14. Prêts? (2)

57 10 3
                                    

VOTE, yas.

—————

Malam sejuk nan dingin. Di tengah badai salju yang turun—tepat di Republik Australia, abad ke-23.

BRUAK!

Kedai makan yang Louis datangi kemarin tertabrak oleh truk tersebut. Bagian depannya—bumper—hancur, kaca depan truk tersebut pun ikut terpecah. Terlebih, sang supir—

—kosong. Tidak ada supir yang mengemudi.

Aneh. Ganjil.

Dadanya naik turun tidak beraturan, napasnya pun tersengal-sengal, namun Eugene berhasil menghindari tabrakan yang berkali-kali hendak merenggut nyawanya. Meski luka dan memar di sekujur tubuhnya semakin banyak akibat terkena serpihan beling. Eugene terduduk, gadis itu memeluk lututnya kaku lantas ia menenggelamkan kepalanya.

Eugene, ia menangis.

Pip! Pip! Pip!

Eugene terduduk tegak karena melihat benda bercahaya putih mengeluarkan bunyi. Dia pun mengambilnya seraya mengusap ingus yang menjalar ke pipinya. "Ear monitor? Milik siapa?" Monolognya.

Eugene mengutak-atik ear monitor tersebut lalu menyumpalnya di telinga dan bersuara, "Ha-halo...?"

"Halo halo."

'Apa itu suara pemiliknya?'

"Tolong! Apa kau bisa menolongku? Aku mohon..." Eugene berdiri dengan tertatih. Ear monitor masih menyumpal di telinga, Eugene mengeratkan kain yang membalut luka tembak di pahanya.

Eugene sudah sekarat. Namun belum waktunya mati.

Pembicara di ear monitor itu menjawab dengan was-was, "Apa Anda Nyonya Eugene?!"

Eugene berseru, "Ya! Tolong aku!"

"Anda dimana, Nyonya?"

Eugene segera berlari meninggalkan tempat tadi meski kakinya pincang sebelah, Eugene harus hidup. Harus. Tidak boleh mati dan tidak boleh tertangkap oleh Zeus.

Dengan suara yang tercekat sebab oksigen terkuras habis, Eugene menjawab, "A-ku ti-dak ta-hu." Napasnya hampir habis. Eugene dehidrasi.

"Telepon umum!" Eugene segera mengarahkan kakinya menuju telepon umum yang entah mengapa masih ada di zaman canggih ini.

Eugene terdiam di tempat. "Aku tidak tahu nomor ponsel 'Jake'."

"Nyonya? Nyonya? Nyonya Eugene?!"

Ksrrkkk ksrrkkk TUUUUTT

Tidak ada pergerakan lepeng sekaligus tidak ada pemadaman listrik, sambungan terputus begitu saja. Entah karena sinyal atau apapun itu Eugene tidak tahu. Dia bingung harus menelepon siapa.

"Sa-sambungan ter-putus," gumamnya seperti tidak ada harapan. Kemudian terdengar langkah seseorang mendekati pendengarannya—tuk tuk tuk.

JAKE : Blessed Cursed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang