7

74 6 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Sano selalu saja

Aku pulang sekolah bersama sabo namun ada seorang wanita dewasa sepertinya dia habis dirampok oleh orang lain.

Aku berlari menghampiri wanita tersebut dan mengulurkan tanganku membantunya untuk berdiri membuat dia melihat kearahku.

"Etto bibi kenapa terlihat sedih begitu?" Tanyaku.

"Aku ditinggalkan anakku disini sejak pagi hari dia bilang hanya sebentar perginya namun sampai sekarang belum datang juga." Ucap Wanita tersebut.

"Bibi mau tinggal di rumahku sementara?" Tanyaku.

"Maksudku aku akan menghubungi pihak kepolisian soal keberadaan bibi ini." Ucapku.

"Jadi sambil menunggu lebih baik bibi tinggal di rumahku dulu daripada di kantor polisi yang pastinya sangat dingin." Ucapku sambil tersenyum.

"Kau ini sano selalu saja meninggalkanku!" Kesal Sabo.

"Gomen niisan." Ucapku.

"Kalian kembar?" Tanya Wanita tersebut.

"Iya benar." Ucapku.

"Niisan bibi ini kasihan kita biarkan dia menginap di rumah kita selama beberapa hari ya dan besok kita ke kantor polisi untuk melaporkannya." Ucapku.

"Boleh saja aku tidak masalah soal hal tersebut." Ucap Sabo.

"Sesama manusia kan harus saling menolong satu sama lain." Ucap Sabo.

"Iya aku cuma menerapkan ajaran niisan saja kok." Ucapku.

"Kau ini memang adikku yang baik sekali." Ucap Sabo.

Sabo mengacak-acak surai rambutku membuat aku tertawa akan hal tersebut sementara wanita tersebut melihatku dan sabo dengan senyumannya.

"Bibi bisa berdiri?" Tanya Sabo.

"Bisa kok." Ucap Wanita tersebut.

Aku dan sabo membawa wanita tersebut ke rumah kami berdua saat ini lalu aku memberikan makanan kepada wanita tersebut.

"Ngomong-ngomong nama bibi siapa?" Tanyaku.

"Dadan nama lengkapku curly dadan." Ucap Dadan.

"Nama bibi seperti laki-laki saja." Ucapku.

"Astaga kau ini hormati dia!" Kesal Sabo.

"Niisan jangan marah-marah terus cepat tua tahu!" Pekikku.

"Nih anak keras kepala sih!" Kesal Sabo.

Sabo menarik telingaku membuat aku meringis akan hal tersebut dan sabo melepaskan tarikannya dari telingaku.

"Maaf bibi sikap adikku kurang sopan terhadapmu." Ucap Sabo membungkukkan badannya.

Aku menendang sabo membuatnya tersungkur ke depan membuat tawaku pecah akan hal tersebut.

"SANO!" Teriak Sabo.

Aku kabur dan hody tiba-tiba datang jadi aku berlindung di belakang tubuh hody lalu menjulurkan lidahku di depan sabo.

"Hody minggir sebentar." Ucap Sabo.

"Hody diam dulu sebentar nanti aku kasih 50 ribu yen." Ucapku.

"Baiklah sano-nii." Ucap Hody.

Sabo yang sudah jengah lebih memilih memasak dan aku menyerahkan 50 ribu yen kepada hody lalu duduk dengan tenang.

"Nih makan siangmu sano." Ucap Sabo.

"Terimakasih niisan." Ucapku.

"Sama-sama." Ucap Sabo.

Aku selesai makan dengan cepat lalu memeluk sabo membuatnya tersenyum akan hal tersebut.

"Gomen ne." Ucapku.

"Iya aku memaafkanmu." Ucap Sabo.

Aku melihat dadan lalu tersenyum kepadanya dan aku melepaskan pelukan lalu langsung berlari melupakan sesuatu yang penting.

Aku membeli baju untuk dadan dan permen untukku walaupun saat tiba di depan gang malah kena palak jinbei.

"Bibi sepertinya belum mandi ini baju gantinya maaf ya kalau sedikit norak karena aku kurang paham fashion." Ucapku menggaruk belakang kepalaku.

"Tidak masalah ini juga sudah cukup kok." Ucap Dadan.

Aku menunjukkan kamar mandi di rumah lalu tiduran begitu saja bahkan memeluk kaki sabo yang sedang belajar dengan tenang.

"Istirahat saja akhir-akhir ini kulihat kau sering menguap kalau pagi hari." Ucap Sabo mengelus surai rambutku.

"Oyasumi niisan." Ucapku.

"Oyasumi otouto." Ucap Sabo.

Aku tertidur dengan lelap memang benar ucapan sabo kalau akhir-akhir ini aku kesulitan tidur apalagi setelah penusukan touchan terhadapku membuat tidurku jadi tidak tenang.

Sore harinya setelah pulang sekolah aku dan sabo memberitahu soal orang hilang namun belum ada laporan sama sekali jadi kami berdua mengganggap kalau dadan benar-benar dibuang anaknya.

"Padahal anak-anak jalanan menginginkan orang tua lha mereka anak tidak tahu diri malah membuangnya!" Kesalku.

"Kita juga menghindari orang tua kandung kita kau melupakan itu?" Tanya Sabo.

"Tenang saja kalau kita sukses nanti menjenguk mereka kok kalau sekarang belum tepat waktunya." Ucapku.

"Baiklah aku ikuti saja maumu sano." Ucap Sabo.

Aku dan sabo kembali ke rumah lalu melihat dadan sedang bercanda dengan anak-anak yang lain.

"Ikutan!" Pekikku.

Dadan menceritakan dongeng kepada kami semua membuat anak-anak antuasias akan hal tersebut setelah dongeng selesai kami berdua mengajarkan banyak hal kepada anak-anak.

🍁 Berbuat kebaikan

Gegabah

~ 21 Agustus 2022 ~

Author mau hiatus karena kouta habis ya kalau muncul lagi berarti kouta sudah terisi lagi

✔️ Sabo Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang