1

540 37 7
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Sifat sano dan sabo

Aku sedang melihat sabo dimarahi touchan karena menggambar suatu hal yang tidak berguna katanya.

"Kan sabo hanya menggambar saja kenapa touchan marah?" Tanyaku.

Touchan melihatku dan langsung menamparku begitu saja lalu pergi begitu saja dari kamarku dan sabo.

"Eh sano!" Kaget Sabo.

"Aku tidak apa-apa kok sabo." Ucapku.

"Padahal gambar sabo bagus lho." Ucapku.

"Kalau kita tetap disini sampai kapanpun mimpiku akan terkubur." Ucap Sabo.

"Kita melarikan diri saja dari sini." Ucapku.

"Terlalu beresiko." Ucap Sabo.

"Oh kalian berdua ingin melarikan diri ya." Ucap Sterry.

"Kau akan mengadu heh!" Tantangku.

"Ya aku akan memberitahu ini kepada touchan dan kaachan." Ucap Sterry.

Sterry langsung berlari pergi dan aku hanya diam saja karena hal tersebut sementara sabo malah menepuk pundakku.

"Aku membencinya." Ucapku.

"Tidak boleh seperti itu dia kan adik kita." Ucap Sabo.

"Hanya angkat saja karena kedua orangtuanya tidak mampu membiayai kehidupannya." Ucapku.

"Kalau dia baik aku akan menyayangi dia namun karena dia begitu aku malas." Ucapku.

"Lebih baik kita belajar saja agar touchan tidak marah lagi." Ucap Sabo.

"Baiklah." Ucapku.

Aku dan sabo kembali belajar dengan tenang seperti biasanya makan malam di kamar kami berdua karena aku tidak mau menemui kedua orangtuaku.

Pagi harinya aku dan sabo pergi ke sekolah bersama-sama namun ada suatu hal yang menarik perhatianku.

"Kalian tidak bersekolah?" Tanyaku.

Aku melihat sekumpulan anak jalanan yang sedang duduk santai sambil menghitung uang milik mereka.

"Aku anak yatim piatu dan beberapa hari lalu diusir dari panti asuhan." Ucapnya.

"Kita berteman." Ucapku merentangkan tanganku.

"Pakaianmu bersih aku takut mengotori bajumu." Ucapnya.

✔️ Sabo Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang