"Kalau memang dugaan lo benar, terus kenapa si pembunuh itu mau meneror kita semua? Yang punya hubungan sama orang yang udah dibunuhnya kan cuma lo doang, Tan."
Tanto menggeleng sebagai respon awal dari ucapan Cio. "Gue juga nggak tahu kenapa jadi kita semua yang diteror sama dia, awalnya gue kira cuma gue yang bakal diteror."
"Si peneror itu...." Dodi menggantungkan ucapannya setelah dia sadar baru saja memberikan sebutan lain untuk si pemilik nomor asing. "Gue bakal sebut orang yang punya nomor asing itu si peneror biar lebih gampang. Si peneror itu bisa dapetin nomor kita dari mana? Apalagi nomor hp gue ini masih terbilang baru, belum ada seminggu gue pake nomor ini, dan baru gue kasih ke kalian dan ortu gue doang."
"Itu juga yang bikin gue bingung, dia bisa dapetin nomor kita dari mana?" Jaja mengutarakan kebingungannya.
"Dari staf TU, mungkin?" Semua mata kini tertuju pada Yandi yang baru saja menjawab pertanyaan Jaja dengan sebuah kemungkinan.
"Kenapa lo bisa kepikiran sampe situ?" Tanya Ajun kepada Yandi.
"Karena setahu gue informasi mengenai semua murid di sekolah ini dari mulai alamat rumah sampai nomor ponsel dimuat dalam sebuah data yang tentunya disimpan sama pihak TU. Mungkin si peneror itu dapetin nomor kita dari data itu."
Ajun mengernyit, mencoba memikirkan kemungkinan lain. "Itu artinya... si peneror punya akses buat keluar dan masuk ke sekolah kita termasuk ruang TU? Atau dia kerja sama dengan salah satu staf TU? Atau mungkin juga dia menyelinap masuk ke ruang TU waktu malam hari kayak maling, buat nyari tahu informasi tentang kita termasuk nomor HP kita, gitu?"
Yudis menggeleng, "kayaknya dugaan kalian berdua salah, menurut gue dia nggak dapetin nomor kita dari data itu. Karena kalau memang iya seharusnya Dodi nggak dapat pesan dari si peneror itu juga, karena nomor yang tercantum di datanya pasti masih nomor yang lama, sementara Dodi udah nggak pake nomor lamanya itu lagi. Iya kan?"
Dodi mengangguk, "iya, nomor gue yang lama udah nggak aktif."
"Ya terus si peneror itu dapet nomor kita dari mana?" Lagi, Jaja melontarkan pertanyaan yang sama.
"Cuma Tuhan dan si peneror itu yang tahu." Celetuk Yohan.
"Jadi sekarang gimana? Kita cari tahu siapa si peneror itu atau diemin aja?" Pertanyaan Cio membuat mereka semua melihat ke arah Tanto, seolah menuntut keputusan orang yang pertama kali mendapatkan pesan teror itu.
"Diemin aja, selama dia cuma meneror kita lewat chat kayak gini. Lagian gimana caranya kita mau cari tahu tentang dia? Kan kita nggak punya petunjuk apapun."
Cio mendengus, "iya juga, ya udah lah diemin aja. Atau kalau perlu blokir aja nomornya."
Yandi menggeleng tidak setuju dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Cio. "Mending jangan diblokir, siapa tahu si peneror itu mau mengirim pesan lagi ke kita yang mungkin isi pesannya bakal ngasih petunjuk tentang siapa dia sebenarnya."
Suara bel tanda berakhirnya jam istirahat berbunyi, membuat Yudis spontan berdiri. "Oke kita bahas lagi ini nanti, yang jelas sekarang kita harus saling menjaga satu sama lain karena kita nggak tahu hal buruk apa yang mungkin bakal dilakuin sama si peneror itu ke kita. Terutama ke lo, Tan, karena lo target utamanya."
Mendengar kalimat terakhir Yudis itu membuat Tanto semakin merasa cemas, dia tidak hanya mencemaskan dirinya sendiri tetapi juga teman-temannya. Dia tidak ingin terjadi suatu hal buruk apapun menimpa teman-temannya hanya karena mereka adalah orang-orang terdekatnya yang turut menjadi target teror.
...
Bel tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar berbunyi di seantero SMA Diamond. Lingkungan sekolah yang pada awalnya sepi kini mulai ramai bersamaan dengan para murid yang pergi meninggalkan sekolah untuk pulang ke rumah masing-masing, ada yang pulang bersama dengan jalan kaki ataupun naik kendaraan umum, ada juga yang pulang sendiri dengan kendaraan pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Why? || TREASURE
Fanfiction"Kaki lo ke mana?"- Dodi ••• Tanto mendapat teror yang berkaitan dengan kematian ayahnya, bersamaan dengan itu ada seorang gadis yang menjadi murid baru di Treasure Class. Gadis itu bukanlah manusia biasa, dia datang untuk ikut menolong dalam mengun...