14 : Tentang Rasa[2]

136 9 0
                                    

Terdengar benturan keras yang langsung membuat gue sadar. Kecelakaan.

Sebuah Truk besar dengan ada bekas bercak darah di jalanan aspal depan alun-alun persis. Ada apa? Kenapa gue mendadak jadi bingung gini?

Gue jalan mendekati tempat kejadian yang kini telah ramai dengan kerumunan orang-orang. Sembari menjilati Ice Cream yang sedikit meleleh.

Manis.

“Larya!” Sebuah suara yang memanggil nama gue. Dengan segera gue nengok kearah Farrel dengan sedikit bingung. Ini kenapa?

“Farrel? Ini kenapa? Kenapa ramai? Ini ada apa? Kenapa banyak darah?” Tanya gue langsung. Mendadak juga perasaan gelisah datang. Bagaimana tidak, tubuh Farrel penuh luka meski hanya lecet.. Berarti dia selamatkan? Lalu bagaimana dengan yang menyelamatkannya? Dan juga.. setelah Villar meneriaki nama ‘Farrel’ dimana dia sekarang?

Farrel memeluk gue erat, bahunya terasa bergetar. “Farrel! Kasih tau gue! “ Ucap gue sambil berusaha melepaskan pelukan Farrel.

“Villar loe pergi.”

Deg.

Singkat, padat, jelas.

Sisa rasa Ice Cream Coklat yang tadi gue makan sekarang rasanya begitu asam. Gue gak nyangka. Pilihan Villar benar.

Gue awal makan Ice Cream dengannya begitu manis, gue melihatnya menolong Farrel saat itulah gue mulai merasakan kecut, dan terakhir dia pergi sisanya terasa begitu asam.

Rasa ini kenapa harus loe yang pergi Llar?! Kenapa?!

Percuma, gue gak bisa sehisteris itu. Dan gue pun akhirnya kini hanya mampu menatap Villar yang tergeletak di tanah penuh cairan merah.

“Villar, loe tau? Masa yang kita alami itu Cuma sesaat. Tetapi loe telah membuatnya menjadi begitu banyak kenangan.” Ujar gue lirih. Mata gue panas. Dan benar, gue berkedip kini telah jatuhlah air mata itu.

Apa ini rasa yang loe punya ke gue Llar? Loe cinta mati sama gue? Seharusnya jangan Llar. Gue merasa jadi manusia terjahat tau gak. Loe...tetap istimewa dihati gue llar.

*

Pemakamannya begitu ramai. Semua teman-temannya datang kepekaman itu. Kecuali gue. Gue memilih untuk jadi yang terakhir saja. Gue.. masih mau mengucapkan beberapa kata untuk Villar tanpa diketahui yang lain.

“Gak kesana?” gue Cuma menggeleng. Kemudian menunduk dalam. Dulu, disaat gue begini Villar bakalan menanyakan gue kenapa dan memeluk gue penuh sayang atau juga mengecup kening juga punggung tangan gue.

Tapi sekarang hampa. Semuanya berubah.

Tiba-tiba sebuah tangan menautkan jari-jari tangan gue. Gue menoleh bingung kearahnya. Dia tersenyum lembut.

“Jangan sedih lagi.” Ucapnya. Dan gue Cuma bisa menghela nafas panjang. Farrel. Apa untuk gue loe pergi Llar? Kalau gitu loe salah paham. Sejujurnya gue udah nyaman sama elo.

Tapi dilubuk hati yang paling dalam, kamu masih sayang dia princess..

Entah dari mana suara itu hadir. Tapi gue yakin, Villar pasti masih didekat gue. Gue yang lagi duduk diteras langsung menatap kosong sekitar.

Llar, aku mohon kembali..” batin gue sambil meremas tangan yang menautkan tangannya pada gue. Biar aja. Gue gak peduli. Kenapa? Kenapa semuanya jadi gini?

*

“Asal kamu tau ya Llar, kamu itu cowok terbodoh yang mau jadi pacarku. Haha, kenapa? Karena seharusnya takdirku itu menyukai seseorang dan jika dia ada yang punya ya udah aku move on.”

“... hm, mungkin juga kamu itu sempurna.”

“Aaakh!! Pokoknya kamu tuh aneh bin istimewa deh! Hiks.., ya kan Llar? Kamu itu aneh, susah ditebak. Ta—tapi kamu tuh juga istimewa.. Apalagi cara kamu nembak aku waktu itu. Gak akan pernah aku lupain deh... Hiks.. Villaaarrrr, kembaliii!!”

Gue udah kayak orang gila yang ngomong sama batu nisan. Villar Pratama. Dia cowok yang jadi pacar pertama gue. Dan gue ... benar-benar sayang dia.

“Larya..” Gue masih menatap batu nisan. Jujur, gue yakin pasti sekarang gue berantakan banget.

“Larya, Villar kasih ini ke gue. Video Rekaman.” Mendengar itu otomatis mata gue membulat. Video lagi? Langsung gue mendongak dan menatap Farrel. Tatapan dia juga terlihat ada luka. Astaga, apa dia mendengar ucapan gue tadi? Dan—

“Sorry ya Rrel.” Ucap gue tulus dan berdiri tegak lalu memeluknya erat. Setelahnya gue mengambil Video itu. Dan tersenyum pamit padanya. Gue gak janji untuk bisa membuka hatipada loe Rrel.

------------------------------------

gue mau kasih tau. Sejujurnya gue gak pengin motong chapter sebelumnya. Tapi berhubung ada yang hilang dichapter kemarin, gue tulis ulang aja buat jadi cahpter baru. Meski sedikit.-.

LaryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang