03

38.4K 167 1
                                    

Gila
Sudah gila si tua itu.

Dia mau pake aku di tengah kebun siang bolong begini?

"Pah aku takut ah. Jangan disini " aku masih merengek karna takut ketahuan lalu kami nanti di arak ke kampung.

"Nggak mah aman kita percaya deh. Ini kebon papah"

"Yuk"

Di tengah kebun tersebut ada seperti tempat istirahat. Semacam gubuk tanpa atap. Tetapi tetap adem karena di kelilingi pohon mangga.

"Hayuk yang udah ga pake kancut kan mamah?"

Aku langsung mengangkang lagi dengan lelaki berbeda.
Sebenarnya kemaluan pak bagja itu kecil jadi hanya kerasa geli saja saat di masukan salam memekku. Tapi tentu aku harus tetap profesional. Aku tetap pura-pura meringis dan mendesah sambil berucap
"Ahh enak pah terus hamili aku" biasanya dengan kata 'hamili' atau pejuhi' pak bagja semakin cepat orgasme.

"Mmhh" yang terdengar dintara kami hanya suara nafas dan kecipakan antar kelamin kami yang menyatu

"Papah enak banget buang dalem ya pah"
Kalo dengan pak bagja aku rela dia pejuhi aku banyak pun tak apa. Karna biasanya dia kasih aku 3 juta sekali kencan.

"Mhh mah kamu aku hamili ya"

"Heem" balasku pura-pura menikmati genjotan yang tidak berasa apa-apa ini.

Hampir 20 menitan ia menggenjot aku lalu mengeluarkannya di dalam memekku

'Crrrrttttcrrrttrr'

"Ahh  sing jadinya mah dijaga" ucap nya berbisik di telingaku.
Aku yang mendengar itu langsung merinding membayangkan hamil anak lelaki tua ini. Ewhhh.

"Mhhh enak pah enak anget pejuh kamu"ucapku dengan ngos ngosan pasadal dari tadi tidak berasa apapun.

Saat pak bagja beranjak dari atasku aku langsung ingin beranjak karna tidak nyaman bertelanjang di tempat umum seperti ini.

"Mah mau apa? Tar dulu takut turun tuh pejuh aku" pak bagja langsung membuka memekku lalu mengkoreknya sedikit. Terlihat lelehan sperma keluar.

"Ah kalo gini mah harus di tembak sperma lagi" ucapnya

Aku yang mendengar hal tersebut langsung melotot. Ini saja mekiku rasanya sudah lengket dari pagi sudah pakai si ambon lalu sekarang di pake si tua ini.

"Males ah pah nanti aja. Kalo rezeki mah jadi sendiri" kataku sambil mengusap-usap dadanya.

Lelaki tua itu pun tersenyum
"Kamu udah setuju ya bikin dedek bayi sama saya? Kalo gitu kita langsung jadwalin ke obygyn aja mah biar jadi anak laki"
" Terus ini memek" jarinya sambil menerobos masuk ke belahan liangku.

"Jangan di pejuhin sama yang lain dulu ya mah" ucapnya.

"Ih sayang kan aku belum bilang setuju. Cuman kalo jadi ya aku jaga. Lagian yang aku bolehin buang sperma di memek aku cuman papah aja kok suami aku aja pake kondom".

Dia yang mendengar itu sontak sumringah

"Asik bisa lah mah langsung jadi kalo nanti kita akad aja gimana mah?"

"Pah aku ini istri orang loh. Kamu juga punya istri 2" ucap ku merajuk.

"Gampang lah istri keduaku itu. Lagian aku juga gapunya anak dari dia gampang buat aku cerain dia mah"

'Papah' membantu ku untuk memakai kemejaku

"Pah mama belum pake BH"

"Udah gausah nanti nyampe salon kamu saya genjot lagi"

"Tapi tambahin uang jajannya" ucapku sambil menjilat telinganya sambil berjalan.

"Gampang. Eh jangan pake cangcut lepas aja biar pejuh aku bebas" ucapnya sambil mengangkangkan kaki ku. Lalu memainkan liang memekku sepanjang jalan mobil ini.

Biarlah tubuh ini ku jajakan yang penting perekonomian keluargaku tetap baik.
Mungkin aku juga harus memikirkan tawaran pak bagja. Lagian tidak ada ruginya punya anak dari dia. Tidak akan ada yang tau juga. Dan sudah pasti akan terjamin masa depannya. Mungkin juga aku bisa terlepas dari lilitan zinah bersama banyak lelaki.

Bisa saja kan nanti aku hanya ewita bersama pak bagja dan suamiku aji.
Aku tinggal memikirkan cara bagaimana idekan supaya yang ku kandung anak pak bagja, bukan anak dari suamiku.

Sebut saja aku gila. Kalo kalian sudah terpepet dengan ekonomi mungkin baru terasa ini semua masuk akal.

Aku harus menyekolahkan 2 adik lelakiku, mengirim uang untuk mamakku, juga menopang kehidupanku di bandung kota ini. Jika hanya mengandalkan gaji suami mungkin untuk makan saja tidak cukup.
Aku tidak akan bisa perawatan dari ujung kaki ke ujung rambut. Semua butuh uang.

Tidak peduli berapa banyak penis yang masuk dalam vagina ku, atau berapa liter sperma dari orang yang menggagahiku rasanya aku sudah tidak memikirkannya.

Lagian sex itu enak. Aku mendapat kepuasan batin. Mau laki-laki dengan pangkat apapun mereka tetap mendesah keenakan saat barang mereka bersarang di memekku.

'Hufff'

Mungkin sore ini akan berlangsung lama. Karna lelaki tua ini ingin kembali memejuhi liang ku. Semoga saja tersemai sesuai dengan harapan.

Aku mengusap-ngusap perutku. Akan ada anak  om bagja disini. Aku akan menjaga dengan sangat baik. Baiklah mungkin sudah seharusnya aku mengandung anak pejabat ini apa lagi tabungan dan rumah yang dia tunjukan tidak ecek-ecek.
Dan suami ku juga pasti akan senang karna sebentar lagi dia akan memiliki anak juga.

Ia kan?


TBC

L-I-A-RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang