Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Bab 5

61.5K 4.6K 99
                                    

Babysitter baru sudah datang, itu yang didengar Summer dari Yanti saat perempuan setengah baya itu ke warung dan tanpa sengaja berpapasan dengannya. Summer lega mendengarnya karena anak-anak ada yang menjaga, tapi perkataan Yanti membuatnya mengernyit.

"Suasana rumah jadi kaku. Anak-anak sepertinya tersiksa karena peraturan yang ketat."

"Peraturan bagaimana, Bi?"

"Banyak, Nona. Dari mulai bangun pukul berapa, duduk harus tegak, makan nggak boleh berisik apalagi sampai alat makan bunyi."

"Bukannya itu bagus? Anak-anak jadi disiplin?"

"Memang, tapi sedikit menyiksa mereka. Nona Fifi jadi makin murung dan Fino, kasihan anak itu. Nangis melulu karena ingin main. Si suster nggak izinin ini dan itu, selama beberapa hari ini hanya makan, tidur, dan belajar."

"Sebegitu menakutkan?"

Summer tercengang, hingga tak mampu berkata-kata. Ia tidak dapat membayangkan kalau Fino yang masih kecil begitu dididik secara ketat. Namun, bagaimana pun juga itu bukan urusannya. Selama Jayden tidak merespon apa pun, ia tidak boleh ikut campur.

"Fino kangen sama Nona Summer. Manggil-manggil terus, tapi nggak boleh keluar."

"Alasannya apa?"

"Di luar banyak virus, banyak orang jahat, dan Nona Summer orang luar. Nggak boleh sering-sering bergaul sama orang luar."

Summer menghela napas panjang. "Mungkin untuk kebaikan anak-anak. Lagi pula, suster itu katanya orang yang sangat berpengalaman?"

"Rekomendasi dari nyonya besar."

"Ya sudah, semoga anak-anak baik-baik saja."

Setelah bicara dengan Yanti, pikiran Summer berkecamuk tentang Fino. Memang beberapa hari ini ia tidak bertemu anak itu karena terlampau sibuk. Salon ramai hingga nyaris tengah malam. Banyak pelanggan datang di luar jam kerja. Teman-temannya juga mengajak ke beberapa pesta dan Summer pulang nyaris mendekati pagi. Jayden pun sama sibuknya. Mereka jarang bertukar kabar, dan karena Fino tidak pernah menelepon, Summer mengira kalau anak itu baik-baik saja dengan suster baru.

"Kenapa lo murung?" tanya Citra, menatap Summer yang merokok dengan pandangan menerawang.

"Kangen sama anak gue," jawab Summer.

"Bukannya tetangga sebelah?"

"Iya."

"Tinggal aja datang ke sana."

"Nggak semudah itu."

"Kenapa?"

"Karena kondisi kami berbeda."

"Berbeda kayak gimana?" Purnama masuk, menyalakan rokok dan duduk di sebelah Summer.

Summer menggaruk telinga, meniup asap di udara. "Status. Jadi nggak enak kalau gue sembarangan ke sana."

"Status gimana? Nggak bisa apa lo ngomong langsung?" celetuk Citra.

"Eh, papa si anak-anak duda. Jadi—"

"Wow, Summer! Tangkapan bagus!" Citra tertawa.

"Jangan-jangan itu laki-laki yang jemput lo?" tanya Purnama.

"Yah, dia. Papanya Fino."

"Kaaan, papanya Fino. Terus lo sekarang kangen sama Fino. Besok-besok?" Purnama mengerling jahil.

"Kangen papanya doong," sahut Citra.

Keduanya terbahak-bahak, menggoda Summer tanpa ampun. Ruangan istirahat penuh dengan tawa mereka.

Duda Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang