Happy reading, Reader-nim!
Jangan terburu-buru bacanya yaa,,,
__________________PRANG!! PRANG!!
Suara dentingan dua pedang yang saling beradu, mengisi keheningan ruang latihan istana. Para kesatria sedang menatap kosong duel antara dua anak yang bahkan belum mendekati usia keremajaan mereka. Satu bersurai hitam dan satu bersurai merah. Ya,,, mereka sedang menggemparkan seisi istana. Dimana raja pemalas kita bersedia, untuk bergerak hingga berkeringat banyak. Demi melayani ayah kecil—uhuk!— teman barunya.
Raphael berkata bahwa, dia harus melatih kemampuan pedangnya demi mengembangkan kekuatan kunonya agar lebih efisien untuk digunakan. Dia juga baru saja diberitahu cara memanggil pedangnya yang memiliki ukiran nama. Itu adalah pedang yang hanya dimiliki oleh keluarga Thames dan pemburu naga. Dengan diberi tahu caranya, dia berhasil memanggilnya dalam satu kali percobaan. Membuat Raphael semakin bersemangat, untuk menghajarinya. Meski dia berkata bahwa, kemampuannya lebih rendah dari kemampuan Marx. Tapi Cale sudah hampir terbunuh hingga 5 kali di awal permainan!
Raphael sedang memasuki mode Abyss Dewa Kematian sekarang! Dia terlihat gila dalam bermain! Dan itu membuat Cale semakin ingin pergi dari medan pelatihan antara hidup dan mati itu!
Raphael tanpa ampun memainkan pedangnya ke arah Cale. Membuat Cale yang telah melupakan cara bermain pedang (sejak menjadi seorang Henituse), sedikit kewalahan untuk menangkis semua serangannya. Tentu saja mereka didampingi oleh Marx, Louis, dan Felix atas perintah kaisarnya. Kaisar Tiran itu berpikir bahwa, putranya sedang ingin belajar ilmu bela diri selayaknya anak-anak bangsawan seusianya. Jadi dia hanya mengirimkan Felix untuk mengajari mereka. Tetapi disini Felix lah yang dibuat mereka tercengang, atas kelalaian mereka dalam berpedang. Dia hampir berkali-kali terkena serangan jantung, karena Cale hampir tertusuk pada bagian vitalnya berkali-kali.
"Pangeran, bahu kirimu terbuka!" Raphael berteriak untuk memperingati Cale. Cale segera menangkisnya dengan baik. Mengabaikan bahwa, mereka semakin membuat para kesatria terkagum dengan kelihaian mereka. Bahkan Louis dan Marx ikut bertepuk tangan, saat ada gerakan yang mengagumkan. Sementara itu Cale sedang memakai dalam pikiran batinnya. Mengabaikan Raphael yang semakin bersemangat, untuk menggoreng kulit mulusnya.
Cale berusaha keras, untuk membaca semua gerakan Raphael dengan kemampuan recordnya. Dia juga telah menggunakan kemampuan instannya dengan tempo rendah sedari tadi, juga kemampuan Super Rock, agar melindungi kulitnya untuk tetap mulus. Itu semakin membebani tubuh kecilnya dan membuatnya basa akan keringat. Keningnya mengkerut saat melihat Raphael bersiap memberinya serangan beruntun. Dia merasa dia ingin menangis sekarang!
'Oh, Tuhan,,, aku lelah...' batin Cale menangis, saat dia semakin mempercepat gerakan pedangnya dengan instannya untuk menangkis seluruh serangan Raphael yang semakin cepat. Cale bisa melihat seringai mematikan Raphael, di sela-sela serangannya. Itu membuatnya merinding dan ingin pingsan di tempat.
PRANG!!! Kreet—!!!
Sekarang adalah adu tenaga. Mereka saling mengadu dengan pedang mereka yang saling berhadapan. Cale adalah pangeran yang lemah. Maka tidak heran jika dia kalah dalam adu tenaga itu. Alhasil, dialah yang semakin didorong mundur oleh Raphael yang terlihat sedikit bosan.
'Hik,,, dia ingin aku mati muda,kah?' batin Cale menangis, saat mendengar suara retakkan kecil dari pedang barunya.
-Kau harus menggunakan kekuatan kunomu, sebagai pendukung agar pedangmu tidak patah~
Raphael memberi saran tanpa memberikan peluang untuk Cale. Cale mengerutkan keningnya sesaat. Memikirkan kekuatan kuno mana yang cocok untuk dijadikan dampingan pedangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Obelia Prince {HIΔTUS}
Teen Fiction''Ukh,,, di mana aku sekarang? Bukankah seharusnya aku tidur di ranjang bersama anak-anak? Tapi apa sekarang?!! Tidak dengan ranjang yang empuk ataupun anak-anak, yang ada hanyalah aku yang menjadi anak-anak itu sendiri!! Err,,, aku menjamin bahwa s...