Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Bab 4

63.1K 5.1K 274
                                    

Sesekali makan santai sambil mengobrol, bagi Summer yang jarang sekali ada di rumah saat begini, ternyata menyenangkan. Matahari tenggelam, digantikan sepenuhnya oleh gulita malam. Lampu-lampu mulai dinyalakan, untuk menerangi teras tempat mereka berkumpul.

Fifi dan Fino main kartu di meja samping, tertinggal Jayden mengobrol dengan Summer, yang terus-menerus memegang perut karena kekenyangan.

"Pak, udah cari pengasuh baru?"

Jayden menggeleng. "Belum, masih mikir mau pakai pengasuh atau nggak."

"Lah, nanti nggak keurus anak-anak."

"Ada kamu."

Summer mendengkus. "Pak, saya bukan babysitter."

"Benar juga, kamu mamanya Fino."

"Pak ...."

"Iya."

"Saya, Summer."

Jayden menelengkan kepala, menatap Summer dengan tatapan intens. "Ah, bukan Selena Gomez? Dengan rambut barumu, kamu secantik dia."

"Terima kasih, tapi saya nggak akan muji kamu seperti Justin. Karena memang beda."

Jayden tertawa terbahak-bahak, bangkit dari tempat duduk dan pamit menyingkir untuk menerima telepon.

Summer mengipasi wajahnya yang panas karena rayuan Jayden. Ia tak habis pikir, baru bertemu beberapa hari sudah dipuji habis-habisan oleh Jayden. Apakah laki-laki itu memang biasa semanis ini mulutnya? Bayangkan gadis-gadis lugu yang baru pertama mengenal cinta, pasti akan kelepek-kelepek mendengar rayuan Jayden. Summer pun mengakui kalau hatinya juga tergetar.

Ia mendesah, seandainya saja bisa punya pasangan seperti Jayden, hidup pasti lebih menyenangkan. Sayangnya, ia tidak tertarik dengan laki-laki yang berorientasi pernikahan. Tidak ingin terikat dengan sesuatu yang membuatnya harus egois. Karena itulah yang diajarkan ibunya, kalau menikah dan jadi istri orang, maka keluarga yang utama. Summer tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri kalau menikah dan itu menakutkan.

"Ehm ...."

Summer menoleh, menatap Fifi yang berpindah duduk ke sampignya. Gadis kecil itu menatap tajam dengan binar penuh tuduhan. Si kecil Fino entah ke mana.

"Aku kurang suka sama cewek-cewek yang deket sama papa."

Ucapan Fifi membuat Summer mengangkat sebelah alis. "Kenapa?"

"Mereka sok baik kalau depan papa, suka muji kami, anak baiklah, anak pintarlah. Tapi, pas papa pergi mereka asyik sama hape. Adik Fino haus pingin minum aja nggak digubris."

"Begitu." Summer mengangguk. "Kasihan sekali kalian."

Fifi menyipit. "Cewek-cewek itu juga suka dandan."

"Well, itu normal. Aku pun suka."

"Mereka juga pakai baju sexy-sexy."

"Itu wajar juga, namanya juga cewek. Tapii, satu hal yang kamu harus tahu, Fifi." Summer menatap Fifi dengan intens, memberi penekanan pada setiap kata. "Aku, nggak ada hubungan apa-apa sama papamu. Nggak pingin jadi pengganti mama kalian juga. Nggak usah khawatir." Ia memelankan suara. "Aku sudah naksir cowok, tapi bukan papamu."

Fifi terdiam, menatap Summer yang kini mengibaskan rambut ke belakang. Sebenarnya, ia sangat menyukai warna baru rambut perempuan itu, tapi ia harus menjaga harga dirinya.

"Mama Summel!"

Fino berteriak, memegang gelas berisi jus. Summer melotot saat melihat cairan di lantai dekat panggangan. Benar dugaannya, Fino terpeleset dan nyaris jatuh kalau bukan karena dirinya yang bergerak cepat dan menyambar tubuh bocah itu.

Duda Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang