalan. Claude memang mudah untuk akrab dengan orang lain.

Mayoritas pengunjung memang pemuda seumuran Claude yang ingin melepas lelah dan melupakan masalah. Hanya saja kebanyakan dari mereka berasal dari golongan atas. Berbeda dengan Claude yang memang hanya berlatarkan seorang pencuri ulung.

Saat pukul sebelas malam, ia memilih untuk pulang. Kasian Dexter menunggunya di rumah.

Kegiatan itu terus dilakukannya. Claude jatuh cinta pada dunia malam. Meski ia tahu ini memang salah. Tapi ya siapa peduli. Orangtuanya saja tidak memerdulikan.

Tidak akan ada yang melarang, selama aku menikmatinya, akan terus aku lakukan.

...

25 Desember. Ya, ini natal. Harusnya dirayakan dengan penuh suka cita. Tapi karena ibunya tidak bisa pulang ke Lumina, Gusion terpaksa hanya merayakan dengan kakaknya. Mereka tidak mendekor pohon natal atau semacamnya.

Yang penting kan aku sudah melaksanakan misa ke Gereja, pikir Gusion.

Dan sisa natalnya kali ini hanya Gusion habiskan untuk menonton film dengan kakaknya. Disinilah mereka sekarang. Di kamar Aamon untuk memutar film baru.

Gusion merasa sedikit lapar. Jam menunjukkan pukul delapan malam, rasanya ia malas mengunyah makanan. Karena itu Gusion ingin minum yogurt saja. Jadi, ia memutuskan untuk turun ke bawah dan mengambil beberapa di kulkas. Tapi saat membukanya, ia tidak menemukan satu pun. Kulkasnya kosong. Hanya ada beberapa minuman karbonasi milik Aamon.

"Kakak, stock yogurtku habis?" Gusion sedikit berteriak agar Aamon dapat mendengarnya dari lantai dua.

Aamon yang merasa terpanggil segera temui adiknya. "Ada apa?"

Gusion menekuk wajahnya. Memberi pandangan kecewa pada si kakak, "Kulkasnya kosong. Yogurtku bahkan tidak ada satu pun."

"Aku lupa belum berbelanja mingguan. Mau sekarang ke supermarket?" Aamon menawarkan. Mood adiknya jarang bagus kalau tidak ada minuman favoritnya itu.

"Baiklah. Aku akan ganti pakaian," Gusion pergi ke atas menuju kamarnya yang saling berhadapan dengan kamar Aamon.

Sementara Aamon pergi ke garasi menyiapkan mobil. Ia sudah mengenakan celana abu-abu panjang dan kemeja, tinggal tambah coat saja agar tidak kedinginan. Berbeda dengan Gusion yang memakai kaos tipis dan celana di atas lutut. Ia harus mengganti pakaiannya dulu.

Efemeral (Claude x Gusion)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang