You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.
Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.
Happy reading
🎩 Sabo sebenarnya
Aku dan sano baru saja pulang sekolah saat tiba di rumah malah mendapatkan tamparan dari touchan membuat aku heran akan hal tersebut.
"Kesalahan apalagi yang kita berbuat sih?" Tanya Sano.
"Kalian berdua belajar saja tanpa perlu memperdulikan orang lain!" Pekik Touchan.
"Kalau kami berdua terus belajar itu tidak baik." Ucapku.
"Kalian berdua memang tidak bisa diharapkan sama sekali untungnya touchan dan kaachan mengadopsi sterry yang baik hati itu." Ucap Touchan.
"Anak caper itu dibanggakan sementara kami berdua yang jelas-jelas anak touchan dan kaachan malah ditindas terus-menerus!" Kesal Sano.
"Wajah kalian berdua tidak mirip denganku atau ibu kalian sama sekali!" Kesal Touchan.
"Kau buta hah rambut kami berdua seperti kaachan yaitu kuning!" Kesal Sano.
"Tuh anak pungut dari wajah hingga warna rambut saja berbeda!" Kesal Sano.
Sano akan ditampar namun aku melindunginya membuat aku yang terkena tampar touchan.
"Ck!" Kesal Sano.
Sano menarik tanganku menuju ke kamar kami berdua lalu sano mengobati sudut bibirku yang berdarah.
"Ish pelan-pelan." Ucapku.
"Maaf." Ucap Sano.
"Hey sini otouto." Ucapku.
Sano mendekat dan aku memeluknya dengan erat lalu mencium pipi kanannya membuat sano tertawa akan hal tersebut.
"Niisan!" Panggil Sano.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Mataku sakit." Ucap Sano.
"Bekas lukamu jadi permanen begini." Ucapku.
"Niisan juga kan sama punya bekas luka permanen." Ucap Sano.
"Terimakasih ya." Ucapku.
"Sama-sama!" Pekik Sano.
"Niisan!" Pekik Sano.
Aku melepaskan pelukan sano dan tiduran di kasur lalu sano langsung masuk dalam pelukanku begitu saja.
"Niisan aku laper." Ucap Sano.
"Menginginkan sesuatu?" Tanyaku.
"Hm." Gumam Sano.
"Sebentar niisan punya roti melon di tas." Ucapku.
Aku mengambil roti melon di tasku namun sano malah mengikutiku membuat aku terkekeh geli.
"Nih roti melonnya." Ucapku.
"Niisan bagaimana?" Tanya Sano.
"Masih kenyang kok." Ucapku.
Sano memakan roti melonnya namun membagi dua roti melonnya dan memberikannya padaku membuat aku tersenyum akan hal tersebut.
"Aku tahu niisan pasti laper jadi kita bagi dua ya." Ucap Sano.
"Iya." Ucapku.
Saat aku dan sano sedang makan roti melon ada yang menyiramkan air ke roti melon kami berdua membuat sano langsung bangun.
"Kau!" Kesal Sano.
Sano langsung memukul wajah sterry begitu saja karena kesal emosi sano memang mudah tersulut apalagi kalau diganggu saat tenang.
"Touchan! Kaachan! Sano-nii memukul wajahku!" Pekik Sterry.
Touchan dan kaachan datang langsung ke kamar kami berdua lalu kaachan menggendong sterry begitu saja.
"Kau ini tidak berguna sama sekali." Ucap Touchan.
Touchan memukul perut sano membuat sano memuntahkan roti melon yang baru saja ditelan olehnya.
"Sudahlah touchan!" Kesalku.
"Diam kau sabo!" Kesal Touchan.
Sano menahan perutnya dan langsung memukul perut touchan begitu saja walaupun kulihat sano sempoyongan.
"Ck kalian berdua tidak mendapatkan jatah makan malam hari ini." Ucap Touchan.
Touchan dan kaachan keluar kami berdua lalu aku menghampiri sano yang diam saja sejak tadi.
"Sano!" Pekikku.
Sano tersenyum kepadaku membuat aku lega lalu memeluknya sangat erat dan mengelus surai rambutnya.
"Niisan." Gumam Sano.
"Perutku sakit sekali." Gumam Sano.
"Kita jangan melawan touchan dan kaachan." Ucapku.
"Aku tidak mau terus ditindas seperti ini aku ini seorang pria tahu." Gumam Sano.
"Tidur saja kau ini kalau emosi pasti sulit diredakan." Ucapku.
"Iya." Gumam Sano.
Sano memeluk leherku dan aku langsung menggendong sano begitu saja lalu menidurkannya di kasur.
Aku membuka sedikit baju sano dan melihat perut sano membiru membuat aku kasihan terhadapnya.
"Emosimu itu terkadang membuatku khawatir kalau kau berhadapan dengan touchan." Ucapku.
Aku keluar kamarku untuk mengambil kompresan untuk perut sano saat aku sedang menunggu air mendidih ada yang menyenggolku.
"Kalian berdua akan kubuat terusir dari rumah." Ucap Sterry.
"Oh ya coba saja lagipula kau hanya anak pungut saja." Ucapku.
Aku mengambil air panas dalam gelas kecil dan menuangkannya ke tangan kiri sterry yang akan mengambil air dingin.
Aku langsung pergi begitu saja tidak memperdulikan teriakkan kesal dari sterry sama sekali.
Tiba di kamar aku melihat sano sudah bangun tapi terus saja memegang perutnya.
"Berbaringlah aku akan mengompres perutmu dulu agar tidak terlalu sakit." Ucapku.
Sano kembali berbaring dan aku mengompres perutnya kulihat sano meringis pasti sedikit nyeri perutnya.
"Aku balut ya perutmu agar tidak terlalu sakit." Ucapku.
"Tidak perlu." Ucap Sano.
"Minta pelukan saja." Ucap Sano.
Aku menaruh kompresan di dekat meja kecil dan tidur di samping sano membuat sano langsung memelukku begitu saja.
"Tidur ya agar perutmu pulih." Ucapku.
"Iya niisan." Ucap Sano.
Sano tertidur dan aku hanya tersenyum akan hal tersebut lalu malah tertidur bersama sano.
🎩 Tidak tega kalau sano disakiti
Gegabah
~ 29 Juli 2022 ~
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Sabo Twins (oc male reader)
KurzgeschichtenTIDAK ADA UNSUR LGBT SAMA SEKALI DAN KARAKTER COWOK YANG KUJODOHKAN DENGAN MC KUUBAH JADI CEWEK GENDERNYA STOP BILANG BOOK AKU INI YAOI DAN SEBAGAINYA SAKIT HATI TAHU AKU BACANYA Note alternatif universe yang berarti sangat tidak terkait dengan mang...