IFY . 001

4.5K 328 35
                                    

"Sudah bangun?"

"Kakak."

Pemuda manis usianya 25 tahun. Baru saja bangun dari tidur panjangnya setelah mengalami serangkaian tes laboratorium.

Ia bangun dengan tubuh polosnya dari kapsul tidurnya. Dari tubuhnya nampak sekali banyak bekas luka yang tertoreh dari yang kecil hingga yang besar.

Sudah dua bulan ia menjalani tes pemurnian darah dan juga DNA nya. Namun sampai sekarang belum ada hasilnya.

"Bagaimana?" Tanya pemuda tersebut.

Sedangkan sang kakak tengah mencatat sesuatu seperti jurnal dalam tangannya. Lalu menegakkan pandangannya pada sang adik.

"Sulit."

Pemuda itu hanya tersenyum. Lalu menatap satu lengannya, pada sudut sikunya terdapat luka bakar yang cukup serius.

Ia mengusapnya perlahan lalu tersenyum penuh kepiluan.

"Kenapa? Lebih baik aku mati dari pada harus hidup seperti dulu." Begitu ucapnya dengan parau.

Tubuhnya terasa kaku sebab proses tidur yang ia jalani kali ini cukup lama. 2 bulan tidak bergerak sama sekali pasti akan membuat sebagian fungsi dari ototnya menjadi slow respon.

Laki laki yang lebih tua menghampiri sang adik, duduk di hadapan sang adik yang masih berada di dalam kapsul tersebut enggan keluar dengan banyak kepulan asap akibat reaksi kimia di dalamnya.

"Kakak akan jagain kamu, kakak nggak akan biarin kamu mengalami hal mengerikan itu lagi sayang."

Yang lebih muda hanya tertunduk, emosinya menghilang entah sudah sejak berapa lama. Kejadian itu merenggut segalanya.

Ia hanya memikirkan mati akan jauh lebih baik dari pada hidup menderita sendirian.

"Bunuh aku saja!" Gumamnya

I Found You

"Kalian ini bisa kerja nggak?! Bulan ini kalian sudah 2 kali melakukan kesalahan! Dan kita mengalami banyak kerugian akibat kecerobohan kalian!"

Dalam ruangan luas tersebut, terdapat meja besar persegi di tengah banyaknya pria berdasi rapi mengelilinginya.

Raut mereka nampak tegang dan sedikit banyaknya hampir menahan nafas akibat murkanya sang atasan akibat kesalahan yang mereka perbuat.

Laki-laki 36 tahun yang berpangkat sebagai atasan tertinggi di perusahaan besar itu berkacak pinggang dengan pelipis yang mencetak urat pembuluh darah yang nampak terpompa kencang akibat kemarahannya.

"PADA BISU SEMUANYA?!"

"Maaf Presdir." Ucap salah satu yang sudah tidak tahan lagi. Karna demi apapun, tidak ada yang tau cara menghadapi sang CEO yang kini sudah terlihat mengeluarkan kepulan asap imajiner di kepalanya.

"Maaf?" Tanya nya

Semua nya mengangguk pelan tanpa berani menatap. Asisten nya juga tidak bisa berbuat lebih karena kesalahan kali ini cukup berat.

"Satu kantor saya harus tutup, dan banyak orang jadi pengangguran karena ulah kalian, anda bilang maaf?"

Yang di tanya sudah gemetar tak bisa berkata-kata lagi.

"Anda pikir, saya menggaji anda dengan uang sebesar itu lalu anda seenaknya bekerja sesuka hati anda hingga mengalami 3 kali kesalahan seperti ini?! Anda bercanda? Bahkan anak kecil pun tau jika perbuatan anda dan tim ini sudah tidak beres sedari awal!!!!"

"Sebagai kepala divisi lapangan kalian seharusnya lebih serius dalam setiap tahap proses proyek yang berlangsung. Dan sekarang anda membuat orang lain membawa kabur uang yang seharusnya untuk kerja proyek baru itu!"

"Kalian tau tidak? Berapa uang yang saya keluarkan untuk proyek tersebut?!"

Semua menggeleng dengan kencang. Tidak berani memperkirakan uang yang di keluarkan oleh sang bos untuk proyek pembukaan cabang baru di Jepang tersebut.

"Bahkan gaji kalian selama bekerja disini saja tidak cukup untuk mengganti semuanya!! Saya muak melihat kalian yang nggak becus bekerjanya, silahkan angkat kaki dari perusahaan ini tanpa menerima sepeser pun dan kalian dikeluarkan secara tidak terhormat! Pergi kalian!"

Semua terkaku mendengar keputusan tersebut. Jika mereka keluar dari perusahaan tersebut secara tidak terhormat maka secara halus mereka masuk daftar black list.

Dan mereka tau apa yang akan menimpa pada kehidupan mereka setelah selesai dari perusahaan raksasa ini.

Jatuh sejatuh jatuhnya.

Mereka semua keluar dengan lesu, Asisten bos tersebut memberikan segelas air putih pada atasannya yang sudah kelewat emosi tersebut supaya lebih tenang.

"Siapkan Suami mu untuk menyelidiki ini!" Perintahnya.

Asisten tersebut mengangguk dengan perlahan mengiyakan perintah si bos besar tersebut.

Sedangkan dua orang lagi masih sibuk berkutat dengan laptop masing-masing mengabaikan kemarahan atasannya baru saja.

CEO tersebut berlalu pergi dari ruang rapat tersebut.

"Mau sampai kapan dia seperti ini?"

Ucap salah satunya.

Sedangkan yang lain menatap bingkai besar foto yang di cetak besar dalam sudut utama ruangan tersebut.

Lalu tersenyum tipis. "Tidak adanya dia membuatnya hampir kehilangan jati dirinya lagi sekarang." Desisnya.

"Joon-ahh, aku merindukan Taehyung."

"Begitu pula aku Jinnie, dia adalah satu-satunya sisa dari keluarga ku."

Yang di panggil Jinnie menatap sendu suaminya. Mengusap bahu Kokoh yang hanya nampak kuat di luar namun juga rapuh di dalamnya.

Meninggalnya Kim Taehyung, mengubah segalanya. Termasuk laki-laki yang tengah meredam emosi tadi-Jeon Jungkook.

"Kita harus berusaha lebih keras lagi untuk Jungkook." Ujar Namjoon

Seokjin mengangguk perlahan. Lalu kembali bekerja. Membawa kembali kekalutan hati masing-masing hingga sembuh pada akhirnya nanti.
Meski tidak menampik, bahwa eksistensi Taehyung memang benar-benar luar biasa.

"Ya, kita akan terus berusaha."

Rhie🥀

Hay!
Aku balik dan baru chapter 1 aja udah berat begini yaa. 🤭🤭🤭

Gimana, aku udah nurutin permintaan kalian buat lanjutin GATE series season 2 dengan judul I FOUND YOU.

Aku harus sampe tunda cerita baruku yang temanya agak Fluffy. Demi kalian.

So jangan bikin kecewa Rhie ya, Vote dan komennya please.

Kalo ngga aku stop aja.

Ok, see yaa!

I Found You || K.VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang