10

90 7 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🎩 Sabo kesulitan kalau

Aku baru saja tiba di rumah karena ada sedikit urusan di luar soal suatu hal yang berhubungan dengan kedua orangtuaku.

"Aku dan sano kembali maka sterry akan dibuang." Batinku.

"Entah kenapa aku pikir itu jebakan yang dibuat touchan agar aku dan sano kembali." Batinku.

"Niisan!" Panggil Sano.

"Eh iya!" Kagetku.

"Kenapa melamun?" Tanya Sano.

"Hanya memikirkan sesuatu." Ucapku.

"Oh begitu." Ucap Sano.

"Kaasan dimana?" Tanyaku.

"Pergi katanya mau membeli sesuatu." Ucap Sano.

"Tidak ditemani?" Tanyaku.

"Kaasan bersama jinbei kok." Ucap Sano.

"Syukurlah." Ucapku.

Sano pergi begitu saja membuat aku terkekeh geli apalagi sano malah melompat-lompat riang seperti anak kecil.

Aku masuk ke kamarku untuk berganti baju dan saat keluar kamar ada sano yang merentangkan tangannya.

"Gendong." Ucap Sano.

"Baiklah." Ucapku.

Aku menggendong sano karena jarang sekali sano itu manja paling kalau ada masalah yang membuat kepalanya benar-benar pusing baru manja.

"Niisan aku pusing tahu." Keluh Sano.

"Pusing karena apa hm?" Tanyaku.

"Touchan bilang aku harus menghentikan sekolah jalanan itu." Ucap Sano.

"Tapi aku tidak mau niisan karena itu kan impian yang lain untuk bisa bersekolah." Ucap Sano.

"Jangan hentikan ya teruskan impianmu walaupun dunia mentertawakan hal tersebut berarti mimpimu sudah setinggi langit." Ucapku.

"Aku sayang niisan." Ucap Sano.

"Iya niisan juga sayang sano." Ucapku.

"Mau bobo." Ucap Sano.

"Ya sudah bobo ya." Ucapku.

Aku mengelus surai rambut sano agar tertidur dan menggendong sano sambil makan siang karena sano terus saja memeluk leherku tidak mau lepas sama sekali.

✔️ Sabo Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang