chapter 18

2.5K 387 19
                                    

Hmm,,, langsung saja!

Happy reading, reader-nim!

_______________________

Claude menoleh untuk melihat sosok pengganggu yang berani menghentikan langkah putrinya. Tatapannya semakin tajam, saat melihat gadis manis yang kini berani menatapnya. Iya, mereka melakukan kontak mata. Ada perasaan kagum dalam tatapan gadis itu (Zenith Margarita), saat melihat Claude. Tetapi Claude tidak mempedulikannya.

Jika dia benar, gadis inilah yang dibicarakan Roger Alpheus, saat di tengah debutante tadi. Gadis ini adalah pengingat baginya. Sama seperti Athanasia dan Cale yang mengingatkannya kepada Diana dan Livia. Zenith mengingatkannya kepada mantan tunangannya dulu, Penelope Judith.

Bayangkan betapa kesalnya dia sekarang! Terlebih wajah Zenith telah membangkitkan ingatannya tentang kejadian terkutuk itu! Ya, kalian tahu kejadian apa yang dimaksud. Claude baru akan menggertak, saat Athanasia maju dan berhadapan dengannya.

"Nona Margarita, apa yang membuat Anda datang kemari?" tanya Athanasia seramah mungkin. Hal itu membuat Claude mengerutkan keningnya. Dia berpikir bahwa, Athanasia benar-benar akrab dengan Zenith, karena caranya dalam berbicara yang begitu ramah.

Zenith mulai menatap Athanasia dengan gugup. Dia hampir saja melupakan tujuannya untuk meminta maaf kepada Tuan Putri itu. Tetapi sepertinya hal itu tidak diperlukan lagi, karena Athanasia masih sama ramahnya seperti sebelumnya. Iya, dia memang polos. Maka dari itu, tujuan Zenith berikutnya adalah mengembalikan pita Athanasia dan memberi salam kepada Claude.

"Tuan Putri, pita Anda terjatuh dan saya kemari untuk mengembalikannya." ucap Zenith sembari menyerahkan pita Athanasia dan Athanasia menerimanya dengan canggung.

'Wah, kapan pita ini terlepas?! Aduh,,, cerobohnya aku~. Sekarang apa yang akan terjadi kepadaku? Ayah sudah bertemu Zenith! Apakah Ayah akan langsung mendorongku, hanya untuk memperhatikan Zenith?' batin Athanasia memberontak di balik senyuman ramahnya.

"Terima kasih Nona Margarita, saya benar-benar tidak menyadari saat pita ini terlepas. Maaf karena membuat Anda harus mengantarkannya. (Dan membuatmu mencari ayahmu sendiri!)" balas Athanasia, menumpan pikirannya untuk dirinya sendiri. Zenith segera menyangkal perkataan Athanasia dengan gelengan. Jujur, dia tidak merasa repot dan justru merasa senang, karena mengetahui Athanasia tidak marah, sekaligus bisa melihat ayahnya.

"Tidak masalah, Tuan Putri. Saya merasa senang, karena bisa membantu." ucapnya dengan senyuman cerah yang melebihi sebelumnya. Sungguh! Athanasia merasa silau yang berlebihan, setiap kali Zenith tersenyum.

'Ukh,,, apakah ini perbedaan, antara sengaja bersikap manis dengan sengaja dan memang murni polos?' batinnya berteriak dengan membandingkan sikap sok manis Cale, saat membujuknya dengan sikap manis Zenith yang memang murni dan polos.

"O-oh, baiklah kalau begitu, Nona Margarita. Sekali lagi, terima kasih." ucap Athanasia gugup. Sekarang apa yang akan ayahnya lakukan, karena sudah bertemu dengan Zenith? Jantung Athanasia berdetak kencang, saat suasana antara dirinya dan Zenith semakin hening. Jantungnya seolah siap berhenti kapan saja, saat ayahnya mulai bergerak.

"Jika urusan kalian sudah selesai, segeralah pergi! Athanasia, melangkah." ucap Claude segera beranjak dari tempatnya menunggu. Zenith dengan panik segera mambungkuk.

An Obelia Prince {HIΔTUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang