4

97 9 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🎩 Sabo dan sano muak

Aku duduk di taman belakang sekolah dengan tenang bahkan sano sedang tidur nyenyak begitu saja.

"Kau yakin akan melakukan ini semua?" Tanyaku.

"Kalau kita tetap di rumah cita-cita kita pasti akan ditentang keras dan malah diarahkan ke jalur hukum kan aku malas berurusan dengan itu semua." Ucap Sano.

"Benar sih ucapanmu di rumah juga percuma." Ucapku.

"Bakatmu bagus lho sabo jangan sampai disia-siakan." Ucap Sano.

"Kalau kita keluar rumah kita juga harus keluar sekolah dong." Ucapku.

"Kita sekolah jalur beasiswa di sekolah swasta dekat sekolah yang kita dirikan itu saja." Ucap Sano.

"Otak kita jenius jadi tanpa belajar juga sudah mendapatkan jatah jenius dari sananya yah kecuali sterry itu yang harus ekstra keras belajar." Ucap Sano.

"Kau ini jangan sombong." Ucapku.

"Sudah terbukti lho bahkan saat ulangan semester satu tahun kemarin aku tidak belajar sama sekali namun hanya membaca sekilas mendapatkan peringkat pertama." Ucap Sano.

"Kita cari beasiswa dulu baru keluar dari rumah." Ucapku.

"Boleh juga kalau begitu." Ucap Sano.

Aku dan sano memang tidak memiliki teman di sekolah entah kenapa mereka semua menjauh dari kami semua namun sano bilang ini ulah adik kami sterry tapi aku hanya mengganggapnya candaan saja.

Bel masuk berbunyi jadi kami ke kelas masing-masing karena beda kelas.

Pulang sekolah sano memakan permen lollipop dengan tenang sementara aku berada di belakangnya.

"Bepo bilang ingin buku tulis gambar beruang." Ucap Sano.

"Memang ada ya?" Tanyaku.

"Entahlah nanti kita cari saja." Ucap Sano.

Aku dan sano selalu menyisihkan sisa uang jajan untuk membelikan alat tulis untuk anak-anak jalanan kami tidak meminta bantuan siapapun murni uang kami berdua.

"Kau tidak keberatan soal ini semua?" Tanyaku.

"Tidak sih lagipula uang olimpiade kita berdua belum diambil kan di sekolah jadi gunakan saja uang itu untuk keperluan anak-anak jalanan." Ucap Sano.

"Tidak akan habis sampai 10 juta yen juga." Ucap Sano.

"Uang olimpiade kita kan lebih dari segitu." Ucapku.

"Makanya itu jadi gunakan saja daripada dibiarkan saja lebih baik untuk hal yang bermanfaat saja." Ucap Sano.

"Sifatmu sangat baik sekali sano aku bangga sebagai kakakmu." Ucapku.

"Kita berdua yang berjuang untuk mencerdaskan para anak jalanan itu." Ucap Sano.

"Jadi sabo juga hebat." Ucap Sano.

"Aku saat ini hanya bisa curhat banyak hal kepada kakakku sendiri." Ucap Sano.

"Aku ingin memiliki sekolah sendiri di masa depan." Ucap Sano.

"Aku yakin kau akan bisa mewujudkan mimpinya." Ucapku.

"Ayo ke toko buku!" Ajak Sano.

Kami berdua ke toko buku untuk membeli buku bergambar beruang setelah selesai pergi ke sekolah sederhana yang kami berdua bangun beberapa minggu lalu.

Tiba di sekolah mereka semua tersenyum kearah kami semua.

"Sabo-nii! Sano-nii!" Pekik mereka semua.

"Ayo kita belajar!" Pekik Sano.

"Yeah!" Pekik Semuanya.

Sano mengajarkan matematika untuk kelas satu sd dan aku mengajarkan yang lebih kecil soal menulis.

Sore harinya kami pulang namun ada yang memberikan kami jajanan yaitu takoyaki membuat kami berdua tersenyum.

"Kalian membelinya?" Tanyaku.

"Aku membuatnya sabo-nii." Ucap Hachi.

"Wah hachi keren!" Pekik Sano.

"Terimakasih sano-nii." Ucap Hachi.

"Sama-sama." Ucap Sano.

"Kami pamit ya nanti besok kesini lagi." Ucapku.

"Dadah semuanya!" Pekik Sano.

"Dadah!" Pekik Semuanya.

Kami berdua pulang sambil memakan takoyaki buatan hachi sedikit asin namun enak untuk orang yang pertama kali membuat takoyaki.

"Tahun depan mereka kita sekolahkan saja." Ucap Sano.

"Kita belum cukup umur untuk menjadi wali murid." Ucapku.

"Benar juga ya." Ucap Sano.

"Kita suruh orang tua koala saja menjadi wali murid mereka semua." Ucapku.

"Memang dia akan mau?" Ragu Sano.

"Iya sih bisa-bisa kita malah dilaporkan kepada kaachan dan touchan soal ini." Ucapku.

Tiba di rumah kami berdua malah dikurung di gudang karena pulang terlambat untungnya perut sudah kenyang karena makan takoyaki.

"Dua tahun lagi." Ucap Sano.

"Maksudnya?" Tanyaku.

"Bisa bekerja part time." Ucap Sano.

"Benar juga kita tidak selamanya mengandalkan uang olimpiade terus." Ucapku.

Pagi harinya kami dikeluarkan dari gudang untuk bersekolah tanpa sarapan sama sekali katanya masih kena hukuman.

Di sekolah aku memikirkan untuk kabur dari rumah segera mungkin karena kalau begini terus malah menghambat segalanya.

Pulang sekolah kami sengaja langsung kembali ke rumah karena ingin mengambil barang-barang keperluan kami setelah selesai langsung melompat dari jendela kami yang berada di lantai dua.

"Kanan aman." Ucap Sano.

"Ayo pergi!" Ajakku.

Kami berdua sudah memiliki rumah di sekitar sekolah yang kita bangun sekaligus sekolah baru.

Malam harinya sano tidur di sampingku lalu memelukku begitu saja membuat aku heran saja.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Maaf melibatkan niisan." Ucap Sano.

"Niisan juga malas kelamaan di rumah." Ucapku.

"Jadi lebih baik kita keluar dari rumah dan kembali lagi kalau sudah sukses." Ucapku.

"Niisan!" Panggil Sano.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Tidak jadi." Ucap Sano.

"Dasar kau ini." Ucapku.

Sano memeluk perutku sangat erat dan aku membiarkannya saja.

🎩 Terus belajar

Gegabah

~ 12 Agustus 2022 ~

✔️ Sabo Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang